Arak (minuman keras)

jenis minuman beralkohol

Arak[1] adalah minuman beralkohol suling jenis minuman keras yang biasanya diproduksi di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Arak terbuat dari peragian nira mayang kelapa, tebu, biji-bijian (misalnya beras, beras merah) atau buah, tergantung pada negara atau wilayah asalnya. Bahan distilat arak dapat dicampur, disimpan lebih lama dalam tong kayu, atau berulang kali disuling dan disaring tergantung pada rasa dan warna keinginan pembuatnya.

Arak
Dua macam Arak Sri Lanka
Jenisminuman keras

Arak Indonesia atau Asia Selatan jangan disamakan dengan minuman keras bernama sama dari Mediterania Timur, "Arak". Arak mediterania timur berbeda dengan arak Indonesia atau Asia Selatan karena berperisa adas, dan umumnya hanya dikonsumsi di Mediterania Timur dan negara-negara Afrika Utara.

Etimologi

sunting
 
Suasana pabrik penyulingan arak "Aparak", Batavia (sekarang Jakarta) tahun 1948.

Sebagian orang percaya kata ini berasal dari kata Bahasa Arab "Arak" (عرق, arq), yang berarti 'distilat'. Di Timur Tengah dan Timur Dekat. Istilah arak ini kemudian menjadi istilah jamak untuk minuman memabukkan atau minuman beralkohol yang diharamkan.

Arak berkembang dari penemuan penyulingan alembik pada abad ke-12. Namun karena kebanyakan penduduk Arab pada saat itu adalah muslim, penemuan ini digunakan untuk produksi kohl dan parfum. Bangsa Arab kemudian membawa penemuan penyulingan kohl ini ke Spanyol, dan dari sana metode penyulingan berkembang ke seluruh belahan benua Eropa. Dimana, produksi kohl ini digunakan untuk membuat minuman. Istilah "alcohol" berasal dari kata kohl.

Istilah "arak" ini juga biasanya digunakan untuk minuman keras yang disuling dari anggur dan dibumbui dengan adas.

Tidak seperti "arak", kata "arrack" telah dianggap oleh para ahli berasal dari "areca", benih palem yang berasal dari India dari pohon pinang dan digunakan sebagai bahan dasar untuk banyak jenis arak. Di Sri Lanka, kata "Arak" berasal dari kata Sinhala "Arakku". Di Jepang juga dikenal minuman beralkohol bernama "Araki".

Terlepas dari asal katanya yang tepat, kata "arak" telah menjadi istilah untuk sebagian besar, alkohol suling yang diproduksi di seluruh Asia dan Mediterania Timur, walaupun saling tidak berhubungan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh proliferasi pengetahuan penyulingan di seluruh Timur Tengah selama abad ke-14. Setiap negara menamakan alkoholnya sendiri dengan menggunakan berbagai bentuk alfabet Latin dari kata sama yang identik dengan istilah distilasi pada saat itu ("arak", "Araka", "Araki", "ariki", "arak", "arack", "raki", "raque", "racque", "rac", "rak", "Araka").[2]

Arak kelapa

sunting

Nira kesusuan diambil dari mayang palem kelapa (atau dari palem enau atau nipah) sebelum bunga tersebut mekar. Nira tersebut segera terfermentasi menjadi minuman beralkohol ringan yang disebut "tuak nira", yang kemudian disuling dalam tong yang terbuat dari kayu (biasanya halmilla atau jati). Produk akhir adalah minuman keras dengan rasa yang biasanya digambarkan sebagai "di antara wiski dan rum". Minuman ini umumnya disuling menjadi berkadar alkohol antara 33% dan 50% menurut ABV. Arak kelapa secara tradisional dikonsumsi sendiri maupun dikombinasi dengan bir jahe, minuman ringan soda yang populer di Sri Lanka. Minuman ini juga dapat dicampur dalam koktail sebagai pengganti porsi yang diperlukan untuk rum atau wiski. Arak juga sering dikombinasikan dengan mixer populer seperti cola, air soda, dan air jeruk nipis.

Arak di berbagai negara

sunting

Indonesia

sunting

Arak juga dibuat di pulau Bali, dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan bahan bakunya yakni nira dan beras, Karangasem terkenal sebagai daerah pengahasil arak terbaik,[3] sudah mampu mencapai pangsa pasar Internasional dengan mengekspor ke berbagai negara, araknya dikenal mengandung alkohol dengan kadar cukup tinggi. Hari Arak Bali ditetapkan pada 29 Januari oleh Gubernur Bali I Wayan Koster pada tahun 2022.[4]

 
Batavia Arrack van Oosten, dari distilasi tebu.

"Batavia Arrack" atau "Arak Batavia" adalah minuman keras yang merupakan "rum" Indonesia, karena seperti rum, minuman ini disuling dari tebu.[5] Arak ini adalah hasil penyulingan ketel. Untuk memulai fermentasi, beras merah lokal difermentasi dikombinasikan dengan ragi lokal untuk memberikan rasa yang unik dan bau dari distilat. Cairan ini beraroma sitrus dan cokelat, disuling menjadi sekitar 50%–70% ABV. Seperti rum, arak Batavia sering kali merupakan minuman bahan perpaduan untuk minuman lain yang berbeda. Minuman ini digunakan sebagai komponen dalam minuman likeur dan punsch, dan juga dalam industri makanan manis dan rasa. Arak Batavia disebut dapat meningkatkan rasa bila digunakan sebagai komponen dalam produk lain, seperti dalam minuman likeur herbal dan pahit. Arak juga sering dibuat dalam bentuk minuman keras oplosan di Indonesia. Produksi yang liar dan gelap tersebut dapat mengakibatkan minuman arak ini tercemar metanol dan dapat menyebabkan kematian.[6][7]

Filipina

sunting
 
Lambanóg berperisa permen karet.

Istilah Filipina untuk minuman anggur (dan melebar ke minuman beralkohol pada umumnya) adalah "Alak", berasal dari kata "arak". Lambanóg umumnya digambarkan sebagai tuak kelapa atau vodka kelapa. Disuling dari nira mayang kelapa yang belum terbuka, minuman ini sangat kuat, memiliki kandungan alkohol khas 40% sampai 45% ABV setelah satu siklus distilasi. Minuman ini dapat mencapai 83% ABV setelah distilasi kedua. Seperti juga arak kelapa, proses dimulai dengan nira mayang kelapa. Nira disadap ke dalam buluh bambu, mirip dengan menyadap karet, kemudian dimasak atau difermentasi untuk menghasilkan tuak nira yang disebut tubà. Tuba yang juga merupakan minuman populer di Filipina, selanjutnya disuling untuk menghasilkan lambanóg.

Sampai baru-baru ini, lambanóg dianggap oleh masyarakat Filipina lokal sebagai minuman keras oplosan dan minuman beralkohol bikinan sendiri, karena sejarah panjang proses pembuatannya sebagai industri rumahan. Meskipun biasanya disajikan murni, minuman ini secara tradisional dibumbui dengan kismis. Tapi lambanóg baru-baru ini dipasarkan dalam beberapa rasa seperti mangga, blueberry, permen karet, dan kayu manis dalam upaya untuk menarik semua golongan umur.[8]

Provinsi Quezon adalah produsen utama lambanóg di Filipina karena banyaknya tanaman kelapa di daerah ini. Tiga penyulingan utama di negara ini juga terletak di provinsi Quezon, yaitu penyulingan Mallari, penyulingan Buncayo, dan penyulingan Capistrano (Vito, 2004).[8]

Arak dilarang di India di negara bagian Kerala pada tahun 1996,[9] dan Karnataka sejak 1 Juli 2007.[10][11]

Sri Lanka

sunting
 
Arak kelapa dari Sri Lanka.

Sri Lanka adalah produsen arak kelapa terbesar di dunia. Selain air, seluruh proses produksi berkisar pada fermentasi dan distilasi dari bahan tunggal, yaitu nira mayang yang belum terbuka dari palem kelapa (Cocos nucifera). Setiap pagi saat fajar, pria yang dikenal berprofesi sebagai penyadap tuak bergerak di antara puncak-puncak pohon kelapa menggunakan tali yang disambungkan, tidak jauh berbeda dengan tali titian. Satu pohon dapat berkontribusi hingga dua liter nira per hari.

Karena konsentrasi gulanya dan isi ragi yang pekat, cairan nira yang tersadap secara alami dan cepat segera terfermentasi menjadi minuman beralkohol ringan yang disebut "tuak nira". Dalam beberapa jam setelah pengumpulan, tuak nira dituangkan ke tong kayu besar, terbuat dari kayu pohon jati atau halmilla. Proses fermentasi alami dibiarkan terus di dalam tong sampai kadar alkohol mencapai 5–7% dan dianggap siap untuk distilasi.

Distilasi umumnya merupakan proses dua langkah yang melibatkan baik penyulingan ketel, penyulingan bertahap, atau kombinasi keduanya. Seluruh proses distilasi selesai dalam waktu 24 jam. Langkah yang pertama menghasilkan "tuak rendah", cairan dengan kandungan alkohol antara 20% dan 40%.[12] Langkah kedua menghasilkan distilat akhir dengan kandungan alkohol 60% sampai 90%. Berbagai campuran arak kelapa bervariasi dalam pengolahannya, namun minuman keras yang diekstrak juga dapat dijual mentah, berulang kali disuling atau disaring, atau ditransfer kembali ke tong jati untuk diumurkan sampai 15 tahun, tergantung pada tujuan rasa, warna, dan aromanya.

Arak premium tidak ditambah dengan bahan-bahan lain, sementara arak murah dan umum dicampur dengan alkohol netral biji-bijian sebelum pembotolan. Kebanyakan orang menggambarkan rasanya sebagai menyerupai "... perpaduan antara wiski dan rum", mirip, tetapi khas yang berbeda di waktu yang sama.

Finlandia

sunting

Minuman keras CloettaFazer AB Polly 'Original' dan Milkchoco cokelat di Finlandia mengandung "rasa arak". Runeberg's torte yang terkenal juga memiliki campuran arak di dalamnya.

Swedia

sunting

Sebuah minuman populer di Swedia yang berbahan arak adalah punsch, sering dikonsumsi selama bulan musim dingin atau ditaburkan di atas es krim.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Dobbin, Christine E. (1996). Asian entrepreneurial minorities: conjoint communities in the making of the world-economy 1570-1940. Taylor & Francis. hlm. 54. ISBN 978-0-7007-0404-0. 
  2. ^ Lopez, Robert S. (1990). Medieval Trade in the Mediterranean World. USA: Columbia University Press. hlm. 109. ISBN 978-0-231-12357-0. 
  3. ^ Namhar Hernanto (2 November 2019), Arak Bali: The Island Moonshine, diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-02, diakses tanggal 6 Agustus 2019 
  4. ^ https://bali.antaranews.com/berita/303714/gubernur-koster-putuskan-29-januari-sebagai-hari-arak-bali
  5. ^ Arak Batavia Beken di Dunia sains.kompas.com, diakses 19 Juni 2013.
  6. ^ More alcohol deaths in Indonesia, June 2009, http://news.bbc.co.uk/2/hi/8079531.stm
  7. ^ Newcastle nurse poisoned by methanol, October 2011, http://www.abc.net.au/local/stories/2011/10/12/3337722.htm
  8. ^ a b Lambanog: a Philippine drink, TED Case Studies #782, 2005
  9. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-22. Diakses tanggal 2013-06-19. 
  10. ^ http://articles.economictimes.indiatimes.com/2007-06-30/news/28461641_1_arrack-karnataka-imfl
  11. ^ http://www.deccanherald.com/content/332487/siddu-wants-cheap-safe-liquor.html
  12. ^ "Arrack for Dummy's". Diakses tanggal 17 October 2010.