Temuan Sambas atau Harta Karun Sambas adalah benda temuan arkeologi berharga berupa artefak arca-arca Buddha berbahan emas, perak, dan perunggu yang ditemukan di Kota Sambas di Kalimantan Barat yang kini menjadi koleksi British Museum di London, Inggris.[1] Berasal dari abad ke-8 sampai abad ke-9, temuan ini diperkirakan dibuat di Jawa, dan lebih awal sekitar empat abad sebelum masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-13.

Temuan Sambas
Temuan Sambas dipamerkan di British Museum
Bahan bakuEmas, perak, dan perunggu
DibuatAbad ke-8 sampai ke-9 Masehi
Lokasi sekarangBritish Museum, London

Sejarah Agama Buddha di Asia Tenggara

sunting

Sebelum ajaran Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi, agama Buddha dan Hindu dari India, adalah agama mayoritas sebagian besar penduduk Nusantara. Setelah sekian lama, banyak arca-arca Buddha dibawa ke Nusantara oleh para peziarah yang pulang dari tanah suci Buddhisme di India Timur. Arca-arca ini kemudian menginspirasi pengrajin dan seniman lokal untuk menciptakan karya seni rupa Buddha gaya mereka sendiri. Arca-arca Buddha temuan Sambas dapat dipastikan dibuat di Jawa, karena menunjukkan gaya arca Jawa Tengahan periode kerajaan Medang Mataram pada dinasti Sailendra, yang dipengaruhi kesenian Buddha Benggala di India Timur beberapa abad sebelumnya.

Penemuan dan Kepemilikan

sunting

Harta karun Sambas ditemukan di dalam guci tembikar di pantai barat daya Kalimantan pada dekade 1940-an. Temuan ini kemudian dijual oleh penemunya, dan jatuh ke tangan Tan Yeok Seong, seorang kolektor dan sejarahwan Asia Tenggara warga Singapura. Harta karun ini kemudian dibeli oleh seorang filantropi PT Brooke Sewell, yang kemudian menyumbangkannya kepada British Museum pada 1956.

Deskripsi

sunting

Temuan ini terdiri atas sembilan arca emas dan perak yang menggambarkan sosok Buddha dan Bodhisatwa. Arca terbesar berukuran sekitar tinggi 18 cm menggambarkan Buddha tengah berdiri terbuat dari perak murni. Selain arca-arca Buddha, harta karun ini juga mencakup pedupaan perunggu berbentuk rumah, dan plakat nazar perak bertuliskan "dhāraṇī", yang ditemukan di dasar arcfa Buddha. Kehalusan, keterampilan dan kualitas pengrajin patung, serta penggunaan logam mulia menunjukkan bahwa benda-benda ini aslinya dimiliki oleh seorang pembesar atau pejabat setempat, atau bangsawan penganut agama Buddha.

Galeri

sunting

Daftar Pustaka

sunting
  • N. Tarling, The Cambridge History of South East Asia (Cambridge University Press, 1992)
  • R. Fisher, Buddhist art and architecture (London, Thames & Hudson, 1993)

Referensi

sunting