Tamjidillah II dari Banjar
Sultan Muda Tamjidillah bergelar Sultan Tamjidillah al Watsiq Billah alias Tamjidullah II adalah Sultan Banjar yang memerintah pada tahun 1857 hingga 1859, menggantikan kakeknya, Adam dari Banjar.[8][9][10][11] Pemerintahannya ditentang oleh saudaranya, Hidayatullah II dari Banjar yang kemudian menyebabkan terjadinya Perang Banjar. Ia merupakan Sultan Banjar terakhir versi Belanda.[12][13][14]
Tamjidillah II تمجيد الله ٢ | |||||
---|---|---|---|---|---|
Pangeran Sultan Muda[1][2] Sultan Moeda Tamdjid-Illah[3] Pangeran Tamdjid' illah[4] | |||||
![]() Makam Tamjidillah II di Bogor, Jawa Barat | |||||
Sultan Banjar | |||||
Berkuasa | 3 November 1857 – 25 Juni 1859[5]
| ||||
Pendahulu | Adam dari Banjar | ||||
Penerus | Hidayatullah II dari Banjar | ||||
Kelahiran | Gusti Wayuri 1819 Martapura, Kesultanan Banjar | ||||
Kematian | Bogor, Hindia Belanda | ||||
Pasangan | Ratu Bandjer maas | ||||
Keturunan | |||||
| |||||
Wangsa | Wangsa Banjarmasin | ||||
Ayah | Sultan Muda Abdur Rahman | ||||
Ibu | Nyai Besar Aminah | ||||
Agama | Islam Sunni |
Kehidupan awal
suntingPangeran Tamjidillah merupakan putera tertua dari Putra mahkota Abdul Rahman dari Banjar dengan Nyai Biyar bergelar Nyai Besar Aminah Putri Dayak Tionghoa dengan nama lahir Gusti Wayuri.
Dari perkawinan terdahulu putra mahkota Abdul Rahman dengan isteri utama Permaisuri Ratu Sultan Abdul Rahman alias Ratu Salmah, adik Pangeran Antasari menghasilkan seorang putera calon pewaris Kesultanan Banjar Putra Mahkota bernama Pangeran Ratu Rahmatullah, namun putera tersebut meninggal usia 3 tahun.
Mangkubumi
suntingSetelah kematian mangkubumi Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana maka untuk sementara ia dilantik menjadi pemangku mangkubumi berdasarkan besluit per tanggal 13 November 1851 No. 2[15]
Tidak lama setelah itu, Sultan Muda kerajaan Banjar, Pangeran Abdurrahman mangkat pada 25 Maret 1852. Pelantikan Tamjidillah II sebagai mangkubumi oleh pemerintah Hindia Belanda tidak disetujui oleh Sultan Adam karena melangkahi anak ke-4 Sultan Adam yaitu Pangeran Praboe Anom, adik almarhum Sultan Muda kerajaan Pangeran Abdurrahman), bahkan Sultan Adam dari Banjar meminta Belanda untuk memecat Pangeran Tamjidillah II sebagai Mangkubumi, langkah selanjutnya Sultan Adam melantik Pangeran Prabu Adam sebagai Raja Muda kerajaan Banjar.[16]
Berkuasa (1857–1859)
suntingPemerintah Hindia Belanda sebelumnya sudah mengangkat Pangeran Tamjid sebagai mangkubumi semasa ayahnya (Sultan Muda Abdurrahman) masih hidup, kemudian setelah ayahnya mangkat, ia dilantik menjadi Sultan Muda sejak 10 Juni 1852 merangkap jabatan mangkubumi yang telah dijabatnya sebelumnya. Sebagai mangkubumi (rijksbestuurder) dan Putera Mahkota, Pangeran Ratu Sultan Muda Tamjidillah memperoleh gaji f 12.000 dan hasil peramasan (tambang emas) senilai 40 tahil @75 - 3.000 setahun.[17] [18] [19]
Pada tahun 1274 Hijriyah bertepatan tanggal 3 November 1857 Tamjidillah II (umur 38 tahun) telah dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda menjadi Sultan Banjar, Anak dari Nyai Besar Aminah seorang Putri Dayak Tionghoa [20][21][22]
Sehari setelah pelantikannya oleh Belanda sebagai Sultan Banjar, Sultan Tamjidullah al-Watsiq Billah menandatangani surat pengasingan kandidat sultan lainnya pamannya sendiri Pangeran Prabu Anom bin Sultan Adam yang diasingkan ke Bandung pada tanggal 23 Februari 1858.[23]
Ketika Sultan Adam meninggal pada tanggal 1 November 1857 karena sakit, tanpa sepengetahuan Dewan Mahkota, yaitu sesudah dua hari pemakaman almarhum Sultan Adam al-Watsiq Billah, pemerintah Hindia Belanda menobatkan Tamjidullah al-Watsiq Billah sebagai Sultan Banjar Sultan Tamjidullah al-Watsiq Billah.
Pangeran Prabu Anom (putera Sultan Adam dengan Nyai Ratu Kamala Sari) ditangkap oleh Belanda, karena menurut pertimbangan Belanda, kalau Pangeran Prabu Anom berada di Banjarmasin akan membahayakan, dan dia dibuang ke pulau Jawa.[24]
Jauh sebelumnya Sultan Adam pernah mengutus surat ke Batavia agar pengangkatan Tamjidillah II sebagai Sultan Muda (Putra Mahkota) dibatalkan.Pada tanggal 25 Juni 1859, Hindia Belanda memakzulkan Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar kemudian mengirimnya ke Buitenzorg (kini Bogor).
Pada tanggal 24 Juni 1859 pertemuan lain diatur di ibu kota, di mana Sultan Tamjidullah al-Watsiq Billah secara sukarela melepaskan martabatnya, dengan permintaan untuk pergi ke Batavia. Permintaan ini segera dikabulkan. Tanggal 22 Juli ia tiba di Batavia dengan kapal uap Ardjoeno, dengan pengiring 23 wanita, 6 kerabat dan 17 pembantu.
Setelah turun tahta Sultan Tamjidullah al-Watsiq Billah, komisaris Hindia Belanda mempercayakan administrasi kerajaan kepada Pangeran Soeria Mataram bin Sultan Adam al-Watsikh Billah Adam dari Banjar, Pangeran Soeria Mataram lahir 1801 tepat berusia 58 tahun Pada tanggal 25 Juni 1859,yang pendapatannya diambil dari provinsi Tabalong Pitap, Benoa-bamban, Batang Kulur, Benoa Rambau dan Padang, di pedalaman. Pangeran Soeria Mataram menikah dengan Ratoe Asia binti Pangeran Husin Pangeran Mangkubumi Nata Kasuma bin Sultan Sulaiman dari Banjar. Selanjutnya pemerintahan dipercayakan kepada Pangeran Mohamat Tambak Anjar bin Pangeran Noch Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana, Pangeran Mohamat Tambak Anjar berusia 39 tahun sewaktu diumumkan pada 28 Juni 1859.[17][25][26][27][28][29][30][31][32][33][34] [35][36][37][38][39][40][41][42][43][44][45][46][47]
Referensi
sunting- ^ Mohamad Idwar Saleh, Banjarmasih: sejarah singkat mengenai bangkit dan berkembangnya kota Banjarmasin serta wilayah sekitarnya sampai dengan tahun 1950 (Jilid 4 dari Seri penerbitan Museum Negeri Lambung Mangkurat), Penerbit Museum Negeri Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan, Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
- ^ Urang Banjar dan kebudayaannya, Penerbit Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, 2007 ISBN 979-98892-1-9, 9789799889218
- ^ J. M. C. E. Le Rutte (1863). Episode uit den Banjermasingschen oorlog. A.W. Sythoff. hlm. 12.
- ^ Nederlanderh, Host Indie. Brill Archive. hlm. 140.
- ^ Saleh, Mohamad Idwar (1993). Pangeran Antasari. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. hlm. 16.
- ^ "Institut français d'archéologie orientale du Caire". Ḥawlīyāt Islāmīyah (dalam bahasa Prancis). 4. Institut français d'archéologie orientale. 2007. hlm. 49.
- ^ Gallop, Annabel Teh (2002). "Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic Epigraphy from Southeast Asia" (dalam bahasa Inggris). 3. University of London: 448.
- ^ Ricklefs, Merle Calvin (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Penerbit Serambi. hlm. 306. ISBN 978-979-024-115-2.
- ^ Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (2008). Sejarah nasional Indonesia: Kemunculan penjajahan di Indonesia, ±1700-1900. PT Balai Pustaka. hlm. 276. ISBN 978-979-407-410-7.
- ^ van Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863 (dalam bahasa Belanda). 1. D. A. Thieme. hlm. 7.
- ^ Julius Mühlfeld, Julius Mühlfeld (1875). Wereldgeschiedenis van de jaren 1848-1870 (dalam bahasa Belanda). 3. Van Hoogstraten en Gorter.
- ^ "Landsdrukkerij". Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië voor 1860 (dalam bahasa Belanda). 33. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1860. hlm. 141.
- ^ Sudrajat, A. Suryana (2006). Tapak-tapak pejuang: dari reformis ke revisionis (Seri khazanah kearifan). Erlangga. hlm. 17. ISBN 9797816109. ISBN 978-979-781-610-0
- ^ Hoëvel, Wolter Robert (1861). "Wolter Robert van Hoëvell, H.A. Lesturgeon". Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (dalam bahasa Belanda). Ter Lands-drukkerij. hlm. 200.
- ^ Meyer, Arnold (1866). De onpartijdigheid van den schrijver van "De bandjermasinsche krijg" (dalam bahasa Belanda). De Veij Mestdagh. hlm. 10.
- ^ Republik Indonesia: Propinsi Sulawesi. 1963. hlm. 370.
- ^ a b Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. 23. Ter Lands-drukkerij. 1861. hlm. 70.
- ^ Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1854). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 27. Lands Drukkery. hlm. 92.
- ^ Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1854). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 28. Lands Drukkery. hlm. 94.
- ^ phan tong fang (petompang)
- ^
Tijdschrift voor Nederlandsch Indië, Volume 23;Volume 52-53 - ^ Willem Adriaan Rees, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart, Bagian 1, D. A. Thieme, 1865
- ^ Kiai Bondan, Amir Hasan (1953). Suluh Sedjarah Kalimantan. Bandjarmasin: Fadjar.
- ^ Ahmad Gazali Usman, Pangeran Hidayatullah, dalam Kalimantan Scientie, No. 17, Tahun VII, Banjarmasin, 1988, hal. 4
- ^ https://www.liputan6.com/news/read/4679986/11-oktober-1862-perjuangan-pangeran-antasari-terhenti-karena-wabah-cacar?page=2
- ^ https://bakabar.com/post/pangeran-antasari-sosok-pahlawan-nasional-asal-kalimantan-selatan-yang-diabadikan-dalam-uang-rp-2000-l7bc3f4r?source=redirect
- ^ https://www.kalimantan-news.com/mengenang-pangeran-antasari-pahlawan-dari-pulau-borneo/
- ^ https://www.inews.id/news/nasional/biografi-pangeran-antasari-pahlawan-nasional-pemimpin-perang-banjar
- ^ https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/hasil-perlawanan-pangeran-antasari-terhadap-belanda-yang-menarik-diketahui-22AtLGScGl5
- ^ http://sayyidfajar.blogspot.com/2013/10/habib-sangeng-al-haddad.html
- ^ https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/30/mengenal-pangeran-antasari
- ^ https://www.orami.co.id/magazine/pangeran-antasari
- ^ https://www.orami.co.id/magazine/pangeran-antasari
- ^ https://katadata.co.id/berita/nasional/62343f7412ec4/biografi-pangeran-antasari-pemimpin-kesultanan-banjar
- ^ https://www.liputan6.com/news/read/4679986/11-oktober-1862-perjuangan-pangeran-antasari-terhenti-karena-wabah-cacar?page=2
- ^ https://bakabar.com/post/pangeran-antasari-sosok-pahlawan-nasional-asal-kalimantan-selatan-yang-diabadikan-dalam-uang-rp-2000-l7bc3f4r?source=redirect
- ^ https://www.kalimantan-news.com/mengenang-pangeran-antasari-pahlawan-dari-pulau-borneo/
- ^ https://www.inews.id/news/nasional/biografi-pangeran-antasari-pahlawan-nasional-pemimpin-perang-banjar
- ^ https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/hasil-perlawanan-pangeran-antasari-terhadap-belanda-yang-menarik-diketahui-22AtLGScGl5
- ^ http://sayyidfajar.blogspot.com/2013/10/habib-sangeng-al-haddad.html
- ^ https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/30/mengenal-pangeran-antasari
- ^ https://www.orami.co.id/magazine/pangeran-antasari
- ^ https://www.orami.co.id/magazine/pangeran-antasari
- ^ https://katadata.co.id/berita/nasional/62343f7412ec4/biografi-pangeran-antasari-pemimpin-kesultanan-banjar
- ^ (Indonesia) Helius Sjamsuddin; Pegustian dan Temenggung: akar sosial, politik, etnis, dan dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906; Balai Pustaka, 2001
- ^ C. E. van Kesteren, R. A. van Sandick, J. E. de Meyier (1890). De Indische gids (dalam bahasa Belanda). 12. J. H. de Bussy. hlm. 2397.
- ^ Kielstra, Egbert Broer (1892). De ondergang van het Bandjermasinsche rijk (dalam bahasa Belanda). E.J. Brill. hlm. 9.
Pranala luar
sunting- https://jejakrekam.com/2017/10/22/pangeran-tamjid-bukan-pengkhianat-kesultanan-banjar/
- (Inggris) http://en.rodovid.org/wk/Person:77014 Silsilah Sultan Tamjidillah 2
- (Indonesia) http://lms.aau.ac.id/library/ebook/R_2185_04_H/files/res/downloads/download_0187.pdf[pranala nonaktif permanen]
Didahului oleh: Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana |
Mangkubumi 7 September 1851-9 Oktober 1856 |
Diteruskan oleh: Pangeran Hidayatullah |
Didahului oleh: Sultan Muda Abdul Rahman |
Sultan Muda 10 Juni 1852-3 November 1857 |
Diteruskan oleh: Pangeran Prabu Anom |
Didahului oleh: Sultan Adam Al-Watsiq Billah |
Sultan Banjar 3 November 1857-25 Juni 1859 |
Diteruskan oleh: Sultan Hidayatullah Halillah |