Zero Akutan atau dikenal sebagai Zero Koga atau Zero Aleut adalah pesawat tempur Mitsubishi A6M Zero tipe 0 model 21 yang melakukan pendaratan darurat di Pulau Akutan, Teritori Alaska semasa Perang Dunia II. Pesawat tempur ini disita Amerika Serikat dalam keadaan utuh pada bulan Juli 1942, dan merupakan pesawat Zero pertama yang dapat diterbangkan oleh Amerika Serikat selama Perang Dunia II.[1][2] Pesawat ini kemudian diperbaiki dan berhasil diterbangkan oleh pilot uji Amerika. Informasi dari uji terbang Zero Akutan dipakai oleh ahli taktik pertempuran Amerika Serikat untuk mencari cara mengalahkan pesawat tempur Zero yang merupakan pesawat tempur utama Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II.

Zero Akutan sedang diperiksa oleh personel Angkatan Laut Amerika Serikat di Pulau Akutan, 11 Juli 1942.

Zero Akutan dianggap sebagai "hadiah tidak ternilai harganya bagi Amerika Serikat",[3] dan "kemungkinan salah satu dari hadiah terbesar dalam Perang Pasifik".[4] Sejarawan Jepang Masatake Okumiya menyatakan bahwa diperolehnya Zero Akutan "tidak kalah seriusnya" dari kekalahan Jepang saat Pertempuran Midway, dan "berakibat banyak untuk mempercepat kekalahan terakhir Jepang" dalam perang.[5] Namun Di lain pihak, John Lundstrom tidak sependapat kalau "Amerika Serikat perlu membongkar Zero Koga sebelum dapat menciptakan taktik yang dapat mengalahkan pesawat dongeng itu". Menurut penerbang-penerbang Angkatan Laut Amerika Serikat yang bertempur melawan pesawat Zero di Laut Koral, Midway, dan Guadalkanal, Zero sudah bukan lagi pesawat misterius.[6] Mereka sudah tahu kelemahan utama Zero, yakni hilangnya kendali pada kecepatan tinggi.[6]

Zero Akutan hancur dalam kecelakaan latihan pada tahun 1945. Sebagian dari rongsokannya disimpan di beberapa museum di Amerika Serikat.

Pesawat tempur Mitsubishi A6M Zero

sunting
 
Mitsubishi A6M2 "Zero" Model 21 lepas landas dari kapal induk Jepang Akagi sewaktu melakukan Serangan Pearl Harbor.

Serangan terhadap pesawat pengebom Jepang yang dilakukan oleh pesawat-pesawat tempur Tiongkok dalam Perang Tiongkok-Jepang Kedua menyebabkan Jepang mengembangkan konsep pesawat tempur pengawal. Staf udara Angkatan Laut Jepang memerintahkan dibuatnya Mitsubishi A6M Zero sebagai pesawat tempur jarak jauh berbasis di kapal induk dan di darat setelah menyadari keterbatasan jarak terbang pesawat tempur Mitsubishi A5M "Claude" yang dipakai mengawal pesawat pengebom.[7]

Pesawat Zero pertama kali terbang pada tahun 1939. Pesawat ini sangat lincah dan ringan, kemampuan manuver dan jarak jelajah pesawat ini unggul dibandingkan pesawat tempur lainnya di dunia pada waktu itu.[8] Zero mengungguli semua pesawat Sekutu yang dihadapinya pada dua tahun pertama perang.[9] Keunggulan Zero harus dibayar dengan daya tahan pesawat ini yang rendah. Berat pesawat ini sangat ringan, tidak dipasangi pelat lapis baja sebagai perisai dan tidak dilengkapi tangki bahan bakar swarapat yang mencegah bahan bakar bocor dan meledak setelah terkena tembakan musuh. Menurut penulis Amerika Serikat Jim Rearden, "Selama Perang Dunia II, Zero kemungkinan pesawat tempur paling mudah jatuh kalau sudah terkena tembakan ... Orang Jepang ... tidak menyiapkannya atau tidak mampu membangun pesawat tempur lebih maju dalam jumlah yang cukup untuk menandingi jumlah dan kualitas pesawat tempur Amerika".[10][11] Sebagai akibatnya, Zero adalah pesawat tempur utama Angkatan Laut Jepang selama perang. Kira-kira 10.500 pesawat Zero diproduksi semasa perang berlangsung.[12]

Pada tahun 1940, pemimpin Flying Tigers Claire Lee Chennault menulis sebuah laporan tentang kinerja Zero. Namun, analis-analis dari Departemen Perang Amerika Serikat membantahnya sebagai "sama sekali omong kosong", dan menyimpulkan bahwa superioritas kinerja Zero disebabkan kemustahilan aerodinamika.[13] Pada awal perang, Zero mengalahkan setiap jenis pesawat tempur Sekutu yang ditemuinya. Menurut penerbang jagoan Amerika Serikat William N. Leonard, "Pada pertemuan tahap awal tersebut, kami belajar kegilaan pertarungan udara [melawan Zero]".[14]

Sewaktu menyerang Pearl Harbor, sembilan pesawat Zero ditembak jatuh.[15] Dari rongsokan-rongsokan tersebut, Sekutu mengetahui bahwa Zero tidak dilengkapi pelat perisai dan tangki bahan bakar swarapat, tetapi hanya sedikit yang dapat diketahui tentang kemampuannya.[16] Karakteristik kinerja terbang Zero yang penting untuk merancang taktik dan mesin-mesin untuk memeranginya tetap sebuah misteri.

Sebelum ditemukannya Zero Akutan, informasi teknis pesawat Zero sudah didapat Sekutu dari tiga pesawat Zero yang jatuh. Salah satunya (nomor seri 5349) yang diterbangkan oleh Hajime Toyoshima, jatuh di Pulau Melville, Australia setelah melakukan misi Pengeboman Darwin. Pesawat Zero tersebut rusak berat, dan Toyoshima menjadi orang Jepang pertama yang dijadikan tawanan perang semasa Perang Pasifik. Pesawat Zero lainnya yang diterbangkan oleh Yoshimitsu Maeda, jatuh di dekat Cape Rodney, Pulau Papua. Tim yang dikirim untuk mengambil pesawat itu membuat kesalahan besar ketika memotong kedua sayap, merusakkan gelagar sayap dan membuat pesawat itu tidak bisa terbang lagi.[17] Pesawat Zero ketiga (nomor seri 3372) mendarat darurat di wilayah Tiongkok. Gerhard Neumann berhasil memperbaiki pesawat tersebut dengan bagian-bagian bangkai pesawat Zero yang jatuh dan dipungutnya. Namun, kondisi pesawat itu sudah parah. Lamanya pengangkutan dari Tiongkok ke Amerika Serikat menyebabkan Zero Neumann terlambat di Amerika Serikat, dan Zero Akutan Zero ditemukan lebih dulu.[18]

Misi terakhir Sersan Satu Udara Koga

sunting
 
Penerbang Zero Akutan, Tadayoshi Koga (10 September 1922 – 4 Juni 1942).

Sebagai bagian dari operasi Midway Juni 1942, Jepang melakukan serangan ke Kepulauan Aleut di pesisir selatan Alaska. Gugus tugas Jepang dipimpin oleh Laksamana Kakuji Kakuta melakukan dua kali pengeboman ke Dutch Harbor di Pulau Unalaska, pertama pada 3 Juni 1942 dan sekali lagi pada keesokan harinya.

Sersan Satu Udara Tadayoshi Koga, 19 tahun, lepas landas dari kapal induk pesawat Ryūjō untuk ambil bagian dalam serangan 4 Juni. Pesawat Koga adalah pesawat kedua dari formasi tiga pesawat. Penerbang yang menjadi wingman untuknya adalah Sersan Kepala Makoto Endo di pesawat pertama dan Sersan Dua Tsuguo Shikada di pesawat ketiga. Koga dan rekan menyerang Dutch Harbor, menembak jatuh sebuah perahu terbang PBY-5A Catalina yang dikemudikan oleh Bud Mitchell dan memberondong korban yang selamat di laut. Dalam penyerbuan tersebut, pesawat Koga (nomor seri 4593) rusak akibat tembakan senjata ringan antipesawat.[19]

 
Pesawat Zero yang dipiloti oleh Sersan Satu Udara Tadayoshi Koga dalam rusak tertembak senjata antipesawat, terbang di atas Dutch Harbor. Tampak dalam foto ini, jejak bocoran oli.

Tsuguo Shikada, salah seorang dari wingman Koga, menerbitkan pengalamannya pada tahun 1984. Menurutnya, kerusakan pesawat Koga terjadi ketika mereka sedang menyerang dua pesawat Catalina milik Amerika Serikat yang sedang berlabuh di teluk. Kesaksian ini tidak menyebut soal ditembak jatuhnya sebuah pesawat PBY-5A Catalina. Pengakuan Shikada dibantah oleh catatan pihak militer Amerika Serikat dan Jepang. Pada hari itu tidak ada pesawat PBY di pelabuhan. Meskipun demikian, kesaksian Shikada cocok dengan catatan Amerika Serikat mengenai serangan terhadap Dutch Harbor pada hari sebelumnya (3 Juni 1942). Menurut Rearden, "Setelah hampir setengah abad setelah peristiwa tersebut, sepertinya ingatan Shikada menjadi campur aduk soal serangan tanggal 3 Juni atau 4 Juni ... Dalam wawancara dengannya, tampaknya Shikada memakai daya ingat selektif karena tidak menyebut soal menembak jatuh sebuah PBY Mitchell dan lalu memberondong awak yang selamat di laut.".[19]

Penembak yang menjatuhkan pesawat Koga tidak diketahui, meski sejumlah orang telah mengaku sebagai penembaknya. Bukti fotografi memperlihatkan kemungkinan besar pesawat itu terkena tembakan dari darat. Anggota Resimen Artileri Pantai 206 yang dipersenjatai meriam antipesawat 3 inci dan senapan mesin kaliber .50 untuk mempertahankan Dutch Harbor mengklaim telah berjasa sebagai penembaknya. Meskipun demikian, kapal-kapal Angkatan Laut Amerika Serikat yang berada di lepas pantai juga mengaku sebagai penembaknya.[20] Pemeriksaan fisik badan pesawat menunjukkan bahwa pesawat Zero Akutan rusak akibat tembakan senjata ringan, tampak lubang-lubang peluru kaliber .50 dan kaliber lebih kecil, baik dari atas maupun bawah[21][22]

Jatuhnya pesawat Koga

sunting

Tembakan fatal memutuskan pipa pengembali oli, dan pesawat Koga langsung meninggalkan jejak bocoran oli. Koga menurunkan kecepatan untuk menunda matinya mesin hingga selama mungkin.[23]

Ketiga pesawat Zero terbang ke Pulau Akutan, 26 mil sebelah timur Dutch Harbor yang telah ditetapkan sebagai tempat pendaratan darurat. Di dekat pulau itu sudah menunggu sebuah kapal selam Jepang yang ditugaskan menyelamatkan pilot yang pesawatnya tertembak jatuh. Di atas Pulau Akutan, tiga pesawat Zero mengelilingi sebuah lapangan rumput setengah mil dari Teluk Broad. Shikada mengira ada tanah keras di bawah lapangan rumput tersebut, tetapi pada lintasan yang kedua kali, ia melihat ada kilauan air. Ia tiba-tiba menyadari Koga harus melakukan pendaratan perut. Namun Koga sudah menurunkan roda pendarat dan hampir mendarat.[24]

Roda pendarat terperosok ke dalam lumpur dan air, menyebabkan pesawat terbalik dengan bagian atas berada di bawah, lalu tergelincir sebelum berhenti. Meski pesawat selamat mendarat hampir utuh, Sersan Satu Udara Koga tewas akibat benturan, kemungkinan akibat patah leher atau benturan di kepala. Kedua wingman Koga yang terbang berputar di atasnya telah diperintahkan untuk menghancurkan setiap pesawat Zero yang mendarat darurat di wilayah musuh. Namun keduanya tidak tahu Koga masih hidup atau sudah mati. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk pergi dan tidak memberondong pesawat Koga hingga hancur. Kapal selam Jepang yang diposkan di Pulau Akutan dengan sia-sia mencari Koga sebelum diusir oleh kapal perusak USS Williamson.[24]

Penemuan kembali

sunting
 
Bill Thies (kiri) memiloti PBY Catalina yang menemukan Zero Akutan.

Lokasi kecelakaan yang berada di luar jalur penerbangan standar dan tidak terlihat dari kapal, belum ditemukan dan tidak terusik selama lebih dari sebulan. Pada 10 Juli 1942, sebuah PBY Catalina yang dipiloti Letnan William "Bill" Thies menemukan rongsokan pesawat. Pesawat Catalina ini sebetulnya sedang melakukan patroli berdasarkan perhitungan mati dan sedang tersesat. Ketika Kepulauan Shumagin sudah terlihat, Letnan Thies mengubah arah pesawatnya dan mulai terbang kembali ke Dutch Harbor lewat jalur penerbangan paling dekat, di atas Pulau Akutan. Kapten pesawat, Albert Knack melihat rongsokan pesawat Koga. Pesawat Thies terbang berputar di lokasi kecelakaan, mencatat koordinatnya pada peta, dan kembali ke Dutch Harbor untuk melaporkannya. Thies berhasil meyakinkan komandannya, Paul Foley untuk memberi izin kembali ke lokasi kecelakaan bersama sebuah tim penyelamatan. Keesokan harinya, tim tersebut terbang untuk memeriksa pesawat Koga. Fotografer angkatan laut Mualim Arthur W. Bauman bertugas memotret sewaktu misi berlangsung.[25]

 
Jenazah Koga setelah dikeluarkan dari pesawatnya.

Tim Thies berhasil mengeluarkan jasad Koga dari pesawat setelah memerintahkan awak pesawat bernama Knack yang bertubuh paling kecil, untuk merangkak di dalam pesawat dan memotong sabuk pengaman yang mengikat tubuh Koga. Mereka menggeledah jasad Koga dengan harapan menemukan benda-benda bernilai intelijen, lalu menguburkannya di sebuah lubang kubur yang dangkal. Thies bersama timnya kembali ke Dutch Harbor untuk melaporkan bahwa pesawat Koga masih dapat diselamatkan. Keesokan harinya, 12 Juli, tim penyelamat di bawah pimpinan Letnan Robert Kirmse diberangkatkan ke Akutan. Tim ini kembali menguburkan jenazah Koga dengan tata cara penguburan Kristiani di sebuah bukit berdekatan. Mereka lalu bersiap mengambil pesawat Zero tersebut. Namun upaya mereka terhalang akibat tidak tersedianya alat-alat berat yang batal didaratkan karena kapal yang mengangkutnya kehilangan dua buah jangkar. Pada 15 Juli 1842, tim ketiga yang ditugaskan mengambil pesawat diberangkatkan. Kali ini, mereka membawa alat-alat berat yang tepat. Tim tersebut berhasil membebaskan pesawat Zero itu dari lumpur dan menariknya ke tongkang yang berdekatan tanpa menimbulkan kerusakan lebih lanjut. Pesawat itu kemudian dibawa ke Dutch Harbor, dijungkirkan hingga sisi kanan berada di atas, dan dibersihkan.[26]

 
Pesawat Zero sedang dinaikkan ke atas tongkang pengangkut.

Zero Akutan dibawa di atas kapal USS St. Mihiel dan tiba di Seattle pada 1 Agustus 1942. Dari Seattle, pesawat ini diangkut dengan tongkang ke Pangkalan Udara Angkatan Laut North Island dekat San Diego untuk diperbaiki secara teliti. Perbaikan ini "sebagian besar terdiri dari pelurusan stabilisator vertikal, kemudi belok, ujung sayap, sirip sayap, dan kanopi. Penopang roda pendarat yang patah memerlukan perbaikan lebih intensif. Propeler tiga bilah produksi Sumitomo dipasang dan digunakan kembali."[27] Roundel (tanda pengenal pesawat) Hinomaru berwarna merah dicat ulang dengan tanda bintang putih di dalam lingkaran biru Amerika Serikat. Pesawat ini mendapat penjagaan 24 jam dari polisi militer untuk mencegah kerusakan pesawat oleh pemburu cendera mata. Pesawat Zero Akutan kembali layak untuk terbang pada 20 September 1942.[28]

Hasil analisis Amerika Serikat

sunting
 
Pilot Eddie Sanders melakukan uji terbang pertama Zero Akutan, 20 September 1942

Data dari Zero Akutan dikirim ke Biro Aeronautika dan Grumman Aircraft. Setelah mempelajarinya dengan saksama, Roy Grumman memutuskan bahwa dia dapat membuat pesawat yang menyamai atau melampaui karakteristik Zero, kecuali soal jarak terbang, tanpa mengorbankan pelat perisai untuk pilot, tangki swarapat, dan struktur badan pesawat. Pesawat baru F6F Hellcat meski lebih berat namun memiliki tenaga tambahan..[29][30]

Pada 20 September 1942 (2 bulan setelah ditangkapnya Zero di Akutan), Mayor Udara Eddie R. Sanders ditugaskan sebagai penerbang uji Zero Akutan pada uji terbang pertamanya. Sanders melakukan 24 kali uji terbang dari 20 September hingga 15 Oktober 1942. Menurut laporan Sanders:

Penerbangan-penerbangan ini meliputi tes kinerja seperti yang kita lakukan terhadap pesawat-pesawat yang menjalani uji terbang Angkatan Laut. Penerbangan yang pertama mengungkap kelemahan dari pesawat Zero yang dapat dieksploitasi oleh pilot-pilot kita dengan taktik yang tepat... segera jelas adalah fakta bahwa aileron menjadi kaku pada kecepatan di atas 200 knot, sehingga manuver berguling pada kecepatan tersebut menjadi lambat dan memerlukan banyak kekuatan pada tongkat kendali. Pesawat itu lebih mudah berguling ke kiri daripada ke kanan. Juga, mesinnya mogok dalam keadaan akselerasi negatif akibat karburator tipe apung. Kita sekarang punya jawaban untuk pilot-pilot kita selalu kena diakali, dan tidak dapat melarikan diri ketika dikejar Zero: Lakukan menukik vertikal dengan kecepatan penuh, gunakan akselerasi negatif bila mungkin untuk membuka jarak sewaktu mesin Zero masih mogok akibat akselerasi. Pada kira-kira 200 knot, berguling tajam ke kanan sebelum penglihatan pilot Zero normal kembali.[31]

Pada uji-uji terbang berikutnya, Frederick M. Trapnell, direktur uji terbang di Anacostia Naval Air Station menerbangkan Zero Akutan ditemani Sanders yang menerbangkan pesawat Amerika Serikat. Keduanya melakukan simulasi pertarungan udara. Pilot uji Angkatan Laut Amerika Serikat Letnan Melvin C. "Boogey" Hoffman juga melakukan serangkaian uji pertarungan udara. Hoffmann menerbangkan Zero Akutan, sementara pilot-pilot baru angkatan laut menerbangkan pesawat angkatan laut model baru.

Setelah uji terbang oleh angkatan laut, pesawat Zero Akutan dipindahkan dari Pangkalan Udara Angkatan Laut North Island ke Pangkalan Udara Angkatan Laut Anacostia pada tahun 1943. Pada tahun 1944, pesawat ini dikembalikan ke North Island untuk dipakai sebagai pesawat latih untuk pilot-pilot siswa sebelum dikirim ke Pasifik. Sebuah pesawat Zero Model 52 lainnya yang ditangkap sewaktu Pembebasan Guam juga dipakai untuk latihan.[32]

Data dan kesimpulan dari uji terbang Zero Akutan diterbitkan dalam Informational Intelligence Summary 59, Technical Aviation Intelligence Brief #3, Tactical and Technical Trends #5 (diterbitkan sebelum uji terbang pertama), dan Informational Intelligence Summary 85. Hasil-hasil pengujian sedikit meremehkan kemampuan Zero.[33]

Konsekuensi

sunting

Data dari Zero Akutan diserahkan ke BuAer dan Grumman Aircraft untuk dipelajari pada tahun 1942.[30] Pada waktu itu Amerika Serikat sedang mendesain F6F, sebuah pesawat tempur berbasis kapal induk yang dimaksudkan sebagai pengganti F4F Wildcat,[5][34]. Uji terbang F6F dilakukan dengan prototipe pertama yang disebut XF6F-1 yang dipasangi mesin radial dua baris bertenaga lebih rendah Wright R-2600 Twin Cyclone 14 silinder pada 26 Juni 1942.[35][36] Produksi pertama F6F-3 dirancang berdasarkan data "Wildcat vs Zero" dari pilot-pilot F4F veteran Pertempuran Laut Karang dan Pertempuran Midway seperti Jim Flatley dan Jimmy Thach, dan beberapa pilot lainnya. Pendapat mereka didengar dalam rapat bersama Wakil Presiden Grumman Jake Swirbul di Pearl Harbor, 23 Juni 1942. Hasilnya berupa dibuatnya F6F Hellcat yang lepas landas pada Oktober 1942.[36][37][38][39] Meski uji terbang Zero hasil tangkapan tidak mempengaruhi rancangan Hellcat secara drastis,[40] data-datanya mengungkap karakteristik terbang pesawat Zero, termasuk keterbatasannya dalam berguling ke kanan dan menukik.[41] Informasi tersebut, ditambah kemampuan Hellcat yang telah ditingkatkan, berjasa membantu pilot-pilot Amerika Serikat "mengubah keseimbangan di Pasifik".[34] Penerbang jagoan Amerika Serikat Kenneth A. Walsh dan R. Robert Porter, serta pilot-pilot lainnya memuji taktik dari data-data yang didapat sebagai telah menyelamatkan nyawa mereka.[41] James Sargent Russell, komandan skadron PBY Catalina yang menemukan Zero di Pulau Akutan yang kemudian naik pangkat hingga menjadi laksamana berkomentar bahwa pesawat Zero bekas Koga "memiliki makna sejarah yang luar biasa." William N. Leonard juga sepakat bahwa: "Zero yang tertangkap itu adalah sebuah harta. Sepengetahuanku, tidak ada mesin perang hasil tangkapan lainnya yang telah membongkar begitu banyak rahasia ketika begitu sangat dibutuhkan."[42]

Beberapa sejarawan mempermasalahkan sejauh mana Zero Akutan mempengaruhi hasil perang udara di Pasifik. Thach Weave, sebuah taktik karya John Thach dan dipakai secara sukses oleh penerbang Amerika melawan pesawat Zero, adalah hasil pemikiran Thach berdasarkan laporan intelijen kinerja Zero di Tiongkok, diciptakannya sebelum Jepang melakukan serangan ke Pearl Harbor.[43]

 
Tadayoshi Koga kemungkinan dimakamkan di Pemakaman Nasional Chidorigafuchi.

Tertangkapnya Zero milik Koga dan uji terbang yang dilakukan terhadap pesawat itu biasanya digambarkan sebagai keberhasilan tidak terduga yang luar biasa bagi Sekutu, karena mengungkap rahasia-rahasia dari pesawat misterius itu dan membawa langsung kepada kejatuhannya. Menurut sudut pandang ini, pilot-pilot Sekutu mendapat kesempatan belajar cara berurusan dengan lawan lincah mereka. Orang Jepang pasti sangat setuju... Namun pilot-pilot angkatan laut yang harus bertempur melawan Zero di Laut Karang, Midway, dan Guadalcanal tanpa memanfaatkan keuntungan dari laporan uji terbang [Zero Akutan] pasti tidak setuju dengan argumentasi yang mengatakan pesawat Zero milik Koga perlu dibedah untuk menciptakan taktik yang dapat mengalahkan pesawat dongeng tersebut. Bagi mereka pesawat Zero tidak bertahan lama sebagai pesawat misterius. Kabar cepat beredar di antara penerbang tempur mengenai ciri-ciri khas Zero. Pada 6 Oktober ketika menguji Zero, [pilot uji Zero Akutan Frederick M.] Trapnell membuat sebuah pernyataan sangat menarik: 'Kesan umum tentang pesawat ini persis seperti yang semula dilaporkan oleh intelijen, termasuk kinerjanya.'[6]

Meskipun demikian, 9 rongsokan Mitsubishi A6M Zero yang ditemukan dari Pearl Harbor pada Desember 1941 tidak lama setelah serangan Jepang ditelaah oleh Intelijen Angkatan Laut Amerika Serikat bersama-sama dengan Biro Aeronautika Angkatan Laut, dan lalu dikirim ke Departemen Teknik Eksperimental di Dayton, Ohio pada tahun 1942. Pesawat eksperimental Grumman XF6F-1 yang menjalani uji terbang pada Juni 1942 dan pesawat Zero sama-sama memiliki "sayap terintegrasi dengan badan pesawat,"[44] sebuah karakteristik desain yang tidak umum diterapkan dalam produksi pesawat terbang Amerika Serikat pada waktu itu.

Zero Akutan hancur dalam kecelakaan sewaktu latihan pada bulan Februari 1945. Ketika pesawat Zero itu sedang berada di jalan taksi sebelum lepas landas, sebuah SB2C Helldiver kehilangan kendali dan menabraknya. Propeler Helldiver mengiris Zero menjadi beberapa bagian. Dari rongsokan pesawat Zero Akutan, William N. Leonard memungut beberapa instrumen tolok yang kemudian disumbangkannya ke Museum Nasional Angkatan Laut Amerika Serikat. Alaska Heritage Museum dan Museum Dirgantara Nasional Smithsonian juga menyimpan beberapa bagian kecil dari pesawat Zero itu.[45]

Dalam upayanya merepatriasi tulang belulang Koga, pengarang Amerika Serikat Jim Rearden memimpin pencarian di Pulau Akutan pada tahun 1988. Ia menemukan makam Koga ternyata sudah kosong. Rearden dan pengusaha Jepang Minoru Kawamoto melakukan penelitian dokumen. Mereka menemukan bahwa jenazah Koga sudah digali oleh tim Dinas Registrasi Amerika Serikat dan dimakamkan kembali di Pulau Adak, Kepulauan Aleut. Tim tersebut tidak mengetahui identitas Koga sehingga menandainya sebagai makam tidak dikenal. Makam di Pulau Adak digali pada tahun 1953, dan 256 jenazah dikembalikan ke Jepang. Jenazah yang dikuburkan di samping Koga (Shigeyoshi Shindo) termasuk salah satu dari 13 jenazah yang teridentifikasi. Sejumlah 223 jenazah tidak dikenal, dimakamkan kembali di Pemakaman Nasional Chidorigafuchi, Tokyo. Koga mungkin termasuk salah satu di antaranya.[46]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Readen, Enemy.
  2. ^ http://www.j-aircraft.com/research/WarPrizes.htm
  3. ^ Rearden, Fighter, x.
  4. ^ Larry Dwyer (2003). "Mitsubishi A6M Zero-Sen – Japan". The Aviation History On-Line Museum. Diakses tanggal 2008-12-09. 
  5. ^ a b Okumiya, 160–163
  6. ^ a b c Lundstrom, 535.
  7. ^ Rearden, Fighter, 1–3.
  8. ^ Oxford guide, "Fighters" entry, hlm. 278–279. Supremasi Zero dalam jangkauan terbang pada tabel 2, sumber: W. Green, Warplanes of the Second World War, 1961. Kemampuan manuver dijelaskan sebagai "istimewa ... Di antara pesawat tempur tahap awal milik Sekutu, hanya F4F Wildcat yang dapat menandinginya secara seimbang".
  9. ^ Oxford Guide, "Air power" entry, hlm. 17. "It was largely thanks to these blows, and the superiority of the Japanese Navy's Zero fighter to anything that it was to meet for two years to come, that the Japanese were able to sweep through the ill-defended British and Dutch possessions in South-East Asia without the Allies being able to interrupt their communications".
  10. ^ Rearden, Fighter, 10.
  11. ^ Rearden, Fighter, 13.
  12. ^ Bergerud, 205
  13. ^ Handel, 139.
  14. ^ Rearden, Fighter, 14.
  15. ^ Rearden, Fighter, 28.
  16. ^ Rearden, Fighter, 29.
  17. ^ Rearden, Fighter, 30.
  18. ^ "Lemelson-MIT program – Inventor of the Week Archive profile of Gerhard Neumann". MIT. 1998. Diakses tanggal 2008-12-09. 
  19. ^ a b Rearden, Fighter, 54.
  20. ^ WILLIWAW WAR: The Arkansas National Guard in the Aleutians in World War II by Donald Goldstein and Katherine V. Dillon, March 1992, University of Arkansas Press, page 188. Lihat pula, Never Give Up! A History Of The 206Th Coast Artillery (Anti-Aircraft) Regiment Of The Arkansas National Guard In The Second World War oleh William E. Maxwell, Jr. March 1992
  21. ^ Rearden, Fighter, 56
  22. ^ Rearden, Fighter, 67–68.
  23. ^ Rearden, Fighter, 57.
  24. ^ a b Rearden, Fighter, 58.
  25. ^ Rearden, Fighter, 61–2.
  26. ^ Rearden, Fighter, 66–70.
  27. ^ Rearden, Fighter, 72. Appendix II berisi daftar lengkap perbaikan yang dilakukan.
  28. ^ Rearden, Fighter, 72.
  29. ^ Ewing (Thach Weave) p.84
  30. ^ a b Thruelsen p. 178
  31. ^ Rearden, Fighter, 73.
  32. ^ Rearden, Fighter, 78–84.
  33. ^ Richard L. Dunn (2004). "Zero Model 21: unraveling the performance data (part 1)". Diakses tanggal 2008-12-09. 
  34. ^ a b Degan, Flattop, 103.
  35. ^ Francillon p. 198
  36. ^ a b O'Leary, 67–74.
  37. ^ Ewing (Thach Weave) p. 86, 182, 308
  38. ^ Ewing (Reaper Leader) 172, 106
  39. ^ Thruelsen p. 166
  40. ^ Rearden, Fighter, 86.
  41. ^ a b Rearden, Fighter, 88.
  42. ^ Rearden, Fighter, 86–8.
  43. ^ Rearden, Fighter, 4–5.
  44. ^ Ewing 2004 p. 102
  45. ^ Rearden, Fighter, 91.
  46. ^ Rearden, Fighter, 95–8.

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting