Wahono

Politisi Indonesia

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Wahono (25 Maret 1925 – 8 November 2004) adalah politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua DPR/MPR pada masa Orde Baru.[1] Posisi yang pernah dijabatnya antara lain Penjabat Pangkostrad (1969–1970), Pangdam VIII/Brawijaya (1970–1972), Pangkostrad (1972–1973), Pangkostranas (1973–1974), Deputi KSAD (1974–1977), Dubes RI untuk Burma dan Nepal (1977–1981), Dirjen Bea Cukai (1981–1983), Gubernur Jawa Timur (1983–1988), dan Ketua DPR/MPR (1992–1997).

Wahono
Wahono, 1992
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-8
Masa jabatan
1 Oktober 1992 – 30 September 1997
Sebelum
Pendahulu
Kharis Suhud
Pengganti
Harmoko
Sebelum
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ke-11
Masa jabatan
1 Oktober 1992 – 30 September 1997
Sebelum
Pendahulu
Kharis Suhud
Pengganti
Harmoko
Sebelum
Ketua Umum Golongan Karya ke-5
Masa jabatan
1988 – 26 Oktober 1993
Sebelum
Pendahulu
Sudharmono
Pengganti
Harmoko
Sebelum
Gubernur Jawa Timur ke-9
Masa jabatan
26 Agustus 1983 – 26 Agustus 1988
WakilTrimarjono
Informasi pribadi
Lahir(1925-03-25)25 Maret 1925
Tulungagung, Hindia Belanda
Meninggal8 November 2004(2004-11-08) (umur 79)
Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikGolkar
Suami/istri
Mientarsih Syahbandar
(m. 1951)
Anak6
AlmamaterPETA (1943)
PekerjaanTentara, politikus
Karier militer
Pihak
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1943–1977
Pangkat Letnan Jenderal TNI
NRP10291
SatuanInfanteri
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Latar belakang

sunting

Sederhana dan kalem, ia dikenal disiplin dan konsisten. Ia merupakan anak ke-11 dari 13 bersaudara. Ketika lahir ayahnya, R. Soerodidjojo bekerja sebagai Mantri Polisi di Mayangan, Ngantru, Tulungagung. Pada usia enam tahun Wahono masuk HIS, dan tamat pada tahun 1938. Kemudian melanjutkan ke MULO di Kota Kediri sampai lulus tahun 1941.

Karir militer

sunting

Pada zaman Jepang ia masuk PETA, dan memperoleh pendidikan militer di Kanbu Kyoiku di Bogor, tahun 1943. Pada 1945 ia bergabung dalam BKR, cikal bakal TNI sekarang, ia mendapat tugas belajar di SSKAD Bandung, sambil merampungkan SMA sore.

Setelah masuk SSKAD (sekarang Seskoad), ia menjadi asisten II di Kostrad ketika panglimanya Soeharto menjadi panglimanya. Setelah meninggalkan Kostrad dengan jabatan panglima, ia kemudian memangku jabatan Pangdam VIII/Brawijaya. Kembali ke Jakarta, Wahono menjadi Deputi KSAD, dan masih sempat kuliah di Universitas Jayabaya, hingga meraih gelar sarjana muda sosial politik pada 1976.

Karir sipil

sunting

Wahono diangkat sebagai dubes di Burma dan bertugas antara 1978 dan 1981. Pulang ke tanah air, jabatan Dirjen Bea & Cukai telah menunggunya. Berada kembali di Jakarta, ia berniat merampungkan sarjana penuh. Tetapi, belum sempat terlaksana, ia sudah diangkat menjadi gubernur. Lelaki berperawakan tinggi 171 cm dan berat 71 kg ini tidak merokok, dan enggan disambut secara berlebihan. Wahono juga menolak tinggal di wisma Grahadi, rumah kediaman resmi Gubernur Jawa Timur. Ia menaruh perhatian khusus dalam bidang kependudukan. "Jawa Timur kelebihan penduduk 10 juta jiwa," katanya. Ja-Tim hanya mampu menampung 20 juta jiwa saat ini, padahal sekarang mencapai 30.868.700 jiwa. Dalam 1984, beberapa sektor pembangunan yang diprioritaskan untuk segera ditangani dirumuskannya menjadi 5P3K. Yaitu pendidikan, pekerjaan, prasarana, perumahan, pangan, kesehatan, kesejahteraan keluarga, dan kelestarian lingkungan hidup.

Kerja keras yang dilaksanakannya membawa hasil; Ja-Tim kembali beroleh anugerah Presiden berupa Prayojanakarya Pata Parasamya Purnakarya Nugraha, 1984. Letnan jenderal purnawirawan ini sendiri sebelumnya banyak menerima penghargaan berupa 9 bintang jasa dan 11 Satya Lencana. Dari pemerintah Korea Selatan ia beroleh Order of National Security Merit Gugseon Medal, 1977.[2]

Kehidupan pribadi

sunting

Menikah dengan Mientarsih Syahbandar, asal Parahyangan, pada tahun 1951, Wahono dianugerahi enam anak. Ia penggemar olah raga sepak bola, bola keranjang, bola voli, bulu tangkis, dan bola basket. Ia terpilih menjadi Ketua Umum Persatuan Catur Indonesia (Percasi) 1982.

Kepangkatan

sunting
  • Letnan Dua (5 Oktober 1945)
  • Letnan Satu (1945)
  • Kapten (21 Juli 1947)
  • Letnan Satu (1 Oktober 1948) reorganisasi dan pangkat nya di sesuaikan menjadi Letnan Satu.
  • Kapten (1 Desember 1948)
  • Mayor (1 Januari 1955)
  • Letnan Kolonel (1 Januari 1959)
  • Kolonel (1 Juli 1964)
  • Brigadir Jenderal (1 Januari 1966)
  • Mayor Jenderal (1 Juli 1969)
  • Letnan Jenderal (1 Desember 1973)

Riwayat pendidikan

sunting
  • HIS, Tulungagung (1938)
  • MULO, Kediri (1941)
  • SMA C College, Bandung (tidak selesai)
  • PETA (1943)
  • Kanbu Kyoiku (1943)
  • BKR/TNI (1945)
  • Fakultas Sospol Universitas Jayabaya di Jakarta (Sarjana Muda, 1976)
  • Kanbu Kyoiku, Bogor (1943)
  • SSKAD Angkatan IV, Bandung (1955)
  • Seskoad Angkatan I, Bandung (1962)

Riwayat jabatan

sunting
  • Danki Yon Kelud (1945-1946)
  • Kasi III Res 33 Surabaya (1946-1947)
  • Kasi II Copp Jombang (1947-1948)
  • Danki "Dekking" Kediri (1948)
  • Kastaf Yon 23 "Sikatan" Kediri (1948-1950)
  • Kastaf Yon 504 "Merak" Kediri (1950-1952)
  • Danyon 504 "Merak" Kediri (1952-1954)
  • Danyon 510 Banyuwangi (1955-1959)
  • Dan Dodik VI Jember (1959-1960)
  • Suad 2 MBAD (1960-1961)
  • Asops Kodra I Caduad Kostrad (1962-1965)
  • Wakas Kostrad (1965-1967)
  • Kas Kostrad (1967-1969)
  • Penjabat Pangkostrad (1969-1970)
  • Pangdam VIII/Brawijaya (1970-1972)
  • Pangkostrad (1972-1973)
  • Pangkostranas (1973-1974)
  • Deputi Kasad (1974-1977)

Meninggal dunia

sunting

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Wahono meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.[3][4]

Tanda Kehormatan

sunting

Atas jasa dan darma baktinya kepada bangsa dan negara, ia dianugerahi berbagai tanda kehormatan, diantaranya:[5]

   
     
     
     
     
     
     
Baris ke-1 Bintang Mahaputera Adipradana Bintang Gerilya
Baris ke-2 Bintang Dharma Bintang Yudha Dharma Pratama Bintang Kartika Eka Paksi Pratama (1985)[6]
Baris ke-3 Bintang Jalasena Pratama Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama Bintang Bhayangkara Pratama
Baris ke-4 Bintang Kartika Eka Paksi Nararya Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun
Baris ke-5 Satyalancana Perang Kemerdekaan I Satyalancana G.O.M II Satyalancana G.O.M IV
Baris ke-6 Satyalancana Sapta Marga Satyalancana Penegak Satyalancana Wira Dharma
Baris ke-7 Satyalancana Pembangunan Satyalancana Wira Karya Order of National Security Merit - 2nd Class (Gukseon Medal) - Korea Selatan (1977)

Referensi

sunting
  1. ^ "Mantan Ketua DPR Wahono Tutup Usia". Liputan6.com. 9 November 2004. Diakses tanggal 5 Agustus 2017. 
  2. ^ Indonesia, Tokoh (2012-05-29). "Wahono - TOKOH INDONESIA | TokohIndonesia.com | Tokoh.id" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-07-23. 
  3. ^ Nafi, Muhammad (8 November 2004). "Mantan Presiden Suharto Melayat Jenazah Wahono". Tempo Interaktif. Diakses tanggal 5 Agustus 2017. 
  4. ^ "Jenazah Mantan Ketua MPR/DPR Wahono Dimakamkan Pukul 14.00". detikNews. 9 November 2004. Diakses tanggal 5 Agustus 2017. 
  5. ^ Golongan Karya, (Organization) (1993). Kenang-kenangan Sekber Gokar-Kino-Golkar dari Mukernas ke Munas - V Golkar Sejarah kepeloporan, pembauran & pembangunan politik. Indonesia: Sekber Golkar. hlm. 446.  line feed character di |title= pada posisi 75 (bantuan)
  6. ^ Indonesia. Angkatan Bersenjata, Indonesia (1985). Mimbar kekaryaan ABRI. Edisi 177-189. Indonesia: Departemen Pertahanan Keamanan, Staf Pembinan Karyawan. hlm. 69.  line feed character di |title= pada posisi 23 (bantuan)

Pranala luar

sunting
Jabatan politik
Didahului oleh:
Kharis Suhud
Ketua DPR/MPR
1992–1997
Diteruskan oleh:
Harmoko
Didahului oleh:
Soenandar Prijosoedarmo
Gubernur Jawa Timur
1983–1988
Diteruskan oleh:
Soelarso
Jabatan militer
Didahului oleh:
Makmun Murod
Pangkostrad
1973–1974
Diteruskan oleh:
Poniman
Didahului oleh:
Kemal Idris
Pangkostrad
1969–1970
Diteruskan oleh:
Makmun Murod
Jabatan diplomatik
Didahului oleh:
R. Soeparno Soeria Atmadja
Duta Besar Indonesia untuk Myanmar
1977–1981
Diteruskan oleh:
H. Asnawi Mangku Alam