Adiafora (terutama dalam agama Kristen) adalah ucapara yang tidak diperintahkan dan juga tidak dilarang oleh Alkitab serta bukan untuk bertujuan penyembahan kepada Allah.[1] Gereja mempunyai otoritas penuh untuk mengubah adiafora.[1] Sebenarnya istilah Adiafora ini banyak diperbincangkan pada dunia teologi.[2] Dalam gereja Protestan lainnya bersikap bahwa segala sesuatu yang secara terang-terangan tidak diperintahkan di dalam Alkitab dilarang, sedangkan dalam gereja Anglikan praktik-praktik yang berdasarkan tradisi dipandang sebagai adiafora.[1]

Selama masa Reformasi, istilah "adiafora" memiliki makna yang sangat luas dipakai dalam lingkungan-lingkungan teologi untuk menjelaskan kategori ritus keagamaan dan kebiasaan yang umum dipraktikkan tetapi tidak diperintahkan ataupun dilarang oleh teolog-teolog Lutheran dalam pertengahan abad ke-16 pada saat gerakan Protestan terancam oleh kekuatan Katolik di Jerman.[2] Masalah Adiafora ini kemudian terangkat berkaitan dengan status upacara dan ritus tertentu, baik yang bersifat umum maupun privat, yang tidak diperintahkan namun juga tidak dilarang oleh Firman Allah dalam Kitab Suci dan telah diperkenalkan, diklaim ke dalam gereja untuk keteraturan, penyesuaian dan disiplin.[2] Kemudian istilah ini diperhitungkan dengan praktik-praktik keagamaannya.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Frederiek Djara Wellem (2004). Kamus Sejarah Gereja. BPK Gunung Mulia. hlm. 4. ISBN 9796871394. 
  2. ^ a b c d Wilfred J. Samuel. Kristen Kharismatik. BPK Gunung Mulia. hlm. 158. ISBN 9796873281.