Stadion VIJ
Stadion VIJ (bahasa Belanda: Vijveld) merupakan sebuah stadion sepak bola yang digunakan oleh klub sepak bola Hindia Belanda Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), yang didirikan pada tahun 1928, dan pada tahun 1950 klub sepak bola tersebut berganti nama menjadi Persija Jakarta.[1]
Stadion VIJ | |
---|---|
Informasi stadion | |
Nama lama | Vijveld |
Pemilik | Pemerintah Provinsi DKI Jakarta |
Lokasi | |
Lokasi | Cideng, Gambir, Jakarta Pusat, Indonesia |
Koordinat | 6°10′12.8510″S 106°48′19.2676″E / 6.170236389°S 106.805352111°E |
Transportasi umum | RS Tarakan |
Data teknis | |
Permukaan | Rumput |
Kapasitas | 500 |
Pemakai | |
Persija Jakarta (1928–1950) | |
Sejarah
suntingStadion VIJ menjadi bagian dari sejarah klub sepak bola Jakarta, Persija. Sebelum merdeka, stadion ini dibangun untuk bersaing dengan klub sepak bola pemuda pribumi Belanda di Indonesia, NIVB. Saat itu NIVB atau Nederlandsch Indische Voetbal Bond dalam bentuk 1918 terdiri dari orang-orang Belanda yang berdiri sebagai pemain anti-pribumi.
Merasa didiskriminasikan, sejumlah pemuda Indonesia dengan mendirikan VIJ yang berkantor pusat di Petojo pada tahun 1928. Karena menjadi markas klub VIJ maka lapangan bola ini dinamai "VIJ".
Stadion yang dibangun oleh pendiri Persija, Mohammad Husni Thamrin senilai 2000 Gulden dimanfaatkan sepenuhnya oleh asosiasi sepak bola pribumi, lapangan ini digunakan oleh asosiasi sepak bola asli pertama di Jakarta, yaitu VIJ.[2] Cinta MH Thamrin pada masyarakat adat di tanah kelahirannya, Jakarta, direalisasikan dengan dukungannya terhadap VIJ yang saat ini menjadi cerminan "Indonesia" yang berukuran kecil.[3][4] VIJ merupakan simbol perlawanan masyarakat adat terhadap penjajahan pemerintah, dengan nama Batavia tidak dipakai sebagai nama asosiasi ini. Di stadion ini, VIJ merebut empat gelar juara kompetisi perserikatan pada tahun 1931, 1933, 1934 dan 1938, dan menampilkan bakat pribumi seperti Roeljaman, Iskandar, A. Gani, Djaimin, Moestari, dan Soetarno. Lapangan Petojo yang sekarang bernama Lapangan VIJ adalah bentuk sejarah yang saat ini masih berdiri ditengah kota padat, saat pohon pertama—pohon atau gedung bioskop Roxy yang menemani lapangan ini, kini rumah—rumah di permukiman kumuhnya warga menjadi pemelihara lahan ini.[5]
Pada tahun 1950, VIJ secara resmi bernama Persija dan memindahkan basisnya ke Stadion Menteng, Jakarta. Lapangan VIJ tetap berdiri sebagai sarana olahraga masyarakat sekitar. Sampai tahun 1980 lapangan ini menjadi stadion yang sudah dibangun kembali. Saham diserahkan ke pemerintah DKI Jakarta. Lapangan VIJ tetap dalam kondisi bagus. Meski beberapa rumput di lapangan terlihat telanjang, namun ada cukup fasilitas pendukung.
Stadion VIJ memiliki lapangan yang luas dengan panjang 110 meter dan lebar 70 meter. Fasilitas lainnya tersedia disamping lapangan sepak bola dan ruang ganti dengan kapasitas penonton sekitar 500 orang. Uniknya tembok selatan pagar, berbatasan langsung dengan bangunan rumah.
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ "Lapangan sepakbola zaman Hindia Belanda di Jakarta". beritajakarta.com. 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-23. Diakses tanggal 18 Mei 2013.
- ^ Gerry Anugrah Putra, ed. (6 Februari 2017). "Lapangan Petojo, Warisan MH Thamrin yang Tersisa untuk Sepakbola". IndoSport. Diakses tanggal 29 Agustus 2017.
- ^ Ferry Tri Adi (24 April 2016). "Stadion VIJ, Buah Tangan Putra Betawi". JUARA.net. Diakses tanggal 6 Juli 2016.
- ^ "Kiprah Nyata MH Thamrin: Bangun Stadion VIJ hingga Kos-kosan Murah". detikcom. 24 Juni 2013. Diakses tanggal 6 Juli 2016.
- ^ "Lapangan VIJ Petodjo". Legendary 1928. Diakses tanggal 18 Mei 2013.
Pranala luar
sunting- Detail Stadion Sepak Bola VIJ Diarsipkan 2017-08-29 di Wayback Machine. di Ensiklopedia Jakarta.go.id