Aleksandra Fyodorovna (Alix dari Hesse)

istri dan permaisuri Nicholas II dari Rusia
(Dialihkan dari Alexandra Feodorovna)

Aleksandra Fyodorovna (bahasa Rusia: Александра Фёдоровна, 6 Juni 1872 – 17 Juli 1918) adalah istri dari Nikolai II, Kaisar terakhir Rusia.[1] Ia merupakan anak keenam dari tujuh orang bersaudara. Ayahnya adalah Ludwig IV, Adipati Agung Hesse dan oleh Rhine. Ibu Alix,Putri Alice, adalah putri dari Victoria, Ratu Inggris Raya.[1] Ia dibaptiskan pada tanggal 1 Juli 1872.[1] Pada Perang Dunia I, keluarganya menjalani tahanan rumah untuk waktu yang lama setelah ia dijatuhkan oleh kaum Bolshevik.[2] Setelah dipindahkan selama beberapa kali dan tidak memiliki akses kepada dunia luar sama sekali, ia dan keluarganya dibunuh oleh polisi rahasia kaum Bolshevik pada tanggal 17 Juli 1918.[2] Ia dan keluarganya diangkat menjadi martir oleh Gereja Ortodoks Rusia pada tahun 1981.[3] Pada tanggal 17 Juli 1998, ia beserta seluruh keluarganya dibawa ke Katedral Pyotr dan Pavel di Sankt-Peterburg, 80 tahun setelah kematian mereka.[3]

Aleksandra Fyodorovna
Александра Фёдоровна
Aleksandra sekitar tahun 1908
Permaisuri Kaisar Rusia
Periode26 November 1894 - 15 Maret 1917
Penobatan14 Mei 1896
Kelahiran(1872-06-06)6 Juni 1872
Istana Baru, Darmstadt, Hesse, Kekaisaran Jerman
Kematian17 Juli 1918(1918-07-17) (umur 46)
Rumah Ipatiev, Yekaterinburg, Rusia
Pemakaman17 Juli 1998
Katredral Pyotr dan Pavel, Sankt-Peterburg, Federasi Rusia
PasanganNikolai II, Kaisar Rusia
Keturunan
Nama lengkap
Inggris: Alice Victoria Helena Louise Beatrice
Jerman: Alix Viktoria Helene Luise Beatrix
Rusia: Aleksandra Fyodorovna Romanova
WangsaHesse-Darmstadt
AyahLudwig IV, Adipati Agung Hesse
IbuAlice, Putri Inggris Raya
AgamaOrtodoks Rusia
sebelumnya Lutheran

Putri Hesse

sunting
 
Putri Alix dari Hesse, 1881

Aliksandra lahir pada tanggal 6 Juni 1872 dengan nama Alix Viktoria Helene Luise Beatrix di Istana Baru di Darmstadt, Keharyapatihan Hessen, yang merupakan bagian dari Kekaisaran Jerman.[4][5] Alix adalah anak keenam dan putri keempat dari Ludwig IV dan Putri Alice, putri kedua dari Ratu Victoria dan Albert, Pangeran Pendamping.

Alix dibaptis pada tanggal 1 Juli 1872 (ulang tahun pernikahan orang tua Alix yang ke 10) menurut kepercayaan Lutheran. Namanya diambil dari nama ibu dan bibinya dari pihak ibu, yang diterjemahkan ke bahasa Jerman. Kakak Alix, Pangeran Friedrich, meninggal pada bulan Mei 1873 karena jatuh ketika Alix hampir berusia satu tahun.

 
Alexandra Fyodorovna (Alix dari Hesse) dan Putri Marie dari Hesse

Di antara semua saudaranya, Alix paling dekat dengan adiknya, Putri Marie. Alix dan Marie memiliki perawat yang sama, memakai baju yang sama, dan mereka tidak bisa dipisahkan. Ibunya memanggilnya "Sunny" dan saudara sepupu atau kerabat yang berasal dari Inggris memanggilnya "Alicky" agar membedakan Alix dengan Alexandra, Putri Wales, yang dipanggil "Alix".

Pada November 1878, Keluarga Adipati Agung Hesse mengalami penyakit difteri. Alix, ketiga saudara perempuannya, saudara laki-lakinya (Ernest), dan ayahnya menderita penyakit ini. Salah satu kakaknya, Elisabeth, pindah ke rumah neneknya agar tidak menderita penyakit ini. Ibu Alix merawat anak-anaknya sendiri (daripada merawat anak-anaknya ke dokter). Alice (ibu Alix) menjadi sakit dan meninggal pada 17 tahun setelah ayahnya meninggal, pada tanggal 14 Desember 1878, waktu Alix hanya berusia enam tahun. Alix, Viktoria, Irene dan Ernest selamat dari penyakit ini, tetapi, adik yang paling muda, Putri Marie ("May"), tidak selamat dan meninggal pada tanggal 16 November 1878 sebelum kematian ibunya.

 
Putri Alix dari Hesse, dibawah kanan, dengan neneknya (Ratu Victoria) dan empat saudaranya dalam berduka setelah kematian ibunya dan adiknya. Januari 1879

Alix sangat terluka dengan kematian ibu dan adiknya (saudara terdekatnya) dan Alix tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat tertutup. Setelah kematian ibu dan adiknya, Alix dan saudaranya menjadi dekat dengan saudara Inggrisnya dan Ratu Victoria. Alix adalah salah satu cucu favorit Victoria.

Dengan kakaknya, Putri Irene, Alix menjadi pengiring pengantin di pernikahan ibu baptisnya dan bibi dari pihak ibu, Putri Beatrice dari Britania Raya dan Pangeran Henry dari Battenberg. Alix juga hadir di pesta Yubileum Emas Victoria pada tahun 1887.

Pertunangan

sunting

Alix tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Sepupunya, Pangeran Albert Victor, Adipati Clarence dan Avondale, jatuh cinta kepada Alix dan melamarnya. Namun Alix menolaknya, meskipun Victoria ingin Alix menjadi Permaisuri Inggris. Alix menikah di usia yang cukup tua pada zamannya.

Alix sudah bertemu dan jatuh cinta kepada Tsarevich Nikolai, pewaris taKhta Kekaisaran Rusia. Orangtua Nikolai, Kaisar Aleksandr III dan Permaisuri Maria Fyodorovna, adalah orang tua baptis Alix dan adik dan adik ipar dari Alexandra, Putri Wales (yang kemudian menjadi Permaisuri Inggris), dan paman Nikolai, Pangeran Sergei Alexandrovich menikah dengan saudari Alix, Putri Elisabeth dari Hesse dan oleh Rhine.

Tetapi, hubungan Alix dan Nikolai sangat ditentang oleh orang tua Nikolai karena, mereka menilai Alix tidak cocok menjadi Permaisuri Rusia. Mereka sudah menjodohkan Nikolai dengan Putri Hélène d'Orléans dan Putri Margaret dari Prusia, tetapi, ditolak oleh orang tua kedua putri tersebut karena mereka tidak mau putrinya pindah agama ke Ortodoks Rusia. Ketika kesehatan Aleksandr III memburuk, Kaisar dan Permaisuri menyetujui hubungan Nikolai dengan Alix.

Nikolai sudah melamar Alix di pernikahan kakak Alix (Ernest Louis, Adipati Agung Hesse dan oleh Rhine) dan sepupu Nikolai (Putri Victoria Melita dari Saxe-Coburg dan Gotha), tetapi, Alix menolaknya dan Alix melempar surat lamaran itu ke tanah karena Alix tidak mau pindah agama ke Ortodoks Rusia. Namun karena paksaan Wilhelm II, Kaisar Jerman kalau pernikahan Alix dan Nikolai itu memperkuat relasi Jerman dan Rusia, dan juga paksaan kakak Alix (Elisabeth) yang meyakinkan Alix kalau tidak ada perbedaan di agama Lutheran dan Ortodoks sehingga alasan Alix untuk tidak menikahi Nikolai itu tidak masuk akal. Hati Alix pun goyah dan menerima lamaran Nikolai.[6]

 
Nikolai II, di seragam hussar, dan Putri Alix dari Hesse. foto pertunangan, 1894.

Setelah Pertunangan, Alix kembali ke Inggris dengan neneknya. Pada Juni, Nikolai berkunjung ke Inggris untuk mengunjungi Alix. Nikolai juga membawa imam, Yanishev, yang akan membimbing Alix untuk berpindah agama. Selain mengunjungi Putri Alix dan Ratu Victoria, Nikolai menjadi ayah baptis dari anak pertama Pangeran George, Adipati York dan Putri Mary dari Teck yaitu calon Raja Edward VIII yang naik tahta pada tahun 1936.

Alix berpindah agama ke Ortodoks Rusia dan berharap mengambil nama Yekaterina, tetapi Nikolai mengusulkan nama Aleksandra dan Alix akhirnya mengambil nama Aleksandra Fyodorovna.[7]

Di usia ke-49 tahun, Kaisar Aleksandr III mangkat dan mewariskan kekaisaran Rusia kepada putra sulungnya. Sehari setelahnya, Alix diterima sebagai anggota baru dalam agama Kristen Ortodoks Rusia yang kemudian diberi gelar, “Putri Aleksandra Fyodorovna yang tercerahkan.” sebagai imbalan dari pengorbanan besarnya mau meninggalkan kepercayaan lamanya dengan yang baru.[8]

Permaisuri Rusia

sunting

Pernikahan

sunting
 
Lukisan dari Laurits Tuxen penikahan Nikolai II dan Putri Alix dari Hesse dan oleh Rhine, di Kapel di Istana Musim Dingin, Sankt-Peterburg, pada 14/26 November 1894.

Pernikahan Nikolai dan Aleksandra dilaksanakan di Gereja Agung di Istana Musim Dingin di Sankt-Peterburg pada tanggal 26 November 1894, pada hari ulang tahun ibu Nikolai, yang sekarang menjadi ibu suri. Pernikahan Nikolai dan Aleksandra Fyodorovna itu dilakukan ketika masih dalam rangka berkabung setelah kematian dan pemakaman Kaisar Aleksandr III.

Aleksandra menulis surat kepada saudara perempuanya, “Pernikahan kami adalah kelanjutan dari proses liturgi pemakaman Kaisar Aleksandr III, dengan satu perbedaan. Aku menggunakan gaun putih dan bukan hitam.[9]

Namun rupanya acara pernikahan yang dilaksanakan setelah pemakaman menjadi buah bibir di masyarakat Rusia pada umumnya. Warga Rusia yang masih lekat percaya pada mitos dan takhayul jelas menganggap bahwa kehadiran Aleksandra sebagai permaisuri baru mereka dengan mengiringi peti mati mertuanya pada hari pernikahannya adalah merupakan sebuah tanda kesialan bagi negara tersebut.[10]

Penobatan

sunting
 
Lambang Permaisuri Aleksandra Fyodorovna
 
Monogram Permaisuri Aleksandra Fyodorovna

Mungkin saja Aleksandra Fyodorovna kini adalah permaisuri setelah pernikahan mereka, tetapi baru dua tahun kemudian acara resmi penobatan untuk kaisar dan permaisuri baru rakyat Rusia terjadi pada tanggal 14 Mei 1896 di Katedral Dormitori di Kremlin, Moskwa.

Hari itu peristiwa penobatan mahkota untuk Kaisar dan Permaisuri menyebabkan pertumpahan darah. Sekitar 1,389 dan 1,300 luka-luka dari 100,000 warga yang menyaksikan Kaisar dan Permaisuri baru mereka dinobatkan teridentifikasi mati di Lapangan Khodynka karena kehabisan nafas akibat berdesak-desakan dan mati terinjak. Rumor mengatakan bahwa sajian makanan yang disediakan untuk warga yang menyaksikan jumlahnya tidak memadai sehingga menimbulkan kekacauan saat terjadinya perebutan makanan, bir gratis, dan cindera mata cangkir porselen di antara pengunjung saat itu.

Aleksandra terpengaruh oleh yang meninggal, "Permaisuri tampak sangat tertekan, matanya memerah karena air mata". Duta Besar Inggris menginformasikan kepada Ratu Victoria. Setelah Penobatan, Aleksandra dan Nikolai II mengunjungi korban luka dan mengunjungi keluarga korban yang meninggal dan menawarkan untuk membayar peti mati mayat tersebut.

Rakyat Rusia percaya bahwa peristiwa banyaknya kematian warga yang menyaksikan jalannya penobatan itu sebagai tanda awal kesialan untuk bangsa Rusia dari sang permaisuri baru.

Musim gugur tahun itu pula Nikolai II mengajak istrinya dan putri pertama mereka, Putri Olga, ke Skotlandia untuk bertemu dengan Victoria yang sangat mengasihi Aleksandra sejak kecil. Sementara Nikolai melewatkan hari dengan berburu dalam keadaan sakit gigi di tengah-tengah liburan dua monarki besar Eropa di Istana Balmoral itu. Namun itulah saat terakhir kalinya Aleksandra bertemu dengan orang yang mengasihinya, karena pada setelah itu hingga tahun 1901 pada pemakaman Ratu Victoria, Aleksandra tidak bisa hadir karena tengah mengandung anaknya yang keempat, Putri Anastasia.

Penolakan dari Rakyat Rusia

sunting

Tidak seperti ibu mertuanya yang sosialita dan populer. Aleksandra tidak begitu disukai rakyat Rusia, karena ia dikenal sosok yang dingin, kaku, angkuh, tidak ramah, dan acuh pada rakyatnya. Kalangan bangsawan Rusia sendiri melabeli Aleksandra dengan sebutan wanita pemalu sehingga memilih lebih banyak diam dan menunduk ketika tampil di depan publik ketimbang banyak aksi dan liar. menurut salah satu temannya, Permaisuri Aleksandra sangat malu dihadapan rakyat Rusia.

Dia merasa perasaannya dipukul dan disakiti dari sifat "kebencian" Rakyat Rusia. Dia juga dikecam oleh orang kaya dan miskin untuk ketidaksukaannya terhadap budaya Rusia seperti cara memakan dan cara berdansa (walaupun agama Ortodoks adalah agama yang dipeluknya). Aleksandra yang tidak melahirkan anak laki-laki yang akan menjadi pewaris tahta juga membuat rakyat sangat tidak menyukainya.

Waktu Pangeran Aleksei lahir, Aleksandra lebih jauh mengisolasi dirinya dari Kekaisaran Rusia dengan menghabiskan hampir seluruh waktunya bersama Aleksei. Penyakit Hemofilia Aleksei semakin membuat Aleksandra dan Aleksei dekat, karena Aleksandra juga seorang pengidap hemofilia.

Aleksandra sering berteman atau bersahabat dengan sosok yang lebih soliter seperti Anna Vyrubova dan Putri Sonia Orbeliani. Aleksandra sangat tidak suka berteman dengan sosok yang sangat "sosialita". Orang-orang yang sangat sosialita ini selalu diabaikan oleh Permaisuri yang "angkuh".

Sejarawan Barbara W. Tuchman di The Guns of August menulis tentang Aleksandra sebagai Permaisuri Rusia, "Meski hampir tidak dapat bisa dikatakan bahwa Kaisar memerintah Rusia sebagai seorang yang berkemauan keras tetapi dia mempunyai istri yang lemah. Cantik, histeris, mudah curiga, dia benci semua orang kecuali keluarga dekatnya dan serangkaian penipu fanatik atau gila yang menawarkan kenyamanan pada jiwanya yang putus asa".

Aleksandra juga memiliki hubungan yang buruk dengan ibu mertuanya (Ibu Suri Maria Fyodorovna). Maria Fyodorovna sudah mencoba untuk mengajari Aleksandra Fyodorovna untuk menjadi permaisuri yang dicintai rakyatnya, Namun dijauhi oleh Aleksandra. Tidak seperti monarki di Eropa pada umumnya yang menempatkan permaisuri sebagai ibu negara dan mengharuskan ibu suri untuk mundur teratur dari perpolitikan, peran ibu negara dalam Kekaisaran Rusia dipegang oleh ibu suri. Maria Fyodorovna akan berada di samping Kaisar Nikolai II di hadapan keluarga Kekaisaran Rusia dan khalayak, sementara, Permaisuri Aleksandra Fyodorovna wajib di belakang mereka. Aleksandra memiliki waktu yang jarang untuk mempelajari peraturan Kekaisaran Rusia, dan ini membuat Aleksandra menjadi sangat tidak populer. Aleksandra setidaknya sangat bijaksana untuk tidak mengkritik wanita yang dia sebut "Motherdear" (Maria Fyodorovna).

Meski begitu, Aleksandra dan Maria, memiliki kesamaan, yaitu, tidak menyukai Putri Maria Pavlovna, istri dari Pangeran Vladimir Alexandrovich (adik dari Aleksandr III). Ketika anak dari Maria Pavlovna dan Vladimir, Pangeran Boris, melamar putri Nikolai dan Aleksandra, Olga Nikolaevna, Aleksandra menolak.

Aleksandra dan adik iparnya, Putri Xenia Alexandrovna, mempunyai hubungan yang sedikit buruk, karena, Xenia bisa melahirkan enam anak laki-laki yang sehat dan satu anak perempuan, sementara Aleksandra hanya mempunyai empat anak perempuan dan satu anak laki-laki, Tsarevich Aleksei, yang menderita penyakit hemofilia. Kesehatan keenam anak laki-laki Xenia merupakan sumber pemirikan antagonis dari Aleksandra.

Waktu Perang Dunia I, rakyat mengeluhkan tentang Aleksandra sebagai Permaisuri Rusia. Hal ini dikarenakan asalnya yang dari Jerman, gagasan yang kurang (selaku wali penguasa) dan hubungan Aleksandra dengan Rasputin. Hal ini membuat Aleksandra sangat tidak populer di mata Rusia.

Hubungan dengan Anak

sunting
 
Keluarga Kekaisaran Rusia, 1913. Kiri ke kanan: Putri Maria, Permaisuri Aleksandra, Putri Olga dan Putri Tatiana, Kaisar Nikolai II, dan Putri Anastasia. Putra Mahkota Aleksei duduk di depan orangtuanya.

Setelah hampir satu tahun pernikahan, Aleksandra melahirkan anak pertamanya: anak perempuan yang dinamai Olga, yang lahir pada tanggal 15 November 1895. Namun Olga tidak bisa menjadi pewaris karena peraturan suksesi Kekaisaran Rusia harus diisi dengan anggota Dinasti Romanov berjenis kelamin laki-laki saja. Olga sangat dicintai orangtuanya. Tiga anak perempuan menyusul Olga: Tatiana pada 10 Juni 1897, Maria pada 26 Juni 1899, dan Anastasia pada 18 Juni 1901. Tiga tahun kemudian, Aleksandra melahirkan pewaris yang ditunggu: Aleksei Nikolaevich lahir di Peterhof pada 12 Agustus 1904. Namun Aleksei ternyata menderita penyakit hemofilia.

Aleksandra mempunyai hubungan yang baik dengan keempat putrinya (Olga, Tatiana, Maria, Anastasia). Walaupun, kadang hubungan Aleksandra dan keempat anak perempuanya memburuk. Olga sangat suka membaca dan mempunyai hubungan lebih dekat dengan ayahnya, Olga suka belajar politik dan membaca koran dan tidak suka dengan pekerjaan sekolah. Olga sangat manja, malas, pemarah dan memiliki humor yang buruk. Kadang-kadang hubungan Aleksandra dan Olga memburuk sejak Olga menjadi seorang remaja sampai kematian mereka. Tatiana sangat modis dan yang paling cantik di antara saudarinya yang lain. Tatiana mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan Aleksandra dan dijuluki sebagai anak perempuan favorit Permaisuri. Tatiana sangat praktis dan memiliki bakat untuk menjadi pemimpin. Maria sangat suka membahas tentang pernikahan, keluarga, dan anak. Maria ingin memiliki keluarga yang besar dan mempunyai anak yang banyak. Maria juga keras kepala dan terkadang malas. Di antara semua anak perempuan Nikolai dan Aleksandra, Maria adalah anak perempuan yang sangat manis. Nikolai yakin Maria akan menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Anastasia adalah anak yang sangat ceria, bersemangat dan aktris berbakat. Anastasia lebih suka memanjat pohon daripada belajar. Anastasia tidak menyukai pekerjaan sekolah. Di antara semua saudara perempuanya, Anastasia lebih dekat dengan Aleksei, Anastasia sering menghibur Aleksei dan bisa membuat Aleksei lupa tentang penyakitnya sementara. Anastasia juga anak yang paling nakal di antara anak Nikolai dan Aleksandra lainnya. Walaupun Anastasia anak yang paling ceria, dia juga anak yang paling sering sakit di antara saudaranya setelah Aleksei.

Olga dan Tatiana sering dipasangkan bersama dan dijuluki "Pasangan yang Besar". Sementara, Maria dan Anastasia sering dipasangkan bersama dan dijuluki "Pasangan yang Kecil".[11] Setelah Olga dan Tatiana tumbuh lebih besar, mereka semakin aktif dalam urusan publik. Meski mereka kerap menyebut kedua orangtuanya dengan sebutan 'Papa' atau 'Mama' di ranah pribadi, saat berada di hadapan khalayak, mereka akan memanggil kedua orangtuanya dengan 'Kaisar' dan 'Permaisuri'.[11]

Aleksandra sangat memanjakan Aleksei. Aleksei menderita penyakit hemofilia, penyakit genetik yang berasal dari Aleksandra yang juga seorang hemofilia. Aleksei adalah pusat dari keluarga Kaisar Nikolai II dan Permaisuri Aleksandra. Keempat saudarinya sangat memanjakan Aleksei. Aleksandra yang cenderung murung dan pesimistis, melampiaskan persoalannya pada doa selama berjam-jam. Ia pun merana karena merasa bersalah, menyadari bahwa ia telah memberikan penyakit itu kepada putranya. Aleksandra menjadi terlalu protektif kepada Aleksei. Dua orang dipekerjakan untuk mengikuti ke mana pun sang Putra Mahkota pergi dan mencegah anak itu untuk melukai dirinya sendiri.

Hemofilia dan Rasputin

sunting
 
Permaisuri Aleksandra Fyodorovna dengan anaknya, Putra Mahkota Aleksei, 1913

Aleksei lahir pada saat Perang Rusia-Jepang pada 12 Agustus 1904. Aleksei adalah pewaris takhta Kekaisaran Rusia. Aleksandra telah memenuhi perannya yang paling penting sebagai permaisuri dengan melahirkan anak laki-laki yang akan menjadi pewaris takhta. Saat itu, Nikolai dan Aleksandra hampir kehabisan akal untuk memiliki seorang pewaris laki-laki. Pada awalnya, Aleksei adalah anak yang sangat sehat dan normal. Tetapi, satu pekan kemudian, Aleksei mengalami pendarahan dari pusar. Pendaharan itu berlangsung selama tiga hari sebelum akhirnya berhenti. Kelak kemudian, Aleksei menderita memar yang tidak biasa setiap kali ia jatuh atau tersandung karena pendarahan di bawah kulit, begitu juga karena penderitaan mengerikan dari pendarahan di dalam atau pendarahan di antara sendi-sendi akibat cedera biasa. Setelah diselidiki, Aleksei menderita penyakit hemofilia.

Hemofilia sangat fatal pada awal abad ke 20 dan memasuki dinasti di Eropa melalui Ratu Victoria, yang juga seorang hemofilia. Aleksandra sudah kehilangan kakak laki-lakinya, Pangeran Friedrich, pada tahun 1873, dan juga pamannya, Pangeran Leopold, Adipati Albany, pada tahun 1884. Kakak perempuannya, Putri Irene, juga adalah seorang hemofilia, dan setelah menikah dengan Pangeran Heinrich dari Prusia, Irene melahirkan dua anak laki-laki yang menderita penyakit hemofilia. Irene menurunkan penyakit hemofilia kepada cabang junior di Keluarga Kerajaan Prusia. Putri Victoria Eugenie dari Battenberg, cucu Ratu Victoria yang lain dan sepupu dekat Aleksandra, juga seorang hemofilia. Victoria Eugenie menikah dengan Alfonso XIII, Raja Spanyol dan dua anak laki-lakinya menderita penyakit hemofilia.

Setelah mengetahui penyakit hemofilia yang diderita Aleksei, Aleksandra yang cenderung murung dan pesimistis, melampiaskan persoalannya pada doa selama berjam-jam. Ia pun merana karena merasa bersalah, menyadari bahwa ia telah memberikan penyakit itu kepada putranya. Aleksandra mulai mengalami gangguan-gangguan jantung dan menderita encok pangkal paha serta serangkaian gejala-gejala yang sekarang mungkin diistilahkan sebagai ‘psikosomatik’.

Penyakit hemofilia Aleksei disimpan sebagai rahasia keluarga yang menakutkan. Para dokter, pelayan, anggota rumah tangga istana, dan siapa pun yang mungkin mengetahui atau menduga adanya hal yang tidak benar dilarang untuk membicarakannya.

Segala cara dan upaya Nikolai dan Aleksandra lakukan agar putra tunggal mereka dapat sembuh. Sedikit luka menganga yang didapat Aleksei bisa mengancam jiwanya. Satu saja goresan ranting, atau tragedi terantuk batu dan mengalami lecet lutut bisa berakibat fatal bagi dirinya.

Aleksei nyaris meninggal dunia akibat pendarahan hidung atau jatuh ringan lain yang membuatnya harus diam di ranjang selama berminggu-minggu. Jadi, pada tahun 1904, orang suci atau starets dari Siberia yang bernama Grigori Rasputin tiba di istana kekaisaran di Sankt-Peterburg. Seorang starets yang dianggap memiliki kekuatan penyembuhan yang luar biasa, memiliki obat-obat melalui doa, dan bukan tidak umum bagi satu keluarga bangsawan untuk memiliki salah satu petani mistik di dalam rumah tangga mereka untuk digunakan di saat keterampilan mereka diperlukan. Tentu saja pihak keluarga dalam istana kaget, sebab pada kenyataannya penyakit Aleksei tak pernah diumbar keluar istana, sementara Rasputin adalah seorang yang tinggal di luar istana tiba-tiba datang dan mengaku mengetahui penyakit Aleksei dan hendak membantu memulihkan keadaannya. Tak punya pilihan lain, Kaisar dan Permaisuri mengizinkan Rasputin untuk mengobati Aleksei. Untuk Aleksandra, Rasputin adalah jawaban atas doa-doanya karena pria ini sepertinya memiliki kemampuan untuk menyembukan Aleksei, bahkan ketika penyakit hemofilianya mengancam akan menewaskannya dan para dokternya sudah menyerah. Pada tahun 1905, Aleksei sakit parah dan lemah akibat kesakitan karena kaki yang bengkak. Semalaman Rasputin memulihkan anak itu ke dalam kesehatan yang penuh meskipun tidak seorang pun melihat atau bahkan menduga cara ia mendapatkan ‘mukjizat’ itu. Rasputin dianggap bagai dewa penolong. Aleksandra yang selalu khawatir dengan kondisi putranya mempercayai bahwa Rasputin memang benar utusan Tuhan untuk menolong putranya. Rasputin diminta untuk tinggal di istana sebagai “dokter” pribadi Aleksei. Kerap kali ia diundang makan bersama satu meja dengan keluarga Kaisar Nikolai dan Aleksei menjadi amat penurut dan menyenangi sosok Rasputin yang telah banyak membawa keajaiban untuk kondisi fisik Aleksei yang sebelumnya lemah.

Biasanya setelah diobati Rasputin, Aleksei yang biasa banyak menghabiskan waktu tidur-tiduran di kamarnya mampu berlari-lari mengelilingi istana. Sang Putra Mahkota yang biasanya mengalami kekakuan dan nyeri di kedua kaki pun akhirnya tak merasakannya setelah proses pengobatan. Aleksandra akan marah kepada siapapun yang mempertanyakan kehadiran Rasputin di sisi anak laki-lakinya. Sang Permaisuri pun menaruh hormat setinggi-tingginya kepada sosok pendeta tersebut.

Pada September 1912, Aleksei hampir meninggal di Spała, Polandia Karena tergores ranting. Aleksandra yang sangat putus asa menghubungi Rasputin dan ketika Rasputin tiba, Rasputin mengobati Tsarevich dan setelah itu, Aleksei sembuh.

Rasputin mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan keluarga Kaisar dan Permaisuri. Dikarenakan hubungan dengan Grigori Rasputin, Keluarga Kekaisaran Rusia menjadi sangat tidak populer di mata masyarakat. Anggota Kekaisaran Rusia (kecuali keluarga Kaisar) juga tidak menyukai Rasputin karena Rasputin dianggap penyembuh yang berbahaya dan bisa merusak reputasi Kaisar dan Keluarga Kekaisaran Rusia. Ketergantungan Permaisuri Aleksandra kepada Rasputin meningkatkan kekuatan politik Rasputin, yang secara serius melemahkan pemerintahan Wangsa Romanov selama Perang Dunia Pertama.

Interferensi Rasputin dalam masalah politik akhirnya menyebabkan pembunuhannya pada tanggal 30 Desember 1916. Pembunuhan ini dipimpin oleh Pangeran Felix Yusupov (yang menikahi keponakan Kaisar Nikolai II) dan Pangeran Dmitri Pavlovich (sepupu dekat Nikolai II).[12]

Perang Dunia I

sunting
 
Gambar Permaisuri Aleksandra Fyodorovna. Livadia, 1907

Pecahnya Perang Dunia I adalah momen yang sangat penting bagi Rusia dan Aleksandra. Kekaisaran Rusia dari Dinasti Romanov melawan Kekaisaran Jerman dari Dinasti Hohenzollern yang jauh lebih kuat.[13] Ketika Aleksandra mempelajari mobilisasi Rusia, dia pergi ke suaminya dan berkata: "Perang! Aku tidak tau apa-apa! Ini adalah akhir dari segalanya!".[14]

Keharyapatihan Hesse dan oleh Rhine, diperintah oleh kakaknya (Ernest Louis), adalah bagian dari Kekaisaran Jerman, juga merupakan tempat kelahiran Aleksandra. Hal ini membuat Aleksandra sangat tidak populer di mata rakyat Rusia. Kaisar Jerman, Wilhelm II juga sepupu dekat Aleksandra. Ironisnya, kakaknya, Putri Irene, yang menikah dengan adik Kaisar Wilhelm II, Pangeran Henry dari Prusia mendukung Jerman.

Ketika Kaisar pergi dari kota pada tahun 1915 untuk mengomando militer, Aleksandra menjadi wali yang memerintah Rusia. Aleksandra tidak mempunyai pengalaman dalam pemerintahan dan terus menunjuk dan menunjuk kembali menteri baru yang tidak kompeten. Aleksandra juga meminta bantuan Rasputin.

Aleksandra menjadi sangat tidak populer di kalangan anggota kekaisaran, kalangan bangsawan dan kalangan rakyat biasa. Aleksandra dituduh sebagai mata-mata Kekaisaran Jerman di Istana Rusia dan bekerjasama dengan Kaisar Jerman.[15]

Selama Perang, ada kekhawatiran besar dari Dinasti Kekaisaran tentang Aleksandra dan Rasputin. Karena hal itu dianggal menjadi isu masyarakat dan membahayakan takhta Kekaisaran di Rusia dan kelangsungan Dinasti Romanov. Putri Elisabeth (kakak perempuan Aleksandra) dan Putri Victoria Melita (sepupu Nikolai II dan Aleksandra; yang juga mantan kakak ipar Aleksandra) sudah memperingatkan Aleksandra untuk mengusir Rasputin dari kekaisaran, tetapi Aleksandra tidak mendengarkan mereka. Para pangeran juga sudah memperingatkan Nikolai, tetapi tidak didengarkan.

Banyak anggota Kekaisaran Rusia mencoba melakukan kudeta agar Nikolai turun tahta untuk menyelamatkan monarki. Seperti, menggantikan Nikolai II dengan anaknya, Aleksei, agar bisa menjadi wali untuk Aleksei yang masih di bawah umur. Bahkan beberapa dokumen menyatakan bahwa Ibu Suri Maria Fyodorovna terlibat dalam rencana kudeta ini untuk menyelamatkan monarki.[16] Setelah itu, Nikolai II dan Aleksandra memutuskan kontak dengan keluarga Romanov yang lain.

Revolusi Rusia

sunting

Revolusi Rusia

sunting

Pada tanggal 9 Januari 1905, terjadi tragedi yang memilukan bagi seluruh bangsa Rusia. Sekelompok pengunjuk rasa menyampaikan protes mereka atas kebijakan kekaisaran yang dianggap memberatkan mereka. Para pengunjuk rasa membawa spanduk dan foto sang Kaisar sembari menyanyikan lagu “Tuhan Peliharalah Tsar”. Pada pukul 2 siang mereka telah sampai ke depan halaman Istana Musim Dingin. Unjuk rasa itu berakhir tragis, nyatanya pasukan militer yang berjaga malah menembaki pengunjuk rasa.

Entah itu atas perintah Nikolai atau tidak karena hingga hari ini penyebab penembakan brutal itu belum dapat dipastikan atas perintah Nikolai atau boikot semata demi memuluskan jalan revolusi di bawah kepemimpinan pemerintah komunis. Yang pasti dunia langsung mengutuk Kaisar atas tragedi kemanusiaan itu. Nikolai dijuluki dengan keji, tanpa ampun dan menjadi bulan-bulanan di media cetak internasional. Kejadian itu dikenal sebagai Minggu Berdarah.

Perang Dunia I membawa kekalahan pada Rusia. Pemerintahan yang sangat tidak kompeten dan ekonomi Rusia sangat memburuk. Kekaisaran Rusia sangat lemah. Dan banyak yang memprotes anggota keluarga Kekaisaran Romanov. Kerusuhan banyak terjadi di Sankt-Peterburg dan kota lain. Rakyat Rusia memaksa Nikolai II turun tahta. Kekuatan angkatan bersenjata Rusia juga sangat lemah. Alasan lain rakyat memprotes karena Perang Rusia-Jepang pada tahun 1904 - 1905 membawa kekalahan pada Rusia. Kekalahan ini merupakan hal yang memalukan bagi rakyat Rusia pada umumnya, karena sebagai negara besar habis dipermalukan oleh Jepang yang negara kecil. Sejak itu rakyat Rusia yang sudah tidak menaruh rasa hormat pada Kekaisaran menjuluki Kaisar mereka sebagai “pecundang”. Rakyat Rusia juga menyalahkan Permaisuri Aleksandra di Perang Dunia I, karena dianggap membantu Jerman.

Keputusan Kaisar untuk mengkomando militer sendirian adalah suatu bencana bagi Rusia, Nikolai disalahkan karena kekalahan Rusia dan kerugian yang ada di Rusia.

Pada tanggal 15 Maret 1917, Nikolai II akhirnya memilih untuk turun takhta setelah Revolusi Februari. Puluhan ribu warga Sankt-Peterburg (dinamai saat itu Petrograd) turun ke jalan-jalan memprotes kekurangan makanan yang mereka derita dikarenakan pemerintahan Kekaisaran Rusia yang korup. Revolusi ini berhasil menggulingkan Nikolai II dan mengakhiri era pemerintahan para kaisar di negeri itu. Aleksandra sekarang menjadi istri dari mantan kaisar dan dibenci oleh rakyat Rusia. Awalnya Nikolai ingin menyerahkan takhtanya ke putranya, Tsarevich Aleksei, tetapi karena kesehatan Aleksei yang memburuk membuat Nikolai mengurungkan niatnya untuk Aleksei naik takhta. Namun Nikolai ingin adiknya, Mikhail, naik tahta, Tetapi Mikhail ingin naik takhta jika rakyat ingin melanjutkan monarki. Nikolai II dan keluarganya tinggal di Istana Aleksandr di Tsarskoye Selo selama pemerintahan sementara Rusia.

Tahanan Rumah

sunting

Pemerintahan sementara Rusia tetap mempertahankan Nikolai, Aleksandra dan keluarganya di Rusia di Istana Aleksandr di Tsarskoye Selo. Kehidupan mereka tetap dalam kemewahan dan kemegahan (sama seperti ketika Wangsa Romanov masih berkuasa). Mereka dikunjungi oleh Kerensky dari pemerintah, yang mewawancarai Aleksandra mengenai keterlibatannya dalam urusan negara dan keterlibatan Rasputin.[17] Aleksandra menjawab bahwa dia dan pasangannya tidak menyimpan rahasia satu sama lain, mereka sering mendiskusikan politik dan Aleksandra tentu saja memberinya nasihat untuk mendukungnya; Adapun Rasputin, dia adalah seorang suci sejati dari Tuhan, dan nasihat Rasputin hanya untuk kepentingan kebaikan Rusia dan keluarga kekaisaran.[17] Sebenarnya, pemerintah ingin mengungsikan mereka ke Inggris atau Prancis, tetapi, Raja Inggris tidak mau karena takut membuat Keluarga Kerajaan Inggris menjadi tidak populer[18] dan pemerintah Prancis tidak mengabari.

Pada bulan Agustus 1917, keluarga tersebut dipindahkan ke Tobolsk di Siberia, sebuah langkah oleh Pemerintahan Kerensky yang berusaha mengeluarkan keluarga Kaisar dari ibu kota dan kemungkinan bahaya.

Setelah Bolshevik berkuasa atas Rusia, mereka tidak hidup dengan kemewahan dan kemegahan lagi. Olga dan Tatiana belajar membuat roti dan mereka tidak tidur dengan kasur yang empuk. Keluarga Nikolai dijaga ketat oleh anggota militer dan tidak memiliki akses ke luar sama sekali, yang berarti mantan kaisar dan keluarganya menjadi tahanan rumah. Mereka pindah ke Rumah Ipatiev di Yekaterinburg. Di sana, Nikolai dikatai "Nikolai si Peminum Darah" dan Aleksandra dikatai "Wanita Jalang dari Jerman".[19] Bagi Romanov, hidup di Rumah Ipatiev sangat buruk dengan ketidaktahuan dan ketakutan. Keluarga Kekaisaran tidak tahu apabila mereka tetap di Rumah Ipatiev dari hari ke hari atau mereka akan berpisah atau dibunuh.

Kematian

sunting

Eksekusi

sunting

Pukul 2.15 dini hari, ketika malam sunyi seluruh anggota keluarga Romanov dibangunkan dan diperintah untuk turun ke ruang bawah tanah Rumah Ipatiev, dan dikumpulkan di satu tempat di situ. Aleksei berada dalam gendongan ayahnya karena sakitnya kembali melanda, sementara Nikolai yang menggendong Aleksei duduk di atas kursi. Nikolai; istrinya, Aleksandra Fyodorovna; anaknya, Aleksei, Olga, Tatiana, Maria, dan Anastasia, dokter keluarga Kekaisaran Evgeny Botkin, dan staf rumah tangga Aleksei Trupp, Anna Demidova, dan Ivan Kharitonov berkumpul dalam ketakutan di ruangan itu.

Aleksandra sebagai istri dan seorang ibu jelas sangat geram karena dibangunkan ketika seharusnya mereka beristirahat saat itu. Belum lagi ia cemas dengan kondisi Aleksei yang terlihat pucat dan bernafas dengan tersengal-sengal. Ia berteriak kesal, “Apa yang akan kalian lakukan malam-malam begini?

Awalnya alasan mereka disuruh ke ruang bawah tanah karena, mereka ingin difoto agar rakyat tahu mereka tidak kabur dan melindungi mereka dari serangan. Namun banyak Polisi Rahasia Bolshevik yang datang ke ruangan bawah tanah itu. Petugas pelaksana eksekusi Yakov Yurovsky berkata, “Keluargamu berusaha menyelamatkanmu, tetapi, mereka telah gagal dan kami harus menembakmu.

Ketika Nikolai berdiri dan berkata, “Apa?!” belum sadar dari keterkejutannya tiba-tiba tubuh-tubuh mereka diberondong tembakan-tembakan dari petugas eksekusi. Selain ditembak, mereka juga ditusuk memakai bayonet dan dipukuli. Mereka menembak semua Keluarga Nikolai dan pegawainya. Melihat semua itu, Aleksandra secara naluriah berpaling dan segera membuat tanda salib, tapi belum usai dia melakukan itu saat Pyotr Emarkov menembaknya di kepala, peluru menembus tepat di atas telinga kirinya dan keluar di titik yang sama di telinga kanan. Setelah semuanya ditembak, Pyotr Emarkov yang sedang mabuk menikam tubuh Aleksandra dan suaminya, menghancurkan kedua tulang rusuk mereka dan memotong sebagian tulang punggung Aleksandra.[20]

Pembunuhan dan Pengungsian Romanov yang lain

sunting

Selain penembakan keluarga Nikolai di Yekaterinburg, sebagian keluarga Romanov yang lain juga dibunuh di Alapaevsk (termasuk kakak Aleksandra, Putri Elisabeth, yang setelah kematian suaminya menjadi biarawati) dan mereka dibunuh memakai zat beracun di lubang pertambangan. Dan sebagiannya di Sankt-Peterburg saat mereka juga ditembak dan juga di Perm tempat adik Tsar Nikolai II, Mikhail, ditembak mati. Banyak keluarga Romanov yang juga mengungsi ke luar negeri. Seperti: Putri Xenia Alexandrovna dan Pangeran Aleksandr Mikhailovich dan keluarganya mengungsi ke Inggris, Ibu Suri Maria Fyodorovna dan Putri Olga Alexandrovna mengungsi ke Denmark. Namun sesudah Maria meninggal, Olga dan keluarganya pindah ke Kanada.

Identifikasi

sunting

Pada awal 1990an (setelah pembubaran Uni Soviet), Rakyat dan pemerintah Rusia mencari keberadaan Nikolai, Aleksandra, dan keluarganya yang dibunuh setelah kemenangan kaum Bolshevik. Nikolai, Aleksandra dan ketiga putrinya ditemukan di Ganina Yama, 12 mil (19 km) utara Yekaterinburg, pada Januari 1998, sesuai dengan catatan Yurovsky. Namun jasad salah satu putri Nikolai dan Aleksei belum ditemukan.

Pada 2008, salah satu putri Nikolai, antara Anastasia atau Maria, dan Aleksei ditemukan. Identifikasi, mencocokan DNA dengan keluarga atau relatif yang masih hidup. Pencocokan DNA dilakukan dengan ilmuwan dari Rusia, Amerika, Inggris. Namun para ilmuwan tidak bisa memastikan jasad putri Nikolai yang ditemukan bersama Aleksei itu Maria atau Anastasia karena DNAnya sudah rusak.

Pemakaman

sunting

Nikolai II, Aleksandra dan ketiga putrinya dimakamkan di Katedral Pyotr dan Pavel di Sankt-Peterburg pada tanggal 17 Juli 1998.

Santa Gereja Ortodoks Rusia

sunting
Santa Alexandra Romanov
Santa dan Tsarina
Dihormati diGereja Ortodoks Rusia
Kanonisasi1981 dan 2000 oleh Gereja Ortodoks diluar Rusia and the Gereja Ortodoks Rusia
Tempat ziarahGereja diatas Darah, Yekaterinburg, Rusia
Pesta17 Juli

Aleksandra dikanonisasikan menjadi Santa di Gereja Ortodoks Rusia pada tahun 2000 bersama Nikolai; anak-anak mereka; Olga, Tatiana, Maria, Anastasia, Aleksei; kakaknya Putri Elisabeth.

Kehormatan

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ a b c (Inggris) Robert Massie.1967.Nicholas and Alexandra.London: Pan Book.
  2. ^ a b (Inggris) King Greg, Wilson Penny.2003.The Fate of the Romanovs.John Wiley and Sons, Inc. ISBN 0-471-20768-3.
  3. ^ a b (Inggris)Maxim Shevchenko.2000.The Glorification of the Royal Family. Nezavisimaya Gazeta
  4. ^ Gelardi, Julia, Born to Rule, p.5
  5. ^ Buxhoeveden, Baroness Sophie, Life and Tragedy of Alexandra Feodorovna, p.1
  6. ^ King, Greg The Last Empress (Wiley & Sons, 1994) pgs. 55-56
  7. ^ King, Court, pg. 329
  8. ^ King, Empress pgs. 74 & 75
  9. ^ Mark Anderson (director) (1996). Last of the Czars: Nicky and Alix (DVD). Films for the Humanities & Sciences. ISBN 9780736554091. 
  10. ^ Gilliard, Pierre.Thirteen years at the Russian court. Chapter 4.
  11. ^ a b Massie, R, Nicholas and Alexandra, p.157
  12. ^ How Britain's first spy chief ordered Rasputin's murder (in a way that would make every man wince), Annabel Venning, Daily Mail, 22 July 2010
  13. ^ The Last tsar by Virginia Cowles, p.4
  14. ^ King, G, The Last Empress, p.213
  15. ^ The Last Empress by Greg King p.223
  16. ^ King, Greg, The Last Empress, Citadel Press Book, 1994. ISBN 0-8065-1761-1. p. 299-300
  17. ^ a b King, Greg, The Last Empress, Citadel Press Book, 1994. ISBN 0-8065-1761-1. p 344-345
  18. ^ Tames, R, Last of the tsars, p.57
  19. ^ King, G, The Last Empress, p.345
  20. ^ King, G, The Last Empress, p.364

Daftar pustaka

sunting
Aleksandra Fyodorovna
Lahir: 6 Juni 1872 Meninggal: 17 Juli 1918
Gelar penyandang kekuasaan
Didahului oleh:
Sophie Frederikke Dagmar
Permaisuri Kaisar Rusia
26 November 1894 – 15 Maret 1917
Monarki dihapuskan