Pop Makassar (bahasa Inggris: Makassar-pop, atau singkatan dari Makassarese pop), juga dikenal sebagai tembang pop Makassar, adalah genre musik pop berbahasa Makassar yang memasuki arus utama musik Indonesia yang bermula tahun 1920-an hingga 1990-an. Lagu yang cukup populer kala itu adalah Ana’ Kukang, Pakarena, Ati Raja, Sailong, Ana’ Kamase, dan Anging Mammiri’, Tulolonna Sulawesi yang sempat dipopulerkan oleh artis ibukota seperti Lilis Surjani, Titiek Sandhora, Banabon Plus, Angel Paff, Andi Meriem Mattalatta, dan Anci La Ricci. Lagu pop Makassar cukup dikenal luas oleh masyarakat Indonesia khususnya tahun 70-80an. Kota Makassar menjadi sentral musik populer di Indonesia Timur dan sekaligus genre musik pop Makassar itu sendiri. Studio di Makassarperekaman yang terkenal adalah Suara Mas Record, Libel Record dan Irama Baru Record.

Perkembangan

sunting

Perkembangan awal musik Populer Makassar (1920-1970)

sunting

Terdapat 2 tokoh yang sangat populer sehingga mempengaruhi awal corak musik populer di Kota Makassar, W.R Supratman dan Ho Eng Djie.

W.R Supratman

sunting

Pada tahun 1920, di Makassar telah ada kelompok Band beraliran Jazz yang bernama Black and White. Band ini dibentuk oleh sepupu dari W.R. Supratman, yang kita kenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Menariknya, W.R. Supratman sendiri beberapa kali tampil bersama Black and White, dimana ia memainkan violin.

Pada dekade 1920-an itu, beberapa kemajuan terjadi di Kota Makassar, antara lain listri mulai digunakan. Hal ini turut mempengaruhi perkembangan musik populer di Kota Makassar. Perkembangan lainnya adalah pada dekade 1950-an, industri musik populer cukup maju di Kota Makassar. Orang-orang keturunan Tionghoa mempunyai peranan penting pada fase ini. Mereka selain mempunyai kelompok musik, mereka juga bergerak dalam bisnis penyewaan alat musik, membuat panggung pertunjukan musik dan lain-lain.

Pada dekade paska reformasi, perkembangan musik populer di kota Makassar mengalami momentumnya. Kelompok musik Makassar tidak saja dikenal di tingkat nasional, bahkan internasional. Dua kelompok musik Makassar yang menyedot perhatian publik adalah Theory of Discoustic (atau yang populer disebut ToD) dan Kapal Udara.

Melihat perkembangan musik populer di Kota Makassar dalam 100 tahun terakhir, nampak bahwa kekuatan musik dan musisi telah ada sejak lama. Musisi-musisi Indonesia banyak diwarnai oleh perkembangan musik di Makassar, seperti fakta bahwa W.R. Supratman ternyata bermain musik sejak di Makassar pada dekade 1920-an, jauh sebelum Indonesia Merdeka.

Ho Eng Djie

sunting

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masyarakat Tionghoa memiliki peran yang sangat besar terhadap perkembangan musik dikota makassar. Ho Eng Djie dilahirkan di Kassi Kebo (Kampung Cina) di Maros, pada 27 Juli 1906[1], namun menurut Yo Kao Tjio, Ho Eng Djie lahir pada 1907. Yo Kao Tjio adalah seorang pengarang Peranakan Tionghoa di Makassar, pernah menulis tentang “lagu-lagu Berirama Tionghoa” pada 1958. Di dalamnya juga terdapat biografi Ho Eng Djie. Namun, buku tersebut tidak pernah diterbitkan.

Sejak zaman pra kolonial, kelompok etnis Makassar dikenal dengan kebudayaannya yang khas hingga kini, terutama karya sastranya yang mengandung nilai seni tinggi seperti: tarian, musik, puisi serta lagu-lagu dalam bahasa Makassar[2].

Lagu-lagu berbahasa daerah Makassar telah banyak diciptakan oleh orang-orang Makassar seperti Bora Dg. Irate, B. Madjia, Arsyad Basir dan lain-lain, serta orang Tionghoa. Salah satunya adalah Ho Eng Dji, seorang Cina Peranakan atau Tionghoa Peranakan, tokoh yang menggeluti dunia kesenian Makassar lewat karya pantun, puisi dan lagu yang sebagian besar dinyanyikannya sendiri.

Ho Eng Djie mampu berbahasa Makassar dengan baik karena merupakan bahasa sehariharinya, namun kepandaiannya berbahasa Makassar ditunjang pula dari bekalnya belajar bahasa Makassar dan penulisan aksara Lontara ketika bersekolah di sekolah swasta Partikulir Incek Bau Sandi di Kampung Melayu (sekarang Jalan Sangir) Makassar. Di sekolah tersebut, selain mendapatkan pelajaran bahasa Melayu, juga diajarkan bahasa Makassar dan menulis dengan aksara Lontara.

Pada tahun 1938, tokoh Ho Eng Dji muncul sebagai seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu-lagu Makassar yang mampu memperkenalkan lagu daerah Makassar ke tingkat nasional. Sahabat Ho Eng Djie sekaligus rekannya dalam orkes musik yang dipimpinnya, Poey Tjoeng Ang, sempat tenar di tahun 1951-1958, sebagai seorang penyanyi dan juga pengarang lagu-lagu Makassar. Mereka sering menyanyi pada acaraacara penting di Kota Makassar kala itu, seperti Tahun Baru Tionghoa/Cina (Imlek) dan pentas-pentas musik lainnya[1].

Puncak ketenaran lagu Pop Makassar

sunting

Pada pertengahan tahun 70an, kehadiran lagu pop lokal Makassar semakin menjamur seperti kehadiran Iwan Tompo yang bergabung pada studio rekaman Irama Baru record pada tahun 1975. Selain itu ada pula Anci La Ricci yang ikut berkontribusi banyak dalam Lagu-lagu pop Makassar.

Pada tahun 1994, Libel Record menghadirkan album Pop Makassar yang dinyanyikan oleh artis ibukota seperti Obbie Messakh, Pance Pondaag, Muchsin Alatas dan David Messakh.

Penyanyi

sunting

Berikut adalah daftar musisi dan penyanyi yang ikut mengusung dan menyanyikan tema musik pop Makassar.

Penyanyi Nasional

sunting

Penyanyi Lokal

sunting
  • Iwan Tompo
  • Anci La Ricci
  • Nurdin Taqwa
  • Udhin Leaders
  • Arwinny Puspita
  • Ridwan Sau
  • Anto Sarro
  • Syam SR
  • Lukman Rola
  • Dian Ekawaty
  • Hamsan Marliat
  • Maharani
  • Arie Karim
  • Rachmansyah
  • Meriany
  • Ashari Sitaba
  • Astrina Basri
  • Juita
  • Rangga Mutakhir
  • Warda
  • Adnan Bustam

Referensi

sunting
  1. ^ a b Hamonic, Gilbert; Salmon, Claudine (2010). Dunia Sastra dan Seni Masyarakat Tionghoa Makassar (1930-1950). 
  2. ^ Bahrum, Shaifuddin (2003). Cina Peranakan di Makassar. Makassar: Yayasa Baruga Nusantara. ISBN 9799796903.