Pullman Jakarta Indonesia Thamrin CBD

Pullman Jakarta Indonesia Thamrin CBD adalah hotel berbintang 5 yang terletak di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Hotel ini adalah salah satu dari empat hotel yang mengelilingi Monumen Selamat Datang, salah satu marka tanah kota tersebut. Hotel ini dibuka pada tahun 1972 sebagai bagian dari kompleks Wisma Nusantara, gedung pencakar langit yang pernah memegang rekor sebagai gedung tertinggi di Indonesia hingga tahun 1983. Awalnya dikelola oleh Nikko Hotels, Accor saat ini mengelola hotel melalui merek Pullman sejak tahun 2012. Kepemilikan hotel berada di tangan PT Wisma Nusantara International yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Guthrie GTS, perusahaan properti asal Singapura.

Pullman Jakarta Indonesia Thamrin CBD
Pemandangan Main Wing hotel, didirikan tahun 1972
Peta
Jaringan hotelPullman Hotels and Resorts
Informasi umum
LokasiJakarta, Indonesia
AlamatJl. M.H. Thamrin No.59, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat
Koordinat6°11′36″S 106°49′25″E / 6.19324°S 106.82367°E / -6.19324; 106.82367
Pembukaan2 Desember 1972; 52 tahun lalu (1972-12-02)
PemilikGuthrie GTS (76%)
Mitsui (24%)
ManajemenAccor
Data teknis
Jumlah lantai11 (Main Tower)
14 (Pullman Tower)
Desain dan konstruksi
ArsitekKajima
Kenzo Tange & Associates (2003)
PengembangTaisei Corporation
Kajima
Pembangunan Perumahan
Total Bangun Persada (2003)
Informasi lain
Jumlah kamar427
Jumlah rumah makan4
Situs web
www.pullmanjakartaindonesia.com

Sejarah

sunting

Pembangunan hotel ini tidak terlepas dari Wisma Nusantara, sebuah gedung pencakar langit yang perancangannya digagaskan oleh Presiden Soekarno sejak tahun 1964. Dikarenakan krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat itu, pembangunan gedung mangkrak hingga tahun 1969, ketika Pemerintah Indonesia, dibawah Presiden Soeharto, berhasil menekan kerja sama dengan Mitsui untuk melanjutkan pembangunan gedung berlantai 30 tersebut. Proyek itu diperluas untuk mencakup sebuah hotel berbintang yang ditujukan untuk pengusaha-pengusaha Jepang yang singgah di Jakarta.[1]

Dengan Kajima, Taisei Corporation, dan Pembangunan Perumahan sebagai pemborong dan anggaran sebesar Rp11,5 miliar, hotel ini mulai dibangun pada bulan April 1970 hingga selesai pada bulan November 1972. Soeharto dan Gubernur Ali Sadikin meresmikan President Hotel pada tanggal 2 Desember 1972. Pengelolaan hotel dipercayakan kepada Japan Airlines Development, Ltd., anak usaha dari maskapai penerbangan Japan Airlines yang nantinya dikenal melalui merek Nikko Hotels. Pemerintah Indonesia memegang saham hotel sebesar 55%, sementara Mitsui dan Japan Airlines masing-masing memegang 40% dan 5%.[1]

Pada tanggal 14 Mei 1986, President Hotel mengalami insiden penyerangan militan sayap kiri Tentara Merah Jepang. Penyerangan tersebut juga mengincar Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Jepang di Jakarta. Tidak ada korban jiwa karena bom yang dipasang gagal meledak. Dalang dari penyerangan itu, Tsutomu Shirosaki, akhirnya ditangkap oleh Amerika Serikat dan dijatuhkan hukuman 30 tahun penjara pada tahun 1998.[2][1][3]

President Hotel direnovasi antara bulan Juli 1987 dan Juli 1991 untuk membenahi kamar tamu, rumah makan, dan balai sidang. Hal ini juga mengurangi jumlah kamar yang semula 354 menjadi 315. Renovasi diresmikan pada tanggal 26 Juli 1991 oleh Wakil Presiden Soedharmono. Pada bulan Oktober 1992, Indocement membeli saham kepemilikan hotel sebesar 31%. Pasca kejatuhan Orde Baru, baik Pemerintah Indonesia dan Indocement melepaskan saham mereka kepada Guthrie GTS, perusahaan properti asal Singapura, sementara Mitsui masih memegang minoritas saham di PT Wisma Nusantara International.[1]

Pada bulan Maret 2003, President Hotel meresmikan perluasan gedung berlantai 14 yang terletak di utara bangunan lama, dibangun oleh PP Taisei dan Total Bangun Persada, dan dirancang oleh Kenzo Tange & Associates. Gedung tersebut meningkatkan kapasitas kamar menjadi 427. Nama hotel juga diubah menjadi Hotel Nikko Jakarta pada waktu yang sama.[4]

Pada tanggal 19 Januari 2012, setelah hampir 30 tahun, hotel ini mengakhiri kerja sama dengan Nikko Hotels. Accor diundang untuk mengelola hotel melalui merek Pullman Hotels and Resorts, dan hotel selanjutnya bersalin nama menjadi Pullman Jakarta Indonesia Thamrin CBD.[5] Hotel kembali direnovasi melalui arahan biro arsitek Wilson & Associates asal Singapura, proses yang selesai pada tanggal 13 Februari 2014.[6]

Fasilitas

sunting

Pullman Jakarta Indonesia Thamrin CBD memiliki jumlah kamar sebanyak 427 dengan beberapa tipe, mulai dari Superior hingga Accent Suite. Kamar-kamar hotel tersebar di dua gedung, Main Tower (bangunan lama hotel, didirikan tahun 1972) dan Pullman Tower (perluasan tahun 2003). Keseluruhan kamar bertipe Grand Deluxe dan Executive menempati Pullman Tower. Hotel juga menyediakan 4 rumah makan (Kahyangan Restaurant, Le Chocolat, Sana Sini Restaurant, The Back Room), kolam renang, pusat kebugaran, spa, dan 19 ruang pertemuan.[7]

Rujukan

sunting
  1. ^ a b c d "Wisma Nusantara & Pullman Jakarta Thamrin". Setiap Gedung Punya Cerita. 1 Maret 2022. Diakses tanggal 14 Agustus 2024. 
  2. ^ "Shinzo Abe dan Jalan Mundur Demokrasi Jepang?". Suara Merdeka Jakarta. 8 Juli 2022. Diakses tanggal 14 Agustus 2024. 
  3. ^ "Pelaku Pengeboman Kedubes Jepang di Jakarta Dipulangkan ke Negaranya". Tribunnews. 8 Juli 2022. Diakses tanggal 14 Agustus 2024. 
  4. ^ "Putra Masagung, "Penguasa" Baru Hotel Nikko". Swa. 26 Juni 2003. Diakses tanggal 14 Agustus 2024. 
  5. ^ "Diakuisisi, Hotel Nikko Ganti Nama 'Pullman'". Republika. 12 Januari 2012. Diakses tanggal 14 Agustus 2024. 
  6. ^ "Hotel Pullman Jakarta Usung Konsep "Bleisure"". Kompas. 14 Februari 2014. Diakses tanggal 14 Agustus 2024. 
  7. ^ "Review: Pullman Jakarta Indonesia (Thamrin CBD)". Lonely Travelog. 14 Oktober 2018. Diakses tanggal 14 Agustus 2024. 

Pranala luar

sunting