Seni rupa Kerajaan Kushan

Seni rupa Kerajaan Kushan adalah bahasan mengenai peninggalan seni rupa yang berkembang selama berkuasanya Kerajaan Kushan di daerah utara India. Seni Rupa dari daerah ini memperlihatkan kekayaan pengaruh luar yang masuk ke India melalui jalan politik dan perdagangan.

Kebanyakan karya dari masa ini terinspirasi oleh ajaran Buddha.

Sejarah Kerajaan Kushan

sunting

Kerajaan Kushan merupakan hasil persatuan bangsa-bangsa Indo-Eropa yang salah satu sukunya bernama Kushan, yang kemudian mendominasi suku lainnya dan membentuk persatuan baru dengan Kujula Kadphises sebagai pemimpinnya. Beberapa dari suku ini telah mendapat pengaruh hellenisme sejak penaklukan Alexander Agung sehingga bisa dimaklumi bahwa kebudayaan Kushan sendiri pun kemudian banyak mendapat pengaruh Yunani.

Wilayah kerajaan Kushan meliputi Tajikistan hingga Pakistan dan Afganistan, kemudian terus ke selatan sampai lembah Sungai Gangga.

Kushan mendapatkan kekuasaannya atas Gandhara seiring ekspansi ke arah selatan. Selanjutnya daerah ini menjadi pusat kesenian India yang terkenal dengan pengaruh gaya seni rupa hellenisme yang realistis.

Perekonomian kerajaan hidup bersandarkan kepada perdagangan sutra dan rempah ke Eropa dan emas dan karya seni ke Tiongkok. Untuk itu, banyak sekali pemimpin Kushan yang menciptakan uang logamnya sendiri sebagai alat tukar resmi, sehingga perkembangan koin-koin Kushan memberikan catatan sejarah tersendiri, terutama dalam seni rupa.

Walaupun dikenal sebagai bagian bagian dari sejarah seni rupa Buddha, sebenarnya Kerajaan Kushan juga memiliki bagian kepercayaan lain terhadap pendewaan, yaitu Zoroastrianisme yang merupakan pengaruh Persia.

Karakteristik

sunting

Terdapat dua aliran besar yang dikenal dari periode Kushan, yaitu Gandhara dan Mathura. Kedua aliran ini terutama bisa ditelusuri dari karya seni patung.

Gaya Gandhara banyak mendapat pengaruh hellenisme. Hal ini bisa dilihat dengan mudah dari ciri lipatan kain yang teliti dan sikap tubuh yang luwes. Sementara gaya Mathura, walaupun selanjutnya juga mendapat pengaruh yang sama hingga akhirnya berkembang menjadi Gaya Ghupta, tetapi berangkat dari titik tolak seni rupa asli India, yang bisa ditelusuri dalam karya seni rupa Mahenjo Daro-Harappa.

Tetapi realisme di dalam gaya gandhara tidak bisa dijadikan patokan ciri seni rupa Kerajaan Kushan, mengingat ciri ini sudah ada jauh sebelumnya sebagai akibat penguasaan oleh Alexander Agung. Gaya Mathura berkembang lebih lanjut, sebagai akibat posisinya sebagai salah satu ibu kota dari Kerajaan Kushan.

Karya seni pada periode ini dipengaruhi oleh kelahiran agama Kristen di Eropa. Buddha di India berubah dari Hinayana menjadi Mahayana yang bersifat luas, massal, dan humanistis. Akibatnya mudah sekali menemukan arsitektur tempat ibadah yang menekankan ibadah bersama daripada usaha pribadi menuju nirvana. Sebagai bukti lain, banyak sekali patung dewa-dewi dan dikenalkannya konsep Boddhisattva, individu yang baru mencapai tahap paling akhir sebelum Buddha.

Seni Patung

sunting

Walaupun umumnya patung Gandhara bersifat humanis, namun beberapa patung dibuat dengan ukuran raksasa seperti patung Buddha di Bamiyan, Afghanistan yang memiliki tinggi 53 meter. Patung ini kini telah hancur akibat kebijakan iconoclaust yang diambil pemerintah Taliban, Afghanistan pada masa lalu.

Contoh bentuk humanis adalah patung Athena dari Gandhara setinggi 83 cm, mendekati postur manusia asli.

Gaya Mathura berciri sebaliknya, penuh dengan stilasi dengan ukuran tubuh kecil. Patung-patung ini banyak mewujudkan Yaksha dan Yakshi, roh spriritual dalam ajaran Buddha. Contohnya adalah patung-patung penguasa Kushan, antara lain Jayavarman dan Kanishka.

Dekatnya pengaruh seni rupa Kushan, dan kebanyakan seni rupa Buddha lainnya menyebabkan timbul klasifikasi gaya Greko-Buddha dalam perkembangan sejarah seni rupa India

Dari koin Kanishka bisa terlihat bermacam kepercayaan yang berkembang di sekitar India bagian utara pada saat itu. Dewa-Dewi Persia, Mitologi Roma, Hellenisme-oriental, dan Brahmanisme.

Salah satu koin yang cukup dikenal adalah dari masa Raja Kanishka. Sisi koin ini memperlihatkan wujud Buddha sementara sisi lain memperlihatkan wujud Kanishka yang mirip mitos Jupiter di Romawi atau Zeus di Yunani.


Tipografi

sunting

Kerajaan Kushan pada awalnya menggunakan tulisan resmi dari Yunani. Namun semenjak kekuasaan Raja Kanishka, tulisan ini dikombinasi dengan tulisan Kharoshthi.

Arsitektur

sunting

Arsitektur dari masa ini berukuran besar dan masif. Hal ini ditujukan untuk mengakomodasi pemeluk Buddha yang makin banyak. Pada masa Raja Kanishka I dan Dab, dibangun benteng Qila Mubarak, di daerah Bathinda masa kini.

Karya seni dari luar

sunting

Tidak terlalu sulit menemukan karya seni dari kedua daerah ini, mengingat Kushan memiliki hubungan dagang erat dengan Romawi dan Cina. Contohnya adalah ukiran gladiator di atas gelas besar yang ditemukan di Begram.

Pengaruh

sunting

Pengaruh seni rupa Kerajaan Kushan, terutama gaya Gandhara, bisa dilihat dari perkembangan pengaruh seni rupa Greko-Buddha, yang pada masa akhir keemasannya banyak mendapat kontribusi dari Kerajaan Kushan.

Seni rupa Greko-Buddha menyebar ke selatan India, seperti Kerajaan Shunga hingga Ghupta, Asia Tengah seperti Tarim Basin (XiangJiang) dan Baktria, Asia Timur seperti Tiongkok dan Jepang. Tetapi pengaruh paling besar adalah di Asia Tenggara seperti Indonesia yang bahkan mengadopsi tulisan, ajaran Mahayana, dan arsitektur dari gaya Greko-Buddha.

Pengaruh ini terutama terjadi akibat hubungan dagang dan sejarah penguasaan politik yang terjadi pada masa ekspansi Alexander Agung.

Lihat pula

sunting
  • Dinasti Mauria (seni rupa)
  • Dinasti Shunga (seni rupa)

Referensi

sunting
  • Bracey, Robert.Kushan history, a rough guide to India, Afghanistan, Pakistan and Eastern Iran.http://www.kushan.org/:16 Januari 2007
  • Craven, Rove.Indian Art. Thames & Hudson. New York: 1987
  • Dehejra, Vidya.Indian Art. Phaidon Press Ltd. London: 1997