Wayang listrik
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Wayang listrik adalah sebuah garapan seni pertujukan wayang yang dipadukan dengan unsur teknologi modern di dalamnya yang digarap oleh seniman I Made Sidia asal desa Bona, Gianyar, Bali. Saat masih di bangku kuliah, I Made Sidia banyak melakukan eksperimen untuk membuat konsep baru dalam seni pertunjukan wayang dan memang dianjurkan oleh jurusan pedalangan Institut Seni Indonesia Denpasar untuk membuat pertunjukan wayang yang inovatif.
Sejarah
suntingNama Wayang listrik sendiri pertama kali diprakarsai oleh dalang asal Amerika, Larry Reed yang pada saat itu berkolaborasi dengan dalang di Bali termasuk I Made Sidia.[1] Asal nama wayang listrik berasal dari kejadian listrik padam pada sebuah sesi latihan. Semua dalang Bali pun panik dengan menyebutkan kata “mati listrik”.mendengar kata “listrik”yang dirasa “unik” oleh Larry, maka dia menyebut garapan wayang tersebut dengan wayang listrik.
Pola pementasan
suntingDalam pementasan wayang listrik, layar lebar dan animasi menjadi unsur penting dalam pertunjukan, karena wayang listrik ini memakai Projector untuk menampilkan siluet wayang yang pada umumnya wayang tradisional di Bali menggunakan lampu blencong dan penggunaan projector juga untuk menampilkan senery yang lebih realistis dan modern yang dibuat dengan menggunakan program visual seperti adobe photoshop, corel video studio, resolume avenue. Selain dari segi teknologi, keunikan dari wayang listrik ini adalah jumlah dalang yang memainkan wayang lebih dari satu dalang. Selain Made Sidia sendiri sebagai dalang dan pengisi suara wayang, ada sekitar 7-8 dalang lainnya yang membantu memainkan wayang dan setiap dalang menggunakan papan seluncur/skateboard. Penggunaan papan seluncur sendiri dimaksudkan agar dalang dapat melakukan pergerakan kesana kemari secara dinamis, maka dari itu wayang listrik ini kadang juga disebut wayang skateboard.
Yang unik juga dari wayang listrik ini, bahan dari wayang yang digunakan tidak semua dari kulit seperti wayang Bali pada umumnya, ada yang terbuat dari kardus, sterofoam, busa tebal dan kaca mika. Cara memainkan wayang kaca mika ini dengan memantulkan cahaya lampu ke kaca mika yang sudah digambar tokoh wayang, kemudian diteruskan ke layar sehingga siluet wayang tampil di layar. alasan menggunakan bahan tersebut agar wayang bergerak lebih lentur dan harga nya cukup terjangkau daripada menggunakan kulit, Pertunjukan wayang listrik ini sendiri biasanya membawakan cerita epos Mahabharata maupun Ramayana yang kadang di modifikasi dan disisipi pesan pesan lingkungan sehingga menjadi lebih modern dan atraktif tanpa merusak alur cerita aslinya. dalam pementasan wayang listrik biasanya diiringi dengan gamelan tradisional Bali yang dipadukan dengan alat musik modern seperti gitar, bass, drum dan keyboard.
Referensi
sunting- ^ http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=86666&fileId=S0307883301000347 Wayang Listrik: Dalang Larry Reed's Shadow Bridge Between Bali and San Francisco