Sjamsul Arifin Achmad
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Januari 2023. |
Prof. Sjamsul Arifin Achmad, D.Sc (Hon) lahir di Padang, 11 April 1934, merupakan guru besar kimia organik pada Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung. Ia merupakah seorang ahli kimia organik yang telah banyak berjasa dalam menemukan puluhan senyawa kimia baru pada berbagai jenis tanaman di Indonesia.[1]
Setelah menamatkan SMA di Bandung tahun 1954, Sjamsul melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia hingga akhir tahun 1955, sebelum berangkat ke Australia pada tahun yang sama untuk melanjutkan pendidikan dalam bidang ilmu Kimia di Universitas New South Wales, Sydney, dengan beasiswa Colombo Plan. Pada tahun 1960, Sjamsul menyelesaikan pendidikan sarjana sebagai lulusan terbaik dan memperoleh gelar Bachelor of Science dengan predikat First Class Honours (B.Sc. Hon I).
Kemudian Sjamsul melanjutkan pendidikan dengan mengikuti program S3 di School of Chemistry, Faculty of Science, University of New South Wales, Sydney. Sjamsul melakukan penelitian dibawah bimbingan Prof. GWK Cavill, seorang pakar Kimia Organik yang bekerjasama dengan dua orang Nobel Laureates Prof. Sir Robert Robinson dari Universitas Oxford dan Prof. Robert Woodward dari Universitas Harvard. Sjamsul memperoleh Ph.D pada tahun 1964 setelah melakukan penelitian berjudul: "Transformation Products of Pulegone". Setelah menyelesaikan program Doktor, Prof Cavill menawarkan Sjamsul untuk mengikuti program Post Doctoral di UCLA, USA, di bawah bimbingan Prof. Geissmann, namun Sjamsul memilih untuk pulang ke Indonesia dan langsung berkarya di Institut Teknologi Bandung sejak tahun 1964. Pada tahun 1977, Sjamsul diangkat menjadi Guru Besar Kimia Organik Bahan Alam.
Di antara tahun 1975 - 1977, Sjamsul menjadi Associate Professor (on secondment) di Department of Chemistry, National University of Malaysia, Kuala Lumpur.
Di tahun 2004, Prof. Sjamsul menerima Honorary Doctor of Science (D.Sc) dari Univerisiti Kebangsaan Malaysia.
Di tahun 2004, Prof. Sjamsul menerima menghargaan "Sarwono Prawirohardjo Award" dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Di tahun 2004, Prof. Sjamsul diangkat menjadi Professor Emeritus di Institut Teknologi Bandung
Di tahun 2005, Prof. Sjamsul menerima Habibie Award dalam bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi
Penelitian
suntingSebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki banyak sekali jenis tanaman. Diketahui sedikitnya Indonesia memiliki 40.000 jenis tanaman, sehingga masih banyak potensi yang dapat digali dari tanaman-tanaman di Indonesia. Prof. Sjamsul berkeyakinan bahwa tanaman Indonesia menghasilkan senyawa-senyawa yang memiliki banyak khasiat. Karena itu, bersama dengan Dr Euis Holisotan Hakim, Dr Yana Maolana Syah, Dr Lia Dewi Juliawaty, Didin Mujahidin MSi, dan Drs Lukman Makmur dari Departemen Kimia FMIPA ITB, sejak tahun 1985, Prof Sjamsul dan tim nya memulai penelitian terhadap tanaman hutan Indonesia. Hasilnya, mereka telah menemukan puluhan senyawa baru yang ternyata memiliki banyak khasiat. Senyawa-senyawa yang telah ditemukan, diberi nama dengan nama Indonesia, misalnya senyawa yang ditemukan dalam tanaman Meranti (Vatica) yang banyak tumbuh di Kalimantan dinamakan dengan Diptoindonesianin A, Diptoindonesianin B, Diptoindonesianin C, dan seterusnya. Senyawa-senyawa ini memiliki sifat antibakteri. Demikian pula senyawa yang terkandung pada tanaman Nangka (Artocarpus champeden) yang banyak tunbuh di Sumaera Barat, diberi nama Artoindonesianin A, Artoindonesianin B, dan seterusnya yang ternyata memiliki sifat antikanker.[1]
Sampai tahun 2010, Prof Sjamsul dengan tim nya telah menghasilkan lebih dari 450 publikasi ilmiah (scientific publications) dan presentation di ratusan konferensi-konferensi ilmiah di dunia.
Karier
suntingProf Sjamsul telah menekuni dunia kimia organik selama 40 tahun. Selama itu pula ia telah menorehkan berbagai prestasi dalam mengungkap khasiat dari kekayaan tanaman di Indonesia. Atas kontribusinya pada bidang kimia organik tersebut, beliau telah banyak mendapat penghargaan dari berbagai lembaga, organisasi, dan perguruan tinggi baik dari dalam maupun luar negeri.[1]
Referensi
sunting- ^ a b c "Sjamsul Arifin Achmad, Menggagas Penemuan Senyawa Kimia". www.kimianet.lipi.go.id. Diakses tanggal 2019-09-14.