Roesia si Pengkor
Roesia si Pengkor (EYD: Rahasia si Pengkor), juga dikenal dengan judul Hadji Saleh, adalah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tahun 1939 yang disutradarai dan diproduseri The Teng Chun untuk Java Industrial Films. Dibintangi Da'ing, Bissu, dan Hadidjah, film hitam putih ini mengisahkan seorang perempuan yang diselamatkan dari para pelamar sekaligus penipu oleh kekasihnya serta seorang pria yang dijuluki "Si Pengkor".
Roesia si Pengkor | |
---|---|
Sutradara | The Teng Chun |
Produser | The Teng Chun |
Pemeran |
|
Sinematografer | The Teng Liong |
Perusahaan produksi | Java Industrial Film |
Tanggal rilis |
|
Negara | Hindia Belanda |
Bahasa | Melayu |
Alur
suntingHadji Saleh pergi bertapa ke sebuah gunung keramat, meninggalkan istrinya dan putrinya, Suti. Karena parasnya yang jelita, Suti dikejar banyak pelamar, namun ia hanya mencintai Saari. Karena cintanya, teman Saari, Lihin (pelamar yang ditolak) pun kecewa dan meminta polisi menangkap Saari. Setelah dibebaskan dan dinyatakan tidak bersalah, Saari harus bersaing dengan Usin, salah satu pelamar Suti, sebelum akhirnya diakui sebagai calon suami Suti. Setelah klimaksnya, terungkap bahwa Suti dilindungi tanpa sepengetahuanya oleh ayahnya sendiri yang dijuluki "Si Pengkor".[1]
Produksi
suntingRoesia si Pengkor disutradarai dan diproduseri The Teng Chun untuk perusahaan Java Industrial Film miliknya. Sinematografinya ditangani oleh saudaranya, The Teng Liong, sedangkan suara film diarahkan oleh saudara yang lain, The Teng Hui. Film ini dibintangi Da'ing, Bissu, dan Hadidjah.[1] Bissu sudah lama bekerka di JIF, sementara Hadidjah, istri musisi M. Sardi, adalah rekrutan baru. Kisah tokoh bertopeng yang membantu seorang gadis kemungkinan terinspirasi oleh film sebelumnya, Gagak Item.[2]
The merampungkan pembuatan Roesia si Pengkor dua tahun setelah kesuksesan komersial Terang Boelan besutan jurnalis Belanda Indonesia Albert Balink dan setahun setelah Fatima keluaran Tan's Film. Jika karya-karya sebelumnya ditargetkan pada penonton etnis Tionghoa, Roesia si Pengkor justru ditargetkan pada pribumi Hindia Belanda. Kesuksesan film-film sebelumnya meyakinkan The bahwa film ini membuka kesempatan finansial yang lebih besar. Promosi untuk penonton pribumi juga dicantumkan di posternya, salah satunya dengan memakai kata "Indonesia", nama yang sering dipakai kaum nasionalis.[2]
Rilis
suntingRoesia si Pengkor dirilis tahun 1939.[1] Sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran menulis bahwa film ini gagal menangkap elemen-elemen yang menjadikan Terang Boelan dan Fatima film tersukses di Hindia Belanda. Meski begitu, film The selanjutnya, Alang-Alang, yang menggunakan formula Terang Boelan terbukti menjadi salah satu film tersukses besutannya.[2]
Film ini bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.[3] Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[4]
Referensi
sunting- ^ a b c Filmindonesia.or.id, Roesia si Pengkor.
- ^ a b c Biran 2009, hlm. 176–77.
- ^ Heider 1991, hlm. 14.
- ^ Biran 2009, hlm. 351.
Sumber
sunting- Biran, Misbach Yusa (2009). Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Komunitas Bamboo working with the Jakarta Art Council. ISBN 978-979-3731-58-2.
- Heider, Karl G (1991). Indonesian Cinema: National Culture on Screen. Honolulu: University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-1367-3.
- "Roesia si Pengkor". filmindonesia.or.id. Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-24. Diakses tanggal 24 July 2012.
Pranala luar
sunting- Roesia si Pengkor di IMDb (dalam bahasa Inggris)