Yuchi Jingde

(Dialihkan dari Yuchi jingde)

Yuchi Jingde (Hanzi: 尉迟敬德, 585-658) atau juga dikenal sebagai Yuchi Gong (尉迟恭) adalah seorang jenderal terkenal pada Dinasti Tang. Kehebatannya begitu melegenda sehingga dalam mitologi Tiongkok, ia dikenal sebagai salah satu dari dua dewa pintu bersama Qin Shubao, jenderal Tang lainnya.

Yuchi Jingde

Kehidupan awal

sunting

Yuchi Jingde lahir tahun 585 di Shuozhou (sekarang Provinsi Shanxi) pada masa pemerintahan Kaisar Wen dari Sui. Dari nama marganya, Yuchi, tampak bahwa ia beretnis Xianbei (salah satu suku minoritas di Tiongkok utara). Pada masa pemerintahan Kaisar Yang dari Sui (putra Kaisar Wen) yang lalim, pemberontakan petani meletus di seantero negeri melawan kesewenang-wenangan sang kaisar. Yuchi bergabung dengan milisi sukarelawan yang dibentuk pemerintah untuk melawan kaum pemberontak. Ia menerima penghargaan atas keberaniannya di medan perang.

Menjadi bawahan Liu Wuzhou

sunting

Pada musim semi tahun 617, Liu Wuzhou mengangkat senjata melawan pemerintah Sui di Mayi, ia mengangkat dirinya sebagai Khan Dingyang. Yuchi bergabung dengan Liu dan diangkat sebagai salah satu jenderalnya. Tahun 619, ia bekerja di bawah komando Song Jin’gang, jenderal utama Liu menyerang wilayah Dinasti Tang hingga ke selatan. Sekitar awal tahun 620, ia dan Xun Xiang, rekannya di bawah komando Song, berhadapan dengan pasukan Tang di bawah pimpinan Li Xiaoji, Pangeran Yong’an (keponakan jauh Kaisar Tang Gaozu). Mereka mengalahkan Li dan menangkap beberapa tokoh penting lainnya, termasuk sepupu kaisar, Dugu Huai’en, Yu Yun, Tang Jian dan Liu Shirang. Namun ketika berhadapan dengan pasukan inti Tang di bawah pimpinan Li Shimin, pangeran Qin (putra kedua kaisar), mereka dikalahkan, mula-mula oleh jenderal Yin Kaishan dan Qin Shubao, lalu oleh Li Shimin sendiri.

Keduanya kabur untuk menyelamatkan nyawa masing-masing. Belakangan, atas saran Tang Jian yang ditawan, Yuchi membebaskan Liu Shirang untuk bernegosiasi dengan pasukan Tang, tetapi negosiasi itu tidak banyak berarti. Musim panas tahun itu juga, Li Shimin memperoleh lebih banyak kemenangan atas Song sehingga memaksa Liu Wuzhou melarikan diri. Li mengutus sepupunya Li Daozong dan Yuwen Shiji, Pangeran Rencheng untuk membujuk Yuchi dan Xun agar menyerah, keduanya menerima bujukan itu dan menyerah pada Tang. Li Shimin yang terkesan dengan keperkasaan Yuchi sangat gembira mendengar kabar ini, ia lalu menempatkan Yuchi dan 8000 prajurit yang turut menyerah bersamanya, di bawah komandonya, menepis keberatan jenderal Qutu Tong yang khawatir Yuchi belum sepenuhnya menyerah.

Dibawah pemerintahan Tang Gaozu

sunting

Tahun 620, Yuchi bersama atasannya, Li Shimin sibuk berperang melawan Wang Shichong, Kaisar Zheng, salah satu pemimpin separatis terkuat yang melawan Tang. Selama kampanye militer itu, sejumlah rekannya yang pernah menjadi bawahan Liu Wuzhou, termasuk Xun Xiang, membelot ke Wang. Bawahan Li lainnya mulai menaruh curiga pada Yuchi sehingga menjadikannya tahanan rumah. Qutu Tong dan Yin Kaishan menyarankan agar ia dihukum mati, tetapi Li membela bahwa jika Yuchi memang benar ingin membelot, ia tidak perlu menunggu lama hingga Xun membelot. Maka ia pun membebaskan Yuchi dan memanggilnya ke kemahnya di mana ia memberinya emas dan berkata, “Kita mempunyai hati dan tujuan yang sama, saya harap anda tidak menaruh dihati mengenai kesalahpahaman kecil ini. Saya tidak akan pernah mempercayai tuduhan palsu dan dibuat-buat untuk membunuh mereka yang baik dan setia. Anda harus mengerti hatiku, bila anda benar ingin pergi, biarlah emas ini menjadi bekal di perjalanan sebagai hadiah dari saat-saat kita pernah berjuang bersama”

Kemudian, ketika Li Shimin sedang memantau medan perang, pasukan Zheng tiba dan mengepungnya. Jenderal Zheng, Dan Xiongxin menyerang ke arah Li dengan tombak. Saat itu Yuchi tiba tepat waktu dan menombak Dan hingga jatuh dari kudanya, setelahnya ia mengawal Li keluar dari kepungan. Pasukan Tang di bawah Qutu Tong tiba dan memberikan serangan balasan sehingga memukul mundur mereka. Li menghadiahinya sekotak emas dan perak seraya berkata, “Cepat sekali anda membayar hutang anda” Sejak itu ia makin mempercayai Yuchi. Sementara itu, adiknya, Li Yuanji, Pangeran Qi, seorang prajurit yang gagah, mendengar kemahiran Yuchi merebut tombak dari tangan lawan sehingga ia mengajukan tantangan duel padanya agar bisa menjajal kehebatannya. Li Shimin memerintahkan mereka agar mencabut mata tombak pada senjata masing-masing, tetapi Yuchi menjawab, “Hamba akan mengikuti perintah dan mencabut mata tombak, tetapi pangeran tidak perlu melakukannya.” Yuchi berhasil merebut tombak Li Yuanji tiga kali dalam duel. Meskipun sangat terkesan padanya, Li juga merasa marah dan terhina karena dikalahkan seperti itu.

Setelah itu Li Shimin memilih 1000 pasukan elit dengan seragam dan zirah hitam di bawah komandonya untuk bertempur di garis depan. Yuchi, Qin Shubao, Zhai Zhangsun, dan Cheng Zhijie diangkat sebagai asistennya. Pasukan ini mengukir prestasi gemilang dalam kampanye militer melawan Wang Shichong yang dibantu Dou Jiande, Pangeran Xia. Dalam pertempuran dengan musuh tahun 621, Yuchi bertempur di samping Li dan mereka berhasil mengalahkan pasukan Dou yang menyerbu mereka. Li menulis surat untuk Dou agar ia menghentikan bantuannya pada Wang, tetapi Dou tidak menghiraukan surat ini.

Musim panas tahun 621, pasukan Tang dan Xia yang dikomandani secara langsung oleh Li dan Dou berhadapan dalam Pertempuran Hulao. Dalam permulaan perang, keponakan Wang Shichong, Wang Wan (Pangeran Dai) yang diutus pamannya untuk meminta bantuan Dou muncul di medan perang di atas kudanya yang gagah. Li Shimin berkata, “Sungguh seekor kuda yang bagus !”. Mendengarnya, Yuchi menawarkan jasa akan merebut kuda itu baginya, tetapi Li tidak mengizinkannya, katanya, “Bagaimana mungkin aku mengorbankan seorang prajurit hebat hanya demi seekor kuda ?” Yuchi tidak menghiraukannya, ia maju ke medan perang bersama Gao Zengsheng dan Liang Jianfang. Ketiganya melakukan serangan kejutan di garis depan pasukan Xia dan berhasil menangkap Wang Wan serta membawa kuda itu ke kemah pasukan Tang. Belakangan Li berhasil mengalahkan Dou dalam Pertempuran Hulao. Dengan kekalahan Dou, Wang Shichong pun terpaksa menyerah. Wilayah keduanya diduduki oleh pemerintah Tang.

Musim gugur tahun 621, seorang bawahan Dou bernama Liu Heita memberontak dan merebut kembali sebagian besar bekas daerah Xia. Saat itu Yuchi tidak sedang bersama Li Shimin, ia sedang sibuk memerangi suku Tujue Timur (Turki) di Yuanzhou (sekarang Guyuan, Ningxia). Tahun 622, ketika Li berangkat untuk ekspedisi hukuman terhadap Liu barulah Yuchi kembali ditempatkan di bawah komandonya. Dalam pertempuran kali ini kembali Yuchi memberi kontribusi besar bagi tuannya. Ketika Li sedang membantu salah seorang jenderalnya, Li Shiji, ia terkepung oleh pasukan Liu. Pada momen yang kritis itu Yuchi berjuang mati-matian membuka jalan agar Li dapat menyelamatkan diri. Liu pada akhirnya berhasil dikalahkan dan kabur ke wilayah Tujue Timur. Akhir tahun itu Liu kembali dari dan mencoba merebut kembali bekas wilayahnya, tetapi sekali lagi ia dikalahkan oleh Li Jiancheng, kakak Li Shimin yang juga putra mahkota Tang. Kemudian Yuchi turut menyertai tuannya dalam kampanye militer melawan Xu Yuanlang, sekutu Liu. Tahun 623, ia sekali lagi berperang dengan Tujue Timur di Shuozhou, disusul tahun berikutnya di Longzhou (sekarang Baoji, Shaanxi).

Keterlibatan dalam Kudeta di Gerbang Xuanwu

sunting

Li Jiancheng tidak akur dengan adiknya, Li Shimin, ia iri akan prestasinya yang lebih besar. Ia memperoleh dukungan dari adiknya yang lain, Li Yuanji, Pangeran Qi. Kedua pangeran ini selalu berusaha menjatuhkan saudaranya, Li Shimin. Melihat Li Shimin memiliki banyak bawahan yang hebat, mereka berusaha menarik mereka menjadi pengikutnya dan meninggalkan Li Shimin. Kepada Yuchi, Li Jiancheng pernah menghadiahinya sejumlah besar emas dan perak untuk mengajaknya bergabung. Namun Yuchi menulis surat balasan pada sang putra mahkota dan menolak hadiah itu, ia menekankan bahwa ia berkewajiban untuk setia pada Li Shimin. Li Jiancheng sangat murka dengan penolakan ini, ia memutus hubungannya dengan Yuchi dan mengirim pembunuh untuk menghabisinya. Namun usaha pembunuhan ini gagal karena Yuchi telah mempersiapkan diri untuk itu. Kesulitannya belum berhenti sampai situ, belakangan Li Yuanji memberikan tuduhan palsu atas Yuchi yang menyatakan ia melakukan tindakan kriminal. Kaisar Gaozu menahannya dan hampir saja menjatuhkan hukuman mati kalau saja Li Shimin tidak membela.

Pada musim panas 626, Li Shimin memutuskan untuk mengambil tindakan pendahuluan terhadap saudara-saudaranya setelah serangakaian usaha pembuhunan yang gagal terhadapnya, tetapi ia masih ragu-ragu untuk itu. Yuchi lah yang mendesak Li agar menepis keraguannya dan segera bertindak sebelum nyawanya melayang, apalagi belakangan tersebar desas-desus bahwa Li Jiancheng berencana menghabisi orang-orang kepercayaan Li termasuk dirinya, Cheng Zhijie, Duan Zhixuan, dan Qin Shubao. Yuchi menegaskan, “Semua orang takut mati. Namun kami rela mendukung Yang Mulia hingga akhir dan ini adalah kehendak surga. Bencana besar akan segera datang dan Yang Mulia masih yakin tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sekalipun anda tidak memikirkan diri sendiri, bagaimana dengan nasib kekaisaran dan kuil-kuil kekaisaran kita ? Jika Yang Mulia tetap tidak menerima saran hamba, hamba lebih memilih pergi dari kediaman Yang Mulia dan mengembara di alam liar. Hamba tidak bisa diam disini hanya untuk menunggu tangan diborgol lalu dihukum mati.”

Atas desakan Yuchi dan Zhangsun Wuji, Li pun memutuskan untuk bertindak. Li memanggil kembali dua ahli strateginya, Du Ruhui dan Fang Xuanling yang sebelumnya diturunkan pangkatnya akibat fitnah Li Jiancheng dan Li Yuanji. Pada mulanya keduanya menolak panggilan itu karena takut pada Kaisar Gaozu. Maka Li mengutus Yuchi untuk mengundang mereka, bila mereka masih menolak Yuchi diperintahkan membunuh mereka agar rencana tidak bocor. Akhirnya, Yuchi berhasil membujuk mereka, ia meyakinkan keduanya bahwa Li Shimin akan segera bertindak dan tidak ada yang perlu ditakuti. Mereka lalu berpisah dan datang ke kediaman Li secara terpisah.

Sementara itu Li Shimin secara rahasia telah menyampaikan tuduhan palsu yang menyerang kedua saudaranya, tuduhan itu menyatakan bahwa kedua pangeran itu telah berzinah dengan selir-selir kaisar, selain itu mereka juga berencana membunuh dirinya. Ia juga menyiapkan pasukan untuk melakukan sergapan di Gerbang Xuanwu yang menuju ke istana kekaisaran. Ketika kedua pangeran sampai di depan gerbang istana untuk menjawab tuduhan terhadap mereka, mereka merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan bermaksud untuk kembali. Pada saat itulah Li Shimin dan pasukannya keluar dari persembunyian dan menyerang. Li Shimin memanah Li Jiancheng hingga tewas. Kemudian Yuchi tiba dengan 70 prajurit, mereka memanah kuda yang ditunggangi Li Yuanji sehingga penunggangnya terjatuh, tetapi ia terus lari masuk ke hutan. Li Shimin mengejar adiknya, tetapi di hutan ia terjauh dari kudanya. Kesempatan ini dipakai Li Yuanji untuk membunuh kakaknya dengan cekikan tali busur. Yuchi tiba pada saat yang tepat, LiYuanji mencoba kabur kembali ke Istana Wude kediamannya, tetapi Yuchi terus mengejar dan membunuhnya dengan panah.

Kemudian, Li Shimin mengutus Yuchi ke istana seolah-olah ingin melindungi kaisar. Yuchi tiba di hadapan Kaisar Gaozu dengan baju zirah lengkap dan menyandang tombak, suatu tindakan yang berlawanan dengan tata-tertib yang tidak memperbolehkan membawa senjata di hadapan kaisar. Kaisar yang saat itu sedang bersama Pei Ji, Xiao Yu, dan Chen Shuda sangat terkejut, lalu bertanya, “Siapa yang memberontak ? Apa yang anda lakukan disini ?”. Yuchi menjawab, “Putra mahkota dan Pangeran Qi (Li Yuanji) telah memberontak, Pangeran Qin (Li Shimin) telah mengirim pasukan dan menghukum mati mereka. Ia khawatir yang mulia akan terkejut sehingga mengirim hamba untuk melindungi yang mulia”

Kaisar Gaozu yang menyadari situasi telah demikian serius meminta nasihat dari Pei Ji, Xiao Yu, dan Chen Shuda. Xiao dan Chen menyarankan padanya agar menetapkan Li Shimin sebagai putra mahkota dan ia menyetujuinya. Atas permintaan Yuchi, Gaozu mengeluarkan titah yang memerintahkan agar seluruh sisa pasukan Li Jiancheng dan Li Yuanji menghentikan perlawanan dan tunduk pada Li Shimin. Yuchi lah yang mencegah para bawahan Li Shimin yang bermaksud membantai seluruh pengikut kedua pangeran dan menyita harta mereka. Menurutnya, tindakan itu malah akan membuat keadaan makin kacau saja. Li Shimin yang terkesan dengan tindakannya menghadiahinya harta Li Yuanji dan mempromosikannya sebagai jenderal besar.

Dibawah pemerintahan Tang Taizong

sunting
 
Yuchi Jingde

Dua bulan setelah insiden Gerbang Xuanwu, Kaisar Gaozu turun tahta dan menyerahkannya pada Li Shimin yang naik tahta sebagai Kaisar Tang Taizong. Pada akhir tahun itu Jiali Khan (Ashina Duobi) dari Tujue Timur menyerang wilayah Tang. Yuchi adalah salah satu jenderal yang turut menangkis serbuan bangsa barbar itu dan dalam suatu pertempuran ia berhasil membunuh seorang jenderal Tujue. Namun Ashina berhasil mencapai ibu kota Chang’an dan meminta Kaisar Taizong menemuinya secara pribadi dan meminta upeti sebelum akhirnya menarik mundur pasukannya. Tahun 627, Taizong mengangkat Yuchi sebagai Adipati Wu dan menganugerahinya bersama Zhangsun Wuji, Fang Xuanling dan Du Ruhui daerah kekuasaan terluas di antara para pendukungnya.

Yuchi terkenal sebagai orang yang terus terang, bicara blak-blakan, bahkan cenderung kasar, ia sangat bangga atas prestasinya sendiri. Ia sering berselisih dengan Zhangsun, Fang dan Du (yang semuanya pernah menjadi perdana menteri), ia sering terlibat perdebatan sengit dengan mereka sehingga hubungan dengan mereka tidak akur. Tahun 629, ia diangkat sebagai komandan wilayah Xiangzhou (sekarang Xiangfan, Hubei). Tahun 634 menjadi kepala prefektur Tongzhou (sekarang Weinan, Shaanxi), jabatan yang secara hierarkis turun namun bisa dianggap promosi karena pos barunya ini mempunya posisi strategis yang dekat dengan ibu kota Chang’an.

Dalam suatu jamuan yang diadakan oleh Kaisar Taizong di Istana Qingshan (di Xianyang, Shaanxi) ada seorang pejabat (kemungkinan Yuwen Shiji) yang tempat duduknya ditempatkan di atas baris tempatnya duduk. Melihat hal itu dengan marah Yuchi menegurnya, “Memangnya apa prestasimu sampai ditempatkan di atasku ?” Melihat kericuhan ini, jenderal Li Daozong yang duduk di bawah Yuchi mencoba merelai, tetapi ia malah terkena bogem Yuchi yang sedang kalap sehingga hampir membutakannya. Kaisar Taizong merasa kesal dan membubarkan pesta lebih awal, lalu ia menegor Yuchi, “Saya sangat membenci Kaisar Han Gaozu yang pernah membantai orang-orang berbakat, dan saya justru ingin berbagi segala hormat dan kemuliaan ini dengan anda dan keturunan anda. Namun anda, sekalipun seorang pejabat pemerintah, terus melakukan tidakan seperti kriminal begitu, saya rasa bukanlah salah Kaisar Gaozu bila ia mencincang Han Xin dan Peng Yue. Peraturan negara ditegakkan melalui hadiah dan hukuman. Keramahan saya terhadap anda ada batasnya. Anda seharusnya introspeksi diri dan mengubah kelakuan anda sebelum terlambat.”

Kaisar Han Gaozu (Liu Bang), sang pendiri Dinasti Han setelah berhasil mempersatukan negara mulai curiga pada orang-orang yang pernah membantunya menjadi kaisar sehingga ia membantai mereka satu-persatu dengan alasan yang dibuat-buat.

Sejak itu, Yuchi mulai takut pada kaisar dan memperbaiki diri. Tahun 367, Kaisar Taizong berencana untuk menganugerahkan beberapa wilayah secara permanen kepada kerabat, jenderal, dan pejabatnya. Dalam hal ini gelar Yuchi diubah menjadi Adipati E (鄂忠武公) dan ia mendapat Xuanzhou (sekarang Xuancheng, Anhui) yang kepemilikannya berlangsung secara turun-temurun pada keturunan-keturunannya. Namun belakangan muncul berbagai keberatan terhadap sistem ini, salah satu yang paling vokal menentangnya adalah Zhangsun Wuji, sehingga kaisar pun membatalkan rencana ini. Walau demikian Yuchi tetap menyandang gelarnya sebagai Adipati E. Ia kemudian menempati posisi sebagai komandan wilayah selama dua masa jabatan. Tahun 643, ia mengajukan pengunduran diri yang akhirnya dikabulkan. Meskipun telah pensiun, kaisar masih memintanya menghadiri pertemuan istana setiap lima hari sekali. Pada akhir tahun itu, kaisar ingin memasang lukisan dari 24 pejabat Tang paling berjasa di Paviliun Lingyan dan Yuchi termasuk salah satu dari 24 orang itu.

Tahun 645, kaisar bermaksud memimpin secara pribadi serangan ke Kerajaan Goguryeo (Korea). Yuchi melayangkan petisi menentang rencana ini, ia menyarankan agar kaisar jangan pergi dan hanya perlu mengirim jenderal saja demi mencegah terjadinya pemberontakan terhadap putra mahkota Li Zhi karena saat itu kebetulan sedang terjadi kericuhan internal di istana di mana putra-putra Taizong saling bersaing berebut posisi putra mahkota. Bagaimanapun Taizong tidak setuju dengan usulnya, malah mengajak Yuchi menemaninya ke Korea sebagai konsultan. Setelah berakhirnya kampanye militer itu, Yuchi kembali mengundurkan diri. Konon dalam sisa hidupnya sejak 642, ia menghabiskan waktunya untuk mendalami Taoisme dan rutin mengonsumsi zat mica sebagai salah satu ritualnya. Ia hidup mewah di kediamannya yang megah, tetapi tidak suka menerima tamu, ia juga menikmati Qingshang, sebuah gaya musik yang konon diciptakan oleh Cao Cao, perdana menteri pada Zaman Tiga Negara.


Dibawah pemerintahan Tang Gaozong

sunting

Tahun 649, Kaisar Taizong mangkat dan ia digantikan oleh putranya Li Zhi yang naik tahta sebagai Kaisar Tang Gaozong. Tahun 658, untuk menghargai jasa-jasa Yuchi, Gaozong secara anumerta mengangkat ayah Yuchi sebagai komandan. Yuchi wafat pada akhir tahun itu dan dimakamkan dengan penuh kehormatan di dekat makam Kaisar Taizong. Kaisar Gaozong memerintahkan semua pejabat tingkat menengah dan atas turut menghadiri upacara pemakamannya.

Legenda Yuchi Jingde sebagai Dewa Pintu

sunting

Konon setelah Li Shimin membunuh kakak dan adiknya dalam kudeta di Gerbang Xuanwu, ia tidak bisa tidur dengan tenang karena terus dihantui oleh arwah kedua saudaranya yang menuntut balas padanya. Maka, Li Shimin memerintahkan Yuchi dan Qin Shubao untuk berjaga di depan pintu kamarnya sepanjang hari. Namun karena keterbatasan tenaga, keduanya tidak bisa berjaga non-stop sepanjang hari. Sebagai gantinya dibuatlah lukisan kedua jenderal itu dan ditempelkan di sisi kanan dan kiri pintu kamar sang kaisar. Tradisi ini masih dipraktikkan oleh orang Tionghoa hingga kini yang dipercaya dapat mencegah hal-hal yang buruk masuk ke rumah.