Tar telur (Hanzi tradisional: 蛋撻; Hanzi sederhana: 蛋挞; Yale (Bahasa Kanton): daahn tāat; Pinyin: dàntǎ) adalah sejenis tar kustar yang ditemukan dalam hidangan Tionghoa, berasal dari tar kustar Inggris dan pastel de nata Portugis. Hidangan ini terdiri dari kulit pastri luar yang diisi dengan kustar telur. Tar telur sering disajikan di restoran dim sum, toko roti Tionghoa, dan cha chaan teng (kafe bergaya Hong Kong).

Tar telur
Berbagai variasi tar telur
JenisTar
SajianCamilan
Bahan utamaTepung, mentega, gula, telur, kustar, susu
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Tar telur
Hanzi tradisional: 蛋撻
Hanzi sederhana: 蛋挞
Makna harfiah: egg tart

Sejarah

sunting

Tar telur mulai dijual pada awal abad ke-20 di Guangzhou (Kanton), Provinsi Guangdong, yang terinspirasi oleh tar kustar Inggris. Status Guangzhou sebagai satu-satunya pelabuhan yang dapat diakses oleh para pedagang asing Eropa menyebabkan perkembangan hidangan Kanton yang banyak mendapat pengaruh luar.[1] Seiring pertumbuhan ekonomi Guangzhou dari perdagangan dan interaksi dengan kekuatan Eropa, para koki pastri di toko serba ada bergaya Barat di kota tersebut “terdesak untuk menciptakan produk baru dan menarik untuk menarik pelanggan”. Jadi, berbagai jenis tar telur, yang terinspirasi dari tar telur dari Inggris, yang memiliki kulit pastri lapis berbahan dasar lemak babi dan isian yang mirip dengan puding telur kukus (燉蛋),, kemudian diciptakan oleh toko serba ada dan muncul sebagai "Weekly Special".[2] Saat ini, ada dua jenis tar telur utama di Tiongkok. Yang pertama kali muncul sekitar tahun 1927 di Restoran Zhen Guang (真光酒樓) di Guangzhou mirip dengan tar telur yang populer di Guangzhou dan Hong Kong saat ini. Varietas lainnya berasal dari Makau dan merupakan versi Makau dari pastel de nata, karena pada saat itu Makau merupakan koloni Portugis.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "除了奶茶,還有蛋撻 - 香港文匯報". Wen Wei Po (dalam bahasa Tionghoa). Diakses tanggal 2019-06-24. 
  2. ^ "Hong Kong egg tarts are not vegetarian – and here's why". South China Morning Post (dalam bahasa Inggris). 2018-12-13. Diakses tanggal 2019-11-10. 

Pranala luar

sunting