Yahudi Humanis

denominasi Yahudi
(Dialihkan dari Yudaisme Humanis)

Yudaisme Humanis atau Yudaisme Humanistik (Ibrani: יהדות הומניסטית Yahdut Humanistit; bahasa Yiddi: הומאַניסטישע ייִדישקייט ) adalah nama sebuah gerakan dalam Yudaisme yang menawarkan suatu alternatif nonteistik dalam kehidupan keagamaan Yahudi kontemporer. Di sini Yudaisme didefinisikan sebagai suatu pengalaman budaya dan sejarah orang Yahudi dan mendorong orang Yahudi humanistik dan sekuler untuk menghargai identitas Yahudi mereka dengan berpartisipasi dalam hari-hari raya Yahudi dan peristiwa-peristiwa dalam siklus hidup (seperti pernikahan dan bar/bat mitzvah ) dengan upacara-upacara inspirasional yang berasal dari literatur tradisional tetapi dilaksanakan lebih dari biasanya.

Dasar filosofisnya meliputi ide-ide berikut:

  • Orang Yahudi adalah seseorang yang mengidentifikasi diri sendiri dengan sejarah, budaya, dan masa depan masyarakat Yahudi;
  • Yudaisme adalah budaya bersejarah orang-orang Yahudi, dan agama hanyalah satu bagian dari budaya itu;
  • Identitas Yahudi paling baik dilestarikan dalam lingkungan pluralistik yang bebas;
  • Manusia memiliki kekuatan dan tanggung jawab untuk membentuk kehidupan mereka sendiri secara independen dari otoritas supernatural;
  • Etika dan moralitas harus melayani kebutuhan manusia, dan pilihan-pilihan harus didasarkan pada pertimbangan konsekuensi dari tindakan daripada aturan atau perintah-perintah yang sudah ditetapkan;
  • Sejarah Yahudi, sebagaimana semua sejarah, adalah riwayat manusia, suatu kesaksian dari pentingnya kekuatan dan tanggung jawab manusia. Alkitab dan teks tradisional lainnya adalah produk dari aktivitas manusia dan sebaiknya dipahami melalui arkeologi dan analisis ilmiah lainnya .
  • Kebebasan dan martabat orang-orang Yahudi harus berjalan seiring dengan kebebasan dan martabat setiap manusia.[1]

Asal usul

sunting

Yudaisme Humanistik, dalam bentuknya yang sekarang, didirikan pada tahun 1963 oleh Rabbi Sherwin Wine.[2][3] Sebagai seorang rabi terlatih dalam Yudaisme Reformasi, dengan suatu jemaat kecil sekuler non-teistik di Michigan, Wine mengembangkan liturgi Yahudi yang mencerminkan sudut pandang filsafatnya dan jemaatnya dengan menekankan pada budaya, sejarah, dan identitas Yahudi bersama-sama dengan etika humanistik, tetapi tanpa semua doa dan rujukan kepada Allah. Jemaat ini berkembang menjadi "Kuil Birmingham" ("Birmingham Temple"), sekarang di Farmington Hills, Michigan. Segera kelompok ini diikuti oleh jemaat bekas Reformasi di Illinois yang dipimpin oleh Rabbi Daniel Friedman, serta suatu kelompok di Westport, Connecticut, Amerika Serikat.

Pada tahun 1969, jemaat-jemaat ini, juga yang lainnya disatukan secara organisasi di bawah payung "Society for Humanistic Judaism" (SHJ; "Yayasan untuk Yudaisme Humanistik"). Yayasan ini tercatat memiliki 10.000 anggota dalam 30 jemaat yang tersebar di seluruh Amerika Serikat dan Kanada .

Selanjutnya "International Institute for Secular Humanistic Judaism" didirikan pada tahun 1986. Merupakan pusat akademik dan intelektual Yudaisme Humanistik. Awalnya dibentuk di Yerusalem pada tahun 1985 dan saat ini memiliki dua pusat kegiatan: satu di Yerusalem, Israel, dan yang lainnya di Lindolnshire, Illinois, Amerika Serikat. Rabbi Adam Chalom adalah dekan di pusat Amerika Utara. Institusi itu menawarkan program pelatihan profesional bagi para juru bicara, pendidik, pemimpin (dalam bahasa Ibrani disebut "madrikhim/ot" atau dalam bahasa Yiddish disebut "vegvayzer"; "pemandu jalan"), dan para Rabi, selain melakukan publikasi, seminar umum dan kolokium untuk kaum awam.[4]

Prinsip keyakinan dan praktik

sunting

 

Yudaisme Humanistik menghasilkan suatu pemisahan dari agama Yahudi tradisional yang jauh lebih radikal daripada yang pernah dibayangkan oleh Mordecai Kaplan. Kaplan mendefinisikan ulang istilah Allah dan istilah agama tradisional lainnya sehingga membuatnya konsisten dengan pandangan materialis, dan terus menggunakan bahasa doa tradisional. Wine menolak pendekatan ini karena dianggapnya membingungkan mengingat para penganutnya bisa memberi definisi mereka sendiri pada istilah-istilah tersebut dengan kata-kata yang mereka sukai.[5] Wine berusaha untuk mencapai konsistensi dan kestabilan filsafat dengan menciptakan ritual dan upacara yang murni non-teistik. Ibadah-ibadah cara baru kemudian diciptakan untuk Sabat, Rosh Hashanah, Yom Kippur, dan festival serta hari-hari raya Yahudi lainnya, sering kali dengan reinterpretasi makna hari-hari itu agar disesuaikan dengan filsafat Humanistik sekuler.[6]

Yudaisme Humanistik dikembangkan sebagai kemungkinan solusi bagi masalah mempertahankan identitas dan kontinuitas Yahudi di kalangan orang yang non-agamawi. Menyadari bahwa kehidupan beragama jemaat sedang berkembang, Wine percaya bahwa orang Yahudi sekuler yang telah menolak teisme akan tertarik sebuah organisasi yang menyediakan semua bentuk dan kegiatan yang sama dengan, misalnya, kuil-kuil Reformasi (Reform temples), tetapi yang mengungkapkan suatu sudut pandang Humanistik sekuler murni. "International Institute for Secular Humanistic Judaism", suatu organisasi yang disponsori oleh "Society for Humanistic Judaism" dan "Kongres Organisasi Yahudi Sekuler", melatih para rabi dan para pemimpin lainnya di Amerika Serikat dan di Israel. "Society for Humanistic Judaism" diorganisir dengan tujuan memobilisasi masyarakat untuk menghargai identitas dan budaya Yahudi yang konsisten dengan filosofi kehidupan humanistik.

Referensi

sunting
  1. ^ "What is Humanistic Judaism?" The Society for Humanistic Judaism.
  2. ^ "International Federation for Secular & Humanistic Judaism". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-16. Diakses tanggal 2010-12-16. 
  3. ^ Hevesi, Dennis (July 25, 2007). "Sherwin Wine, 79, Founder of Splinter Judaism Group, Dies". The New York Times. Diakses tanggal 2010-12-16. 
  4. ^ "Home | International Institute for Secular Humanistic Judaism". Iishj.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-01. Diakses tanggal 2013-09-10. 
  5. ^ Wine, Sherwin (1985). Judaism Beyond God. Society for Humanistic Judaism. ISBN 978-0912645087. 
  6. ^ Rosenfeld, Max (1997). Festivals, folklore & philosophy: A secularist revisits Jewish traditions. Sholom Aleichem Club. ISBN 978-0961087029. 

Pranala luar

sunting