Teng-Teng atau Teng Tengan adalah sebuah bentuk lentera yang khas[1] Kota Semarang.

Etimologi

sunting

Lampion Semarang bernama Teng-Teng karena lampion tersebut cara membawanya ditenteng. Oleh karena itu lampion tersebut bernama Tentengan lama-lama pengucapan berubah menjadi Teng Tengan dan berubah menjadi Teng Teng.

Sejarah

sunting

Dahulu bahwa lampion Semarang (Teng Teng) pada awalnya bernama Dian Kurung ini dibuat pada 1942. Nama Dian Kurung diambil dari kata Dian yang berarti lampu, dan Kurung berarti kurungan. Pada bagian tengah Teng-Teng terdapat rangka berputar yang di tempeli kertas berbentuk Kambing, Unta, Naga, dan lainnya. Sehingga saat lilin di dalam Teng-tengan dinyalakan, bayangan kertas akan bergerak mengelilingi sisi Teng-Teng itu berputar sendiri.

Tradisi

sunting

Teng-Teng atau Teng-Tengan merupakan tradisi warga muslim Semarang yang digunakan untuk pergi ke Masjid, Kemudian saat bulan Ramadhan tiba akan semakin banyak yang menggunakannya untuk pergi Tarawih. Teng-Teng merupakan lampion berbentuk prisma persegi delapan, berbeda dengan lampion Damar Kurung yang memiliki bentuk persegi empat.

Pelestarian

sunting

Upaya agar Teng-Teng[2] tidak hilang di makan zaman maka pemerintah Kota Semarang mengadakan Festival BKB (Festival Sungai Banjir Kanal Barat), pada acara BKB Festival ratusan Teng-Teng menghiasi sungai Banjir Kanal Barat (BKB) pada acara BKB Festival[3] setiap tahun.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting