Zainal Abidin Ahmad
Zainal Abidin Ahmad[1][2] (11 April 1911 – 26 April 1983)[3] atau ZA Ahmad adalah wartawan, penulis, dan politikus Indonesia yang berasal dari Sulik Aia, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Ia pernah menjadi redaktur surat kabar Pandji Islam[4][5] yang bermarkas di Medan, Sumatera Utara.[6]
Zainal Abidin Ahmad | |
---|---|
![]() | |
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat | |
Masa jabatan 21 Agustus 1950 – 24 Juni 1960 | |
Presiden | Sukarno |
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat | |
Masa jabatan 17 Februari 1950 – 16 Agustus 1950 | |
Presiden | Sukarno |
Daerah pemilihan | Republik Indonesia |
Anggota Konstituante | |
Masa jabatan 9 November 1956 – 5 Juli 1959 | |
Presiden | Sukarno |
Informasi pribadi | |
Lahir | 1 April 1911 Solok, Sumatera Barat, ![]() |
Meninggal | 26 April 1983 (umur 72) |
Partai politik | Masyumi |
Profesi | Guru, wartawan, politisi |
![]() ![]() |
Di kancah politik, ia aktif di Masyumi dan duduk sebagai anggota Konstituante RI (1955–1959) dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (1950-1960). Ia juga pernah mengahar dan menjadi Dekan Fakultas Politik Universitas Ibnu Chaldun, Jakarta.
Riwayat
suntingZA Ahmad menempuh pendidikan dasarnya di kampungnya di sekolah Belanda, Hollandsch Inlandsche School (HIS). Lalu, ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Sumatera Thawalib, Padang Panjang. Ia sebetulnya ingin masuk sekolah Belanda lagi tapi ditolak karena masalah diskriminasi. Ia dikenal cerdas. Saat sekolah dasar ia langsung ditempatkan di kelas 2 dan selalu ranking 1.[7]
Bercita-cita menjadi seorang guru, ZA Ahmad awalnya sempat mengajar sebentar untuk almamaternya, Sumatera Thawalib. Akan tetapi pada saat itu pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar. Karena hal tersebut, ia menggeluti bidang kewartawanan.[4]
Karier
suntingDi dunia jurnalistik, ZA Ahmad aktif di Pandji Islam yang berbasis di Medan. Ia duduk di dewan redaksi majalah tersebut sejak 1937 sampai 1942. Pada masa pendudukan Jepang, ia menjadi pemimpin surat kabar Fajar Asia dan anggota redaksi surat kabar Berita Malai, keduanya berbasis di Singapura.
Ketertarikannya dalam organisasi mengantarkan Zainal Abidin Ahmad menjadi ketua umum Masyumi seluruh Sumatra.[4] Kemudian, ia terpilih sebagai aggota Konstituante RI (1956–1959).[6]
Dari tahun 1931 sampai 1935, ia mendapat kesempatan untuk memimpin Permi (Persatuan Muslimin Indonesia) di Padang dan Medan. Dua tahun kemudian, ia mendirikan suatu organisasi bagi para sesama wartawan yang ingin berfokus pada perjuangan Islam.
Rujukan
sunting- ^ https://books.google.co.id/books?id=vs79HAAACAAJ&dq=zainal+abidin+ahmad&hl=en&sa=X&redir_esc=y
- ^ https://books.google.co.id/books?id=FwPrHAAACAAJ&dq=zainal+abidin+ahmad&hl=en&sa=X&redir_esc=y
- ^ http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jipp/article/download/ASSF/1380
- ^ a b c Shadily, Hassan (1984). Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru - Van Hoeve.
- ^ https://books.google.co.id/books?id=7tEDwWKYLNUC&q=zainal+abidin+ahmad&dq=zainal+abidin+ahmad&hl=en&sa=X&redir_esc=y
- ^ a b Noer, Deliar. Mohammad Hatta:Hati Nurani Bangsa. Jakarta: Penerbit Kompas. hlm. 50–51. ISBN 978-979-709-633-5.
- ^ Masha, Nasihin (Rabu 02 Jan 2019). "Zainal Abidin Ahmad dan Gagasan Negara Islam". Republika Online.
Pranala luar
sunting- https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tsaqafah/article/view/979
- https://books.google.co.id/books?id=VODlHHq4FukC&pg=PA205