Rasbora argyrotaenia

Lunjar padi
Rasbora argyrotaenia
Lunjar padi, Rasbora argyrotaenia, dari Prembun, Tambak, Banyumas
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
R. argyrotaenia
Nama binomial
Rasbora argyrotaenia
(Bleeker, 1850)
Sinonim
  • Leuciscus argyrotaenia Bleeker 1850[1] (basionym)
  • Leuciscus cyanotaenia Bleeker 1850
  • Leuciscus Schwenki Bleeker 1858
  • Rasbora everetti Boulenger 1895
  • Rasbora Vaillantii Popta 1905
  • Rasbora Buchanani Duncker 1904

Rasbora argyrotaenia adalah sejenis ikan Seluang (Rasbora), anggota suku Cyprinidae, anak-suku Rasborinae. Ikan ini juga dikenal dengan banyak nama lain, seperti wader pari, lunjar pari, lunjar andong (Jw.), kalemmar (Madura), beunteur, paray (Sd.), cecereh, ikan cere (Btw.), pantau (Mng.), seluang (Sum.).[2] Di sekitar Danau Maninjau disebut juga dengan nama bada (badar)[3] dan rinuak [4]

Ikan ini menyebar di pulau-pulau Sunda Besar (Sumatra, Jawa, Kalimantan), Semenanjung Malaya, dan Filipina.[5] Juga didapati di aliran sungai-sungai Mekong, Chao Phraya dan Mae Khlong.[6] Wader pari digemari sebagai ikan konsumsi.[7]

Pengenalan

sunting
 
Lunjar padi yang masih kecil, 19mm SL

Ikan bertubuh kecil ramping, dengan panjang maksimal sekitar 170 mm.[2] Tubuh berwarna coklat kuning kehijauan di bagian punggung (dorsal) dan putih keperakan di sisi dan bagian bawah (ventral), terutama di bagian perut. Sebuah garis perak berjalan bersama garis kehitaman di bawahnya pada masing-masing sisi tubuh, dari belakang tutup insang hingga ke batang ekor. Iris mata berwarna perak; sirip-sirip berwarna bening, kecuali sirip ekor yang kekuningan indah.[8]

 
Ikan dewasa, 33mm SL

Formula sirip punggung (dorsal) II.7, yakni dua jari-jari keras (duri) diikuti tujuh jari-jari lunak. Sirip dubur (anal ) III.5; sirip dada (pectoral) I.12-13; sirip perut (ventral) II.7; serta jumlah sisik pada jalur gurat sisi (linea lateralis) 29-30 buah.[2] Batang ekor (peduncle) dikelilingi 14 sisik; antara gurat sisi dengan awal sirip perut diantarai oleh 1-1½ sisik.[5]

Kebiasaan dan kegunaan

sunting
 
Lunjar padi yang dijual di pasar

Lunjar padi sering ditemui dalam kelompok besar, di danau, parit atau sungai-sungai yang relatif tenang. Sering pula hidup dalam sawah yang jernih dan lambat airnya dan sungai yang berbatu-batu. Lunjar padi kerap bercampur dengan ikan-ikan lunjar (Rasbora) yang lain dan wader (Puntius) yang memiliki kebiasaan serupa. Wader pari juga memakan ikan-ikan kecil, udang-udang kecil, serangga, dan segala binatang kecil lainnya.[7]

Bersama dengan lunjar dan wader pada umumnya, lunjar padi merupakan ikan konsumsi yang digemari karena rasanya. Lunjar dan wader goreng (ikan paray goreng, jika di Jawa Barat) merupakan hidangan istimewa pada beberapa restoran terkemuka.

Ikan-ikan ini ditangkap dari populasi liar di perairan umum, dan kebanyakan hanya dijual di pasar-pasar setempat. Wader pari dijual dalam bentuk segar atau ikan kering. Pada musim hujan, spesies ini meningkat jumlahnya. Lunjar padi mudah diperoleh dan dipelihara, namun sayang belum dibudidayakan.[7] Lunjar padi dapat dipelihara di kolam tanah.[9]

Pola pertumbuhan ikan bada allometrik positif dan ikan jantan lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan ikan betina.[3] Wader pari diduga memijah di sepanjang tahun.[10]

Catatan taksonomis

sunting

Pada mulanya ikan ini diberi nama Leuciscus argyrotaenia oleh Pieter Bleeker pada tahun 1850. Delapan tahun kemudian dipindahkan olehnya sendiri ke dalam marga yang lain, Opsarius. Dan akhirnya pada 1860, dipindahkan lagi oleh Bleeker ke dalam marga yang baru, Rasbora.[2]

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Bleeker, P. 1852. "Bijdrage tot de kennis der Ichthyologische fauna van Midden- en Oost-Java. Met beschrijving van eenige nieuwe species": 21. Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap der Kunsten en Wetenschappen. Batavia :Egbert Heemen, 1779-1922.
  2. ^ a b c d Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1916. The Fishes of The Indo-Australian Archipelago III:61-63. E.J. Brill. Leiden.
  3. ^ a b Dina, R. 2008. Rencana Pengelolaan Sumberdaya Ikan Bada (Rasbora argyrotaenia) Berdasarkan Analisis Frekuensi Panjang di Danau Maninjau, Sumatera Barat. Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor (tidak diterbitkan).
  4. ^ https://bakaba.co/rinuak-maninjau-terancam-punah/
  5. ^ a b Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia bagian Barat dan Sulawesi. Periplus dan Proyek EMDI KMNKLH. Jakarta. ISBN 0-945971-60-5. p.60.
  6. ^ FishBase: Rasbora argyrotaenia (Bleeker, 1849)
  7. ^ a b c Sastrapradja, S.; S. Adisoemarto; A. Suyanto; B. Mussadarini; F. Sabar; W. Anggraitoningsih; Y. Rahayuningsih. 1981. Sumber Protein Hewani. hal.124 – 5. Jakarta:LBN-LIPI bekerjasama dengan Balai Pustaka.
  8. ^ Bleeker, P. 1860. Ichthyologiae Archipelagi Indici Prodromus vol II Cyprini: 472. Bataviae: Typis Langei &soc. (terj. Ingg.)
  9. ^ Ahmad, M. & Nofrizal. 2011. "Pemijahan dan penjinakan ikan pantau (Rasbora latestriata). Jurnal Perikanan dan Kelautan 16(1): 71-78 (2011). Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine.
  10. ^ Diana, E. 2006. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Wader (Rasbora argyrotaenia) di Sekitar Mata Air Ponggok, Klaten, Jawa Tengah. Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine. Skripsi pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (tidak diterbitkan)

Pranala luar

sunting