Kekaisaran

kelompok beranggotakan berbagai negara dan masyarakat yang luas disatukan dan diperintah oleh satu pemerintah pusat atau pemimpin pusat

Kekaisaran (disebut juga Kemaharajaan atau Imperium) adalah suatu kesatuan politik raya yang mencakup wilayah geografis yang luas, membawahi banyak negara, suku, dan bangsa, yang dipersatukan dan dipimpin oleh monarki (kaisar), atau oleh suatu bentuk pemerintahan oligarki.

Daftar Kekaisaran yang pernah ada dari tahun 1492-1945

Secara geopolitik, istilah kekaisaran memiliki perbedaan penafsiran, mulai dari negara teritorial ekstrem pada sisi terkuat, hingga negara yang hanya berupa kesatuan beberapa negara kota pada sisi terlemahnya.

Etimologi

sunting

Istilah Kemaharajaan dikenal pertama kali dalam sejarah dan bahasa Indonesia berasal dari pengaruh India purba, yakni bahasa Sanskerta; Maharaja, yaitu "Raja di atas Raja"; maka istilah Kemaharajaan merujuk kepada Kerajaan agung yang membawahi banyak kerajaan-kerajaan lainnya. Kemaharajaan raya seperti Sriwijaya dan Majapahit dikenal dalam sejarah Indonesia.

Istilah lain berasal dari pengaruh Eropa, yakni Imperium yang berasal dari bahasa latin yang berarti "kekuatan" atau "kewenangan". Istilah lainnya Kekaisaran yang berasal dari nama Caesar, penguasa Kekaisaran Romawi.

Secara etimologi, penggunaan istilah "imperium" menunjukkan suatu negara-bangsa terpusat yang kuat, akan tetapi dalam penggunaan yang lebih longgar juga merujuk pada perusahaan transnasional skala besar.

Struktur politik kemaharajaan dibangun dengan dua cara: (i) sebagai kemaharajaan teritorial dengan penaklukan langsung dengan kekuatan (aksi fisik langsung untuk memenuhi ambisi sang kaisar), dan (ii) sebagai kemaharajaan hegemonik yang bersifat koersif, penaklukan tak langsung melalui pengendalian kekuasaan (persepsi bahwa kaisar dapat memaksakan keinginannya). Konsep pertama memberikan kekuasaan yang lebih besar dan kendali politik langsung, akan tetapi membatasi pengembangan lebih lanjut karena menyerap kekuatan militer dalam garnisun tertentu. Konsep kedua memberikan kekuasaan yang lebih kecil dan kendali tidak langsung, tetapi memungkinkan kekuatan militer untuk melakukan ekspansi lebih lanjut.[1] Kemaharajaan teritorial (contoh: Kekaisaran Mongol, dan Kekaisaran Persia) cenderung bersifat sebuah kawasan yang meluas. Istilah kemaharajaan juga merujuk untuk kemaharajaan maritim atau thalasokrasi, (contoh: Liga Delos dan Imperium Britania) dengan struktur yang lebih longgar dan wilayah yang tersebar.

Sejarah Imperialisme

sunting

Kemaharajaan awal

sunting
 
Kekaisaran Akhemeniyah adalah kemaharajaan terluas di dunia kuno
 
Jangkauan terluas Kekaisaran Romawi

Kemaharajaan Akkadia yang dipimpin Sargon Agung (abad ke-24 SM), adalah salah satu kemaharajaan raya awal. Pada abad ke-15 SM, Kerajaan Baru Mesir Kuno yang dipimpin Thutmosis III adalah kemaharajaan awal di Afrika yang mempersatukan Nubia dan negara-kota di Levant. Kemaharajaan awal yang dapat disetarakan dengan Kekaisaran Romawi adalah Kekaisaran Asiria (2000–612 SM). Salah satu kemaharajaan paling berhasil adalah Kekaisaran Persia yang luas dan multi-budaya tepatnya Kekaisaran Akhemeniyah (550–330 SM), yang menyerap Mesopotamia, Mesir, sebagian Yunani, Thrasia, dan sebagian besar Timur Tengah, Asia tengah, dan India barat laut (kini Pakistan). Kemaharajaan Maurya adalah kemaharajaan yang secara geografis sangat luas dan kuat di India kuno, dikuasai oleh Dinasti Maurya pada kurun 321 sampai 185 SM.

Periode klasik

sunting

Kekaisaran Romawi adalah kemaharajaan barat yang paling luas hingga periode modern. Sebelumnya kerajaan Masedonia di bawah Aleksander Agung menjadi kekaisaran luas yang membentang dari Yunani ke India barat laut. Setelah kematian Iskandar Agung, kekaisarannya terpecah menjadi empat kekaisaran yang semuanya lazim disebut Kekaisaran Helenistik.

Di timur, Kekaisaran Persia merujuk pada kekaisaran yang dibangun oleh bangsa Iran yang mencakup berbagai kurun waktu seperti periode pra-Islam sampai periode pasca-Islam. Di Asia Timur berbagai Kekaisaran langit tumbuh dan tumbang secara periodik di China diselingi masa perang saudara, dan penaklukan bangsa asing. Di India Chandragupta mengembangkan Kemaharajaan Maurya hingga ke barat laut India (kini Pakistan dan Afganistan). Demikian pula perkembangan agama Buddha di bawah pengaruh Ashoka Agung. Di China Dinasti Han menjadi salah satu kekaisaran yang berumur panjang di Asia, setelah melanjutkan Dinasti Qin yang berumur pendek, tetapi yang pertama kali mempersatukan China.

Periode pasca klasik

sunting

Pada abad ke-7 dunia menyaksikan kebangkitan Kekhalifahan Islam. Membentang dari Jazirah Arab menerjang Kekairasan Persia dan kekaisaran Bizantium. Penerusnya, Kekhalifahan Ummayah, memperluas penaklukannya ke Afrika Utara dan Semenanjung Iberia. Pada awal abad ke-8 Kehalifahan Islam menjadi kemaharajaan yang terbesar di muka bumi hingga akhirnya terlampaui dan ditaklukan oleh Kekaisaran Mongol pada abad ke-13. Pada abad ke-7 China menyaksikan berseminya Dinasti Tang yang maju dalam hal kebudayaan dan perdagangan, sebelum akhirnya terpecah belah pada abad ke-10 dan kembali dipersatukan oleh menjadi dinasti Song. Pada abad ke-7 pula, kepulauan Nusantara di Asia Tenggara menyaksikan kebangkitan kemaharajaan maritim Buddha Sriwijaya yang berkembang selama 600 tahun. Kemudian dilanjutkan oleh kemaharajaan Hindu-Buddha Majapahit pada kurun abad ke-13 sampai ke-15 yang berpusat di pulau Jawa. Di daratan Asia Tenggara, Kemaharajaan Khmer, yang berpusat di kota Angkor berkembang antara kurun abad ke-9 sampai ke-13.

Kekaisaran Mongol di bawah Jenghis Khan pada abad ke-13 adalah kemaharajaan teritorial terbesar dan terluas di dunia. Cucunya, Kublai Khan menjadi kaisar dan mendirikan Dinasti Yuan yang beribu kota di Beijing.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Ross Hassig, Mexico and the Spanish Conquest (1994), pp. 23–24, ISBN 0-582-06829-0 (pbk)

Kepustakaan

sunting

Pranala luar

sunting