Prasasti Sitopayan I
Prasasti Sitopayan I adalah salah satu prasasti yang ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan bahasa Batak;[1] dan sebagian besar menggunakan aksara Kawi serta beberapa kata memakai aksara Batak Kuno.[1] Prasasti in ditemukan di Biaro (candi) Si Topayan, yaitu di Desa Sitopayan, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, di Provinsi Sumatera Utara.[1][2] Naskah prasasti hanya satu baris, dan dituliskan pada salah satu sisi dari lapik arca batu pada bidang yang horizontal.[2] F.D.K. Bosch memperkirakan bahwa prasasti ini dibuat pada abad ke-13 M, berdasarkan bentuk dan ciri-ciri aksaranya.[2]
Isi prasasti menceritakan tentang tiga tokoh bernama Hang Tahi, Si Rangit, dan Kabayin Pu Anyawari, yang membuat sebuah rumah berhala.[2] Penggunaan dua bahasa, yaitu bahasa Melayu Kuno dan bahasa Batak, menimbulkan dugaan bahwa masyarakat yang membuatnya adalah penutur dua bahasa (bilingual).[1] Selain itu, penyebutan kata sandang Hang, Si, dan Pu (Mpu) di depan nama-nama tokoh, juga memperlihatkan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yang berbahasa Melayu.[1]
Saat ini, prasasti ini disimpan di Museum Negeri Sumatera Utara, dengan nomer inventaris 1517.1.[2]
Teks
suntingTeks prasasti ini menurut Bosch (1930) adalah sbb.:[2]
- tat kāla hang tahi si ranggit
- kaba(ga)yin pwanyawāri babwat bagas
- brahala sātap
Terjemahan
suntingTerjemahan teks prasasti ini adalah sbb.:[2]
- ketika itu Hang Tahi, Si Ranggit (dan)
- Kabayin Pu Anyawari membuat sebuah tempat kediaman
- untuk para dewa di bawah satu atap
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c d e Nasoichah, Churmatin (2018-01-05). "Prasasti Sitopayan 1 & 2: Tinjauan Aspek Ekstrinsik dan Intrinsik". Berkala Arkeologi Sangkhakala. 15 (1): 11–29. ISSN 2580-8907. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-03. Diakses tanggal 2018-09-03.
- ^ a b c d e f g Susetyo, Sukawati (2010). Kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara: Tinjuauan Gaya Seni Bangun, Seni Arca Dan Latar Keagamaan (PDF). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Arkeologi, Universitas Indonesia. hlm. 208–209.