Platipus

mamalia semi-akuatik bertelur dari Australia
(Dialihkan dari Platypus)

Platipus (Ornithorhynchus anatinus)[3] adalah mamalia semi-akuatik yang bertelur dan endemik di Australia timur, termasuk Tasmania. Platipus adalah satu-satunya perwakilan hidup atau takson monotipik dari famili-nya (Ornithorhynchidae) dan genus (Ornithorhynchus), meskipun sejumlah spesies terkait dengannya juga muncul dalam catatan fosil.

Platipus
Rentang waktu: 9–0 jtyl
Miosen hingga saat ini
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Monotremata
Famili: Ornithorhynchidae
Genus: Ornithorhynchus
Blumenbach, 1800
Spesies:
O. anatinus
Nama binomial
Ornithorhynchus anatinus
(Shaw, 1799)
Sebaran platipus
(merah – habitat asli, kuning – diperkenalkan)
Sinonim[2]
  • Ornithorhynchus agilis (de Vis, 1886)
  • Platypus anatinus (Shaw, 1799)

Bersama dengan empat spesies nokdiak, platipus adalah salah satu dari lima spesies monotremata yang masih ada, yakni mamalia yang bertelur dan bukan melahirkan anak. Seperti monotreme lainnya, ia merasakan mangsa melalui elektrolokasi. Platipus adalah salah satu dari sedikit spesies mamalia ber-bisa, di mana platipus jantan memiliki taji di belakang kakinya yang mampu menghantarkan bisa, yang dapat menyebabkan rasa sakit yang parah pada manusia. Penampilan yang tidak biasa dari mamalia bertelur ini, yang memiliki paruh seperti bebek, ekor seperti biwara, dan kaki seperti berang-berang ini membingungkan para naturalis Eropa ketika pertama kali menemukannya, dan para ilmuwan pertama yang memeriksa tubuh platipus yang diawetkan (pada tahun 1799) menilainya palsu, mengatakannya terbuat dari beberapa hewan yang dijahit menjadi satu.

Fitur unik platipus menjadikannya subjek penting dalam studi biologi evolusi, dan simbol ikonik Australia yang mudah dikenali. Platipus secara budaya bermakna signifikan bagi beberapa suku Aborigin Australia, yang dulunya juga kerap berburu hewan ini untuk dimakan. Platipus muncul sebagai maskot pada acara nasional dan ditampilkan pada bagian belakang koin dua puluh sen Australia, platipus juga merupakan lambang hewan negara bagian New South Wales. Hingga awal abad ke-20, manusia memburu platipus untuk diambil kulitnya, tetapi sekarang platipus dilindungi di seluruh wilayah persebarannya. Meskipun program penangkaran hanya memiliki keberhasilan yang terbatas, dan platipus rentan terhadap efek polusi, namun ia tidak berada di bawah ancaman langsung.

Per tahun 2020, platipus adalah spesies yang dilindungi secara hukum di semua negara bagian di mana ia berada. Platipus terdaftar sebagai spesies yang terancam punah di Australia Selatan dan rentan di Victoria. Spesies ini diklasifikasikan sebagai spesies yang hampir terancam punah oleh IUCN, tetapi laporan pada November 2020 merekomendasikan agar spesies ini ditingkatkan statusnya menjadi spesies terancam punah di bawah Undang-Undang EPBC federal, karena kerusakan habitat dan penurunan jumlahnya di semua negara bagian Australia.

Taksonomi dan penamaan

sunting
 
Ilustrasi karya Frederick Nodder dari deskripsi ilmiah pertama pada tahun 1799 mengenai "Platypus anatinus"

Ketika platipus pertama kali ditemukan oleh orang Eropa pada tahun 1798, kulit dan sketsa darinya dikirim kembali ke Inggris oleh Kapten John Hunter, Gubernur kedua New South Wales.[4] Dugaan awal para ilmuwan Inggris adalah bahwa atribut-atribut tersebut adalah bohongan.[5] George Shaw, yang membuat deskripsi pertama dari hewan ini dalam Naturalist's Miscellany pada tahun 1799, menyatakan bahwa mustahil untuk tidak meragukan keasliannya,[6] dan Robert Knox meyakini bahwa hewan ini kemungkinan dibuat oleh seorang ahli taksidermis Asia.[5] Awalnya dianggap bahwa seseorang telah menjahit paruh bebek ke tubuh hewan yang mirip biwara. Shaw bahkan mengambil gunting ke kulit keringnya untuk memeriksa adanya jahitan.[6][7]

Nama umum "platypus" secara harfiah berarti 'kaki datar', berasal dari kata Yunani platúpous (πλατύπους),[8] dari platús (πλατύς: 'luas, lebar, datar')[9] dan poús (πούς: 'kaki').[10][11] Shaw awalnya memberi nama Linnaean Platypus anatinus ketika ia mendeskripsikannya,[12] tetapi istilah genus tersebut segera diketahui telah digunakan sebagai nama genus untuk sekelompok kumbang ambrosia penggerek kayu.[13] Platypus anatinus lalu dideskripsikan secara independen sebagai Ornithorhynchus paradoxus oleh Johann Blumenbach pada tahun 1800 (dari spesimen yang diberikan kepadanya oleh Sir Joseph Banks)[14] dan mengikuti aturan prioritas nomenklatur, kemudian secara resmi diakui sebagai Ornithorhynchus anatinus.[13]

Tidak ada bentuk jamak dari kata "platypus" yang disepakati secara universal dalam bahasa Inggris. Para ilmuwan umumnya menggunakan "platypus" atau hanya "platypus". Dalam bahasa sehari-hari, istilah "platypi" juga digunakan untuk bentuk jamak, meskipun ini adalah bentuk pseudo-Latin;[7] berdasarkan akar kata Yunani, yang jamaknya adalah "platypodes". Pemukim awal dari Inggris menyebutnya dengan banyak nama, seperti "watermole", "duckbill", dan "duckmole".[7] Kadang-kadang secara khusus disebut "duck-billed platypus"

Nama ilmiah Ornithorhynchus anatinus secara harfiah berarti 'moncong burung seperti bebek',[12] yang berasal dari nama genus-nya dari akar kata Yunani ornith- (όρνιθ: ornith atau ὄρνις órnīs 'burung')[15] dan kata irhúnkhos (ῥύγχος: 'moncong', 'paruh').[16] Nama spesies-nya berasal dari bahasa Latin anatinus ('mirip bebek') dari anas 'bebek'.[12][17] Platipus adalah satu-satunya perwakilan yang masih hidup atau takson monotipik dari famili-nya (Ornithorhynchidae).[18]

Deskripsi

sunting
 
Platipus di Sungai Broken, Queensland

Dalam catatan David Collins tentang koloni baru tahun 1788-1801, dia menjelaskan bahwa dirinya menemukan "seekor hewan amfibi, dari spesies tikus tanah". Catatannya menyertakan gambar platipus.[19]

Tubuh dan ekor platipus yang lebar dan datar ditutupi dengan rambut yang lebat, berwarna cokelat, dan biofluoresen sehingga memerangkap udara untuk menjaga agar dirinya tetap hangat.[7][13][20] Rambutnya tahan air, dan teksturnya mirip dengan tikus tanah.[21] Platipus menggunakan ekornya untuk menyimpan cadangan lemak (adaptasi yang juga ditemukan pada hewan seperti setan tasmania[22]). Selaput pada kakinya lebih signifikan pada kaki depan yang dilipat ke belakang ketika berjalan di darat. Moncong memanjang dan rahang bawah ditutupi kulit lembut, membentuk paruh. Lubang hidung terletak di permukaan dorsal moncong, sedangkan mata dan telinga berada di dalam ceruk yang terletak tepat di belakangnya; ceruk ini tertutup ketika berenang.[13] Platipus dilaporkan mengeluarkan geraman pelan ketika merasa terganggu dan berbagai vokalisasi lainnya juga pernah dilaporkan pada spesimen di penangkaran.[7]

 
Lukisan berwarna dari platipus, 1863

Beratnya bervariasi dari 07 hingga 24 kg, dengan jantan lebih besar dari betina. Panjang total jantan rata-rata 50 cm, sedangkan betina rata-rata 43 cm,[13] dengan variasi substansial pada ukuran rata-rata di satu daerah dengan daerah lain. Pola ini tampaknya tidak mengikuti aturan iklim tertentu dan mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan lainnya, seperti pemangsaan dan perambahan manusia.[23]

Platipus memiliki suhu tubuh rata-rata sekitar 32 °C (90 °F), tidak seperti tipikal mamalia ber-plasenta pada umumnya yakni 37 °C (99 °F).[24] Penelitian menunjukkan bahwa hal ini merupakan adaptasi bertahap terhadap kondisi lingkungan yang keras oleh sejumlah kecil spesies monotreme yang masih hidup, ketimbang karakteristik historis yang dimiliki monotreme.[25][26]

Platipus yang masih muda memiliki tiga gigi di masing-masing rahang atas (satu premolar dan dua molar) dan rahang bawahnya (tiga molar), yang hilang sebelum atau sesaat setelah meninggalkan liang perkembangbiakan;[13] sebagai gantinya, platipus dewasa memiliki bantalan yang sangat ber-keratin yang disebut ceratodontes, yang mereka gunakan untuk menggiling makanan.[13][27][28] Gigi pipi atas dan bawah pertama dan ketiga dari anak platipus berukuran kecil, masing-masing memiliki satu tonjolan pokok, sedangkan gigi lainnya memiliki dua tonjolan pokok.[29] Rahang platipus memiliki struktur yang berbeda dari mamalia lainnya, dengan otot pembuka rahang yang juga berbeda.[13] Pada umumnya mamalia sejati, tulang-tulang kecil yang menghantarkan suara di telinga tengah sepenuhnya menyatu ke dalam tengkorak, bukan terletak di rahang seperti pada synapsida pra mamalia. Namun, pada platipus pembukaan eksternal telinganya masih terletak di dasar rahang.[13] Platipus memiliki tulang ekstra di korset bahu, termasuk interklavikula, yang tidak ditemukan pada mamalia lain.[13] Seperti pada banyak vertebrata akuatik dan semi akuatik lainnya, tulang-tulangnya menunjukkan osteosklerosis, meningkatkan kepadatannya untuk menjadi pemberat.[30] Platipus memiliki gaya berjalan seperti reptil, dengan kaki di sisi tubuh, bukan di bawahnya.[13] Ketika di darat, ia melakukan gaya berjalan dengan buku jari di kaki depannya, untuk melindungi selaput di antara jari-jari kaki.[31]

 
Taji kalkaneus yang ditemukan pada tungkai belakang jantan digunakan untuk menghantarkan bisa.

Meskipun platipus jantan dan betina dilahirkan dengan taji pada belakang pergelangan kakinya, hanya taji pada pergelangan kaki jantan lah yang menghasilkan bisa,[32][33][34] yang sebagian besar terdiri dari protein sejenis defensin (DLP), yang tiga di antaranya unik untuk platipus.[35] DLP ini diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh platipus. Fungsi defensin adalah untuk menyebabkan lisis pada bakteri dan virus patogen, tetapi pada platipus, dia juga membentuk bisa untuk pertahanan. Meskipun cukup kuat untuk membunuh hewan yang lebih kecil seperti anjing, bisa-nya tidak mematikan bagi manusia, akan tetapi rasa sakitnya yang ditimbulkan akan sangat menyiksa sehingga melumpuhkan si korban.[35][36] Sembap berkembang dengan cepat di sekitar luka dan secara bertahap menyebar ke seluruh anggota tubuh yang terkena. Informasi yang diperoleh dari sejarah kasus dan kesaksian pribadi menunjukkan bahwa rasa sakitnya berkembang menjadi hiperalgesia (sensitivitas yang tinggi terhadap rasa sakit) yang berlangsung selama berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan.[37][38] Bisa ini diproduksi di kelenjar klural platipus jantan, yang merupakan kelenjar alveolar berbentuk ginjal yang dihubungkan oleh saluran berdinding tipis ke taji kalkaneus pada setiap tungkai belakang. Platipus betina, sama dengan ekidna, memiliki tunas taji yang belum sempurna yang tidak berkembang (putus sebelum akhir tahun pertama mereka) dan tidak memiliki kelenjar klural yang fungsional.[13]

Bisa ini tampaknya memiliki fungsi yang berbeda dari yang dihasilkan oleh spesies non-mamalia; efeknya tidak mengancam jiwa manusia, namun demikian cukup kuat untuk menyakiti korban secara serius. Berhubung hanya jantan yang menghasilkan bisa dan produksinya meningkat selama musim kawin, Bisa ini dapat dimanfaatkan sebagai senjata ofensif oleh mereka untuk menegaskan dominasi selama periode ini.[35]

Taji serupa ditemukan pada banyak kelompok mamalia purba, yang mengindikasikan bahwa ini adalah karakteristik purba untuk mamalia secara keseluruhan, dan tidak eksklusif untuk platipus atau monotreme lainnya.[39]

Elektrolokasi

sunting
 
Platipus memiliki elektroresepsi yang diperoleh secara sekunder. Reseptornya tersusun dalam strip-strip pada paruh, memberikan sensitivitas tinggi ke sisi samping dan bawah; platipus memutar kepalanya dengan cepat saat berenang untuk mendeteksi mangsa.[40]

Monotreme adalah satu-satunya mamalia (selain setidaknya satu spesies lumba-lumba yaitu Lumba-lumba Guyana)[41] yang diketahui memiliki indra elektroresepsi: mereka menemukan mangsanya sebagian dengan mendeteksi medan listrik yang dihasilkan oleh kontraksi otot. Elektroresepsi platipus adalah yang paling sensitif dari monotremata mana pun.[40][42]

Elektroreseptor terletak di barisan rostrokaudal di kulit paruh, sementara mekanoreseptor (yang mendeteksi sentuhan) didistribusikan secara seragam di seluruh paruh. Area elektrosensori korteks otak besar berada di dalam area somatosensori sentuhan, dan beberapa sel kortikal menerima input dari elektroreseptor dan mekanoreseptor, menunjukkan hubungan yang erat antara indra peraba dan indra listrik. Baik elektroreseptor dan mekanoreseptor di paruh mendominasi peta somatotopik otak platipus, dengan cara yang sama tangan manusia mendominasi peta homunculus Penfield.[43][44]

Platipus dapat menentukan arah sumber listrik, kemungkinan dengan membandingkan perbedaan kekuatan sinyal di seluruh lapisan elektroreseptor. Hal ini akan menjelaskan karakteristik gerakan sisi-ke-sisi kepalanya saat berburu. Konvergensi kortikal dari input elektrosensori dan sentuhan menunjukkan mekanisme yang menentukan jarak mangsa yang, ketika mereka bergerak, memancarkan sinyal listrik dan gelombang tekanan mekanis. Platipus menggunakan perbedaan antara waktu kedatangan kedua sinyal untuk mengetahui jarak.[40]

Platipus menutup mata, telinga, dan hidungnya setiap kali ia menyelam,[45] sehingga ia tidak menggunakan penglihatan dan penciuman ketika mencari makan.[46] Alih-alih, ketika ia menggali di dasar sungai dengan paruhnya, elektroreseptornya mendeteksi arus listrik kecil yang dihasilkan oleh kontraksi otot mangsanya, sehingga memungkinkannya untuk membedakan antara benda hidup dan benda mati, yang secara kontinu menstimulasi mekanoreseptornya.[40] Sejumlah eksperimen menunjukkan platipus bahkan akan bereaksi terhadap "udang buatan" jika arus listrik kecil dialirkan pada udang buatan tersebut.[47]

Elektrolokasi-nya monotremata mungkin berevolusi untuk memungkinkan hewan-hewan tersebut mencari makan di perairan keruh, dan kemungkinan berkaitan dengan hilangnya gigi mereka.[48] Obdurodon yang telah punah adalah hewan elektroreseptif, tetapi tidak seperti platipus modern, ia mencari makan secara pelagis (di dekat permukaan laut).[48]

Dalam penelitian terkini, telah dikemukakan bahwa mata platipus lebih mirip dengan mata ikan hagfish Pasifik atau lamprey Belahan Bumi Utara daripada mata kebanyakan tetrapoda. Mata platipus juga mengandung kerucut ganda, yang tidak dimiliki oleh kebanyakan mamalia.[49]

Meskipun mata platipus kecil dan tidak digunakan di bawah air, beberapa fitur menunjukkan bahwa penglihatan memainkan peran penting bagi nenek moyang mereka. Permukaan kornea dan permukaan lensa yang berdekatan berbentuk datar sementara permukaan posterior lensa melengkung curam, mirip dengan mata mamalia air lainnya seperti berang-berang dan singa laut. Konsentrasi temporal (sisi telinga) dari sel ganglion retina, yang penting untuk penglihatan binokular, mengindikasikan adanya peranan dalam pemangsaan, sementara ketajaman visual yang menyertainya tidak mencukupi untuk aktivitas tersebut. Lebih jauh lagi, daya pandang yang terbatas ini diimbangi dengan perbesaran kortikal yang rendah, nukleus genikulatum lateral yang kecil, dan tektum optik yang besar, menunjukkan bahwa otak tengah untuk penglihatan memainkan peran yang lebih penting daripada korteks visual, seperti pada beberapa hewan pengerat. Fitur-fitur ini menunjukkan bahwa platipus telah beradaptasi dengan gaya hidup akuatik dan nokturnal, mengembangkan sistem elektrosensori dengan mengorbankan sistem penglihatannya; sebuah proses evolusi yang disejajarkan dengan sejumlah kecil elektroreseptor pada ekidna berparuh pendek, yang tinggal di lingkungan yang kering, sementara ekidna dengan paruh panjang, yang hidup di lingkungan yang lembab, berada di tengah-tengah antara dua monotreme tersebut.[43]

Biofluoresensi

sunting

Pada tahun 2020, penelitian tentang biofluoresensi mengungkapkan bahwa platipus memancarkan warna hijau kebiruan ketika terpapar cahaya dari lampu hitam.[50]

Distribusi, ekologi, dan perilaku

sunting
 
Gigi platipus, seperti yang diilustrasikan dalam Knight's Sketches dalam Natural History
 
Platipus sedang berenang
Platipus berenang di dalam air di Aquarium Sydney, Australia

Platipus bersifat semi akuatik, mendiami sungai-sungai dengan sebaran yang luas mulai dari dataran tinggi Tasmania dan Pegunungan Alpen Australia yang dingin hingga ke hutan hujan tropis di pesisir Queensland sampai jauh ke utara hingga ke dasar Semenanjung Cape York.[51]

Di pedalaman, distribusinya tidak diketahui dengan baik. Platipus dianggap punah di daratan Australia Selatan, dengan penampakan terakhir yang tercatat di Renmark pada tahun 1975,[52] sampai beberapa tahun setelah John Wamsley membuat Cagar Alam Warrawong pada tahun 1980-an, membuat program pengembangbiakan platipus di sana, namun kemudian tutup.[53][54] Pada tahun 2017, ada beberapa penampakan yang belum dikonfirmasi di hilir, di luar cagar alam,[52] dan pada bulan Oktober 2020 seekor platipus yang bersarang difilmkan di dalam cagar alam yang baru saja dibuka kembali.[55] Ada populasi di Pulau Kanguru[56] yang diperkenalkan pada tahun 1920-an, yang dikatakan mencapai 150 individu di wilayah Sungai Rocky di Taman Nasional Flinders Chase sebelum terjadinya kebakaran hutan Australia tahun 2019-20, di mana sebagian besar pulau itu hangus terbakar, memusnahkan seluruh satwa liar. Namun, dengan tim pemulihan Departemen Lingkungan Hidup dan Air SA yang bekerja keras untuk memulihkan kembali habitat mereka, ada sejumlah penampakan yang dilaporkan pada April 2020.[57]

Platipus tidak lagi ditemukan di bagian utama Cekungan Murray-Darling, kemungkinan karena penurunan kualitas air yang disebabkan oleh pembukaan lahan yang luas dan skema irigasi.[58] Di sepanjang sistem sungai pesisir, distribusinya tidak dapat diperkirakan; platipus tampaknya tidak dijumpai di beberapa sungai yang relatif sehat, namun tetap ditemukan di sungai lain, misalnya, Maribyrnong bagian bawah, yang cukup terdegradasi.[59]

Di penangkaran, platipus dapat bertahan hidup hingga usia 17 tahun, dan spesimen liar telah ditemukan kembali ketika berusia 11 tahun. Tingkat kematian platipus dewasa di alam liar tampaknya rendah.[13] Predator alami diantaranya ular, tikus air, goanna, elang, burung hantu, dan elang. Jumlah platipus yang rendah di Australia utara kemungkinan disebabkan oleh predasi oleh buaya.[60] Masuknya rubah merah pada tahun 1845 untuk kegiatan berburu mungkin berdampak pada jumlah platipus di Australia daratan.[23] Platipus umumnya dianggap sebagai hewan nokturnal dan krepuskular, tetapi beberapa juga aktif pada siang hari, terutama ketika langit mendung.[61][62] Habitatnya melintasi sungai dan zona riparian yang menyediakan makanan bagi spesies mangsa, dan tepian sungai dimana ia dapat menggali liang untuk beristirahat dan bersarang.[62] Platipus dapat memiliki jarak jelajah hingga 7 km (4,3 mil), dengan jangkauan kandang jantan yang tumpang tindih dengan tiga atau empat betina.[63]

Platipus tidak memiliki telinga eksterior dan menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam air untuk mencari makan. Platipus merupakan perenang yang handal yang memiliki gaya renang yang sangat khas.[64] Uniknya di antara mamalia, ia mendorong dirinya sendiri ketika berenang dengan gerakan mendayung bergantian pada kaki depannya; meskipun keempat kaki platipus berselaput, kaki belakang (yang menempel pada tubuh) tidak membantu dalam propulsi, tetapi digunakan untuk kemudi bersama ekornya. Spesies ini bersifat endotermik, mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 32 °C (90 °F), lebih rendah dari kebanyakan mamalia, bahkan saat mencari makan berjam-jam di air di bawah 5 °C (41 °F).[13]

Penyelaman biasanya berlangsung sekitar 30 detik, tetapi dapat berlangsung lebih lama, meskipun hanya sedikit yang melebihi batas aerobik yang diperkirakan 40 detik. Waktu pemulihan di permukaan di antara penyelaman biasanya memakan waktu 10 hingga 20 detik.[65][66]

Ketika tidak berada di dalam air, platipus beristirahat di dalam lubang peristirahatannya yang pendek dan lurus dengan penampang lonjong, yang hampir selalu berada di tepi sungai yang tidak jauh di atas permukaan air, dan sering kali tersembunyi di bawah akar-akar yang melindungi.[64]

Waktu tidur rata-rata platipus dilaporkan selama 14 jam per hari, mungkin karena ia memakan krustasea, yang menyediakan kalori dalam jumlah tinggi.[67]

Pola makan

sunting

Platipus adalah karnivora: ia memakan cacing annelida, larva serangga, udang air tawar, dan crayfish yang digalinya dari dasar sungai dengan moncongnya atau menangkapnya saat berenang. Platipus menggunakan kantung pipi untuk mengangkut mangsanya ke permukaan, tempat ia akan memakannya.[64] Platipus perlu makan sekitar 20% dari berat badannya sendiri setiap hari, yang mengharuskannya menghabiskan rata-rata 12 jam setiap hari untuk mencari makanan.[65]

Reproduksi

sunting
 
Sarang Platipus dengan telur (replika)

Ketika platipus pertama kali ditemukan oleh para naturalis Eropa, mereka berbeda pendapat mengenai apakah betinanya bertelur. Hal ini akhirnya dikonfirmasi oleh tim William Hay Caldwell pada tahun 1884.[13][35]

Spesies ini mempunyai musim kawin tunggal; perkawinan terjadi antara bulan Juni dan Oktober, dengan terdapat beberapa variasi lokal di antara populasi yang berbeda di sepanjang sebarannya.[60] Observasi historis, studi penandaan dan penangkapan kembali, dan investigasi awal genetika populasi menunjukkan kemungkinan adanya kelompok residen dan transien dalam populasi platipus, dan adanya sistem perkawinan poligini.[68] Betina diperkirakan akan menjadi dewasa secara seksual pada tahun kedua mereka, dengan perkembangbiakan yang dikonfirmasi masih terjadi pada individu yang berusia lebih dari sembilan tahun.[68]

Di luar musim kawin, platipus hidup di liang tanah sederhana, yang akses masuknya sekitar 30 cm (12 inci) di atas permukaan air. Setelah kawin, betina membangun liang yang lebih dalam dan lebih rumit hingga 20 m (65 kaki) panjangnya dan ditutupi dengan sumbat (yang mungkin bertindak sebagai perlindungan terhadap naiknya air atau predator, atau sebagai metode untuk mengatur kelembaban dan suhu).[69] Si jantan tidak ikut serta dalam merawat anaknya, dan mundur ke liang tahunannya. Betina melembutkan tanah di dalam liang dengan daun-daun yang mati, terlipat, dan basah, dan dia mengisi sarang di ujung terowongan dengan dedaunan dan alang-alang yang gugur untuk dijadikan bahan alas tidur. Bahan ini diseret ke sarang dengan diselipkan di bawah ekornya yang melengkung.[7]

Platipus betina memiliki sepasang ovarium, tetapi hanya bagian kiri yang berfungsi.[61] Gen platipus kemungkinan merupakan penghubung evolusi antara sistem penentuan jenis kelamin mamalia XY dan burung/reptil ZW karena salah satu dari lima kromosom X platipus mengandung gen DMRT1, yang dimiliki burung pada kromosom Z mereka.[70] Platipus bertelur satu hingga tiga (biasanya dua) telur kecil dan kasar (mirip dengan telur reptil), berdiameter sekitar 11 mm (7⁄16 in) dan sedikit lebih bulat daripada telur burung.[71] Telur berkembang di dalam rahim selama sekitar 28 hari, dengan hanya sekitar 10 hari inkubasi eksternal (berbeda dengan telur ayam, yang menghabiskan sekitar satu hari di dalam saluran dan 21 hari di luar).[61] Setelah bertelur, betina akan mengerami telur-telurnya. Masa inkubasi terbagi menjadi tiga fase.[72] Pada fase pertama, embrio tidak memiliki organ fungsional dan bergantung pada kantung kuning telur untuk makanannya. Kuning telur diserap oleh anak yang sedang berkembang.[73] Selama fase kedua, jari-jari berkembang, dan pada fase terakhir, gigi telur muncul.[72]

Sebagian besar zigot mamalia mengalami pembelahan holoblastik, yang berarti bahwa, setelah pembuahan, ovum terbelah berkat pemisahan sel menjadi beberapa sel anak yang dapat dibagi. Hal ini berbeda dengan proses pembelahan meroblastik yang lebih tua, yang terdapat pada spesies-spesies monotremata seperti platipus, dan pada non-mamalia seperti reptil dan burung. Pada pembelahan meroblastik, ovum tidak terbelah secara sempurna. Hal ini menyebabkan sel-sel di tepi kuning telur secara sitoplasmik berkesinambungan dengan sitoplasma telur. Kondisi ini memungkinkan kuning telur, yang berisi embrio, untuk bertukar kotoran dan nutrisi dengan sitoplasma.[74]

Tidak ada istilah resmi dalam bahasa Inggris untuk platipus yang masih muda, tetapi istilah "platypup" digunakan secara tidak resmi,[75][76] seperti halnya "puggle". Platipus yang baru menetas rentan, buta, dan tidak berambut, dan mendapat makanan dari susu induknya. Meskipun memiliki kelenjar susu, platipus tidak memiliki puting susu. Sebagai gantinya, susu dikeluarkan melalui pori-pori di kulit. Susu tersebut terkumpul dalam lekukan di perutnya, sehingga anak-anaknya dapat meminumnya.[7][60] Setelah menetas, anak-anaknya disusui selama tiga sampai empat bulan. Selama masa inkubasi dan penyapihan, awalnya si induk akan meninggalkan liangnya hanya dalam waktu singkat, untuk mencari makan. Ketika melakukannya, ia membuat sejumlah sumbat tanah tipis di sepanjang liang, kemungkinan untuk melindungi anak-anaknya dari predator; saat kembali, ia akan mendorongnya yang mana akan memaksa air keluar dari rambut-rambutnya dan membuat liang tetap kering.[77] Setelah sekitar lima minggu, si induk mulai menghabiskan lebih banyak waktu jauh dari anak-anaknya, dan sekitar empat bulan, anak-anaknya akan keluar dari liang.[60] Platipus lahir dengan gigi, tetapi gigi ini tanggal pada usia yang sangat dini, meninggalkan lempengan bertanduk yang digunakannya untuk menggiling makanan.[27]

Evolusi

sunting

Platipus

Ekidna

melahirkan

Marsupial

berplasenta sejati

Eutheria

Kaitan evolusi antara platipus dan mamalia lainnya[78]

Pada awalnya, pemahaman mengenai platipus dan monotreme lainnya sangatlah minim, dan beberapa mitos abad ke-19 yang berkembang di sekitar mereka - misalnya, anggapan bahwa monotreme adalah reptil sebagian atau reptil "inferior" - masih bertahan hingga saat ini.[79] Pada tahun 1947, William King Gregory berteori bahwa mamalia plasenta dan marsupial mungkin berpisah lebih awal, dan percabangan berikutnya memisahkan monotremes dan marsupial, tetapi penelitian selanjutnya dan penemuan fosil menunjukkan bahwa hal ini keliru.[79][80] Faktanya, monotreme modern adalah yang selamat dari percabangan awal pohon mamalia, dan percabangan selanjutnya diperkirakan telah memunculkan kelompok marsupial dan ber-plasenta.[79][81] Jam molekuler dan penanggalan fosil menunjukkan platipus berpisah dari ekidna sekitar 19-48 juta tahun yang lalu.[82]

 
Rekonstruksi Steropodon, kerabat purba platipus

Fosil tertua platipus modern yang ditemukan berasal dari sekitar 100.000 tahun yang lalu, selama periode Kuarter. Monotreme Teinolophos dan Steropodon yang telah punah pernah dianggap terkait erat dengan platipus modern,[80] tetapi sekarang dianggap sebagai taksa yang lebih basal.[83] Sebuah fosil Steropodon ditemukan di New South Wales dan terdiri dari tulang rahang bawah dengan tiga gigi geraham yang telah mengalami opalisasi (sedangkan platipus kontemporer dewasa tidak bergigi). Gigi molar awalnya dianggap bersifat tribosfenik, yang mendukung variasi teori Gregory, tetapi penelitian selanjutnya menunjukkan, meskipun memiliki tiga gigi geraham, gigi tersebut berevolusi dalam proses yang terpisah.[84] Fosil ini diperkirakan berusia sekitar 110 juta tahun, menjadikannya fosil mamalia tertua yang ditemukan di Australia. Tidak seperti platipus modern (dan ekidna), Teinolophos tidak memiliki paruh.[83]

Monotrematum sudamericanum, fosil spesies lainnya yang masih kerabat platipus, telah ditemukan di Argentina, yang mengindikasikan bahwa monotremes hadir di superbenua Gondwana ketika benua Amerika Selatan dan Australia bergabung melalui Antartika (sampai sekitar 167 uta tahun yang lalu). Sebuah fosil gigi dari spesies platipus raksasa, Obdurodon tharalkooschild, bertanggal 5-15 juta tahun yang lalu.[84][85] Dilihat dari giginya, hewan ini memiliki panjang 1,3 meter, menjadikannya sebagai platipus terbesar yang pernah tercatat.[86]

 
Kerangka Platipus

Karena divergensi awal dari mamalia therian dan minimnya jumlah spesies monotreme yang masih ada, platipus sering menjadi subjek penelitian dalam biologi evolusi. Pada tahun 2004, para peneliti di Australian National University menemukan bahwa platipus memiliki sepuluh kromosom seks, dibandingkan dengan dua kromosom (XY) pada sebagian besar mamalia lainnya. Sepuluh kromosom ini membentuk lima pasangan unik XY pada jantan dan XX pada betina, yaitu jantan X1Y1X2Y2X3Y3X4Y4X5Y5.[87] Salah satu kromosom X platipus memiliki kemiripan yang besar dengan kromosom Z burung.[88] Genom platipus juga memiliki gen reptil dan mamalia yang terkait dengan pembuahan telur.[46][89] Meskipun platipus tidak memiliki gen penentu jenis kelamin mamalia SRY, sebuah penelitian menemukan bahwa mekanisme penentuan jenis kelamin platipus adalah gen AMH pada kromosom Y tertua.[90][91] Versi draf urutan genom platipus telah dimuat di jurnal Nature pada tanggal 8 Mei 2008, menunjukkan adanya elemen reptil dan mamalia, serta dua gen yang sebelumnya hanya ditemukan pada burung, amfibi, dan ikan. Lebih dari 80% gen platipus adalah gen yang umum ditemukan pada mamalia lain yang genomnya telah diurutkan.[46] Genom platipus yang terkini, yang tercatat paling lengkap, diterbitkan pada tahun 2021, bersama dengan genom ekidna berparuh pendek.[92]

Konservasi

sunting
 
Penggambaran platipus pada buku untuk anak-anak yang diterbitkan di Jerman pada tahun 1798

Status dan ancaman

sunting

Terlepas dari hilangnya platipus dari negara bagian Australia Selatan, platipus menempati distribusi umum yang sama seperti sebelum kedatangan orang Eropa ke Australia. Namun, terdokumentasi adanya perubahan lokal dan fragmentasi distribusi akibat modifikasi habitatnya oleh manusia. Jumlahnya secara historis tidak diketahui secara pasti dan jumlahnya saat ini sulit diukur, tetapi perkiraan yang ada, jumlahnya sedang mengalami penurunan. Dilaporkan pada tahun 1998 penampakannya masih dianggap umum di sebagian besar wilayah sebarannya saat ini.[62] Spesies ini banyak diburu untuk diambil kulitnya hingga awal abad ke-20 dan, meskipun dilindungi di seluruh Australia sejak tahun 1905,[77] spesies ini masih beresiko tenggelam dalam jaring perikanan darat sampai sekitar tahun 1950.[58]

Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam mengkategorikan ulang statusnya sebagai "hampir terancam" pada tahun 2016.[93] Spesies ini dilindungi oleh hukum, tetapi satu-satunya negara bagian di mana ia terdaftar sebagai terancam punah adalah Australia Selatan, di bawah Undang-Undang Taman Nasional dan Margasatwa 1972. Pada tahun 2020, spesies ini direkomendasikan untuk terdaftar sebagai spesies yang rentan di Victoria di bawah Undang-Undang Jaminan Flora dan Fauna negara bagian 1988.[94]

Rusaknya habitat

sunting

Karena langkah-langkah konservasi telah berhasil, platipus tidak dianggap berada dalam bahaya kepunahan langsung, tetapi ia tetap dapat terpengaruh secara negatif oleh gangguan habitat yang disebabkan oleh bendungan, irigasi, polusi, jaring, dan perangkap. Pengurangan aliran aliran air dan ketinggian air akibat kekeringan yang berlebihan dan ekstraksi air untuk keperluan industri, pertanian, dan pasokan rumah tangga juga dianggap sebagai ancaman. IUCN memasukkan platipus ke dalam Daftar Merah sebagai "Hampir Terancam" sebagaimana dinilai pada tahun 2016,[1] ketika diperkirakan jumlahnya telah berkurang rata-rata sekitar 30 persen sejak pemukiman Eropa. Platipus terdaftar sebagai hewan yang terancam punah di Australia Selatan, tetapi tidak tercakup sama sekali di bawah Undang-Undang EPBC federal.[95][96]

Para peneliti telah khawatir selama bertahun-tahun bahwa penurunan populasi platipus lebih besar dari yang diasumsikan.[95] Pada Januari 2020, para peneliti dari University of New South Wales mempresentasikan bukti bahwa platipus berisiko punah, karena kombinasi ekstraksi sumber daya air, pembukaan lahan, perubahan iklim, dan kekeringan yang parah.[97][98] Studi ini memperkirakan bahwa, dengan mempertimbangkan ancaman saat ini, jumlah hewan ini akan menurun sebesar 47%-66% dan hunian metapopulasi turun sebesar 22%-32% selama 50 tahun, menyebabkan "kepunahan populasi lokal di sekitar 40% dari sebarannya".Berdasarkan prediksi dampak dari perubahan iklim hingga tahun 2070, spesies ini diperkirakan akan masuk ke dalam klasifikasi "rentan". Para penulis menekankan perlunya upaya konservasi nasional, yang mungkin termasuk melakukan lebih banyak survei, melacak tren, pengurangan ancaman dan peningkatan pengelolaan sungai untuk memastikan habitat platipus yang sehat. Rekan penulis Gilad Bino khawatir bahwa perkiraan jumlah dasar 2016 bisa saja salah, dan jumlahnya mungkin telah berkurang sebanyak setengahnya. Para penyusun penelitian ini menekankan perlunya upaya konservasi nasional, yang dapat mencakup pelaksanaan lebih banyak survei, pelacakan trend, reduksi ancaman, dan peningkatan pengelolaan sungai untuk memastikan terciptanya habitat yang sehat bagi platipus.[99] Rekan penulis Gilad Bino khawatir bahwa perkiraan jumlah dasar pada tahun 2016 bisa saja keliru, dan jumlahnya mungkin telah berkurang sebanyak setengahnya.[95]

Sebuah laporan pada bulan November 2020 oleh para ilmuwan dari University of New South Wales, yang didanai oleh hibah penelitian dari Australian Conservation Foundation bekerja sama dengan World Wildlife Fund Australia dan Humane Society International Australia mengungkapkan bahwa habitat platipus di Australia telah menyusut sebesar 22 persen dalam 30 tahun sebelumnya, dan merekomendasikan agar platipus terdaftar sebagai spesies terancam punah di bawah Undang-Undang EPBC.[100] Penurunan populasi terbesar terjadi di New South Wales, khususnya di Murray-Darling Basin.[94][101][102]

Penyakit

sunting

Platipus umumnya menderita beberapa penyakit di alam liar; namun, pada tahun 2008 ada kekhawatiran di Tasmania tentang dampak potensial dari penyakit yang disebabkan oleh jamur Mucor amphibiorum. Penyakit ini (disebut mucormycosis) hanya menyerang platipus Tasmania, dan belum pernah ditemukan pada platipus di daratan Australia. Platipus yang terkena dapat mengembangkan lesi kulit atau bisul di berbagai bagian tubuh mereka, termasuk punggung, ekor, dan kaki mereka. Mucormycosis dapat membunuh platipus, kematian terjadi akibat infeksi sekunder dan dengan terpengaruhnya kemampuan si hewan untuk mempertahankan suhu tubuh dan mencari makan secara efisien. Cabang Konservasi Keanekaragaman Hayati di Departemen Industri Primer dan Perairan berkolaborasi dengan NRM utara dan peneliti Universitas Tasmania berupaya untuk menentukan dampak penyakit ini pada platipus Tasmania, serta mekanisme penularan dan penyebaran penyakit tersebut.[103]

Suaka margasatwa

sunting
 
Rumah Platipus di Suaka Koala Lone Pine di Brisbane, Queensland

Platipus mulai diperkenalkan ke seluruh dunia pada tahun 1939, ketika Majalah National Geographic menerbitkan artikel tentang platipus dan upaya untuk mempelajari dan membesarkannya di penangkaran. Membesarkannya di penangkaran adalah tugas yang sulit, dan hanya segelintir anak platipus yang berhasil dibesarkan sejak saat itu, terutama di Healesville Sanctuary di Victoria. Tokoh utama dalam upaya ini adalah David Fleay, yang mendirikan platypusary (simulasi sungai di dalam tangki) di Healesville Sanctuary, di mana pembiakan berhasil pada tahun 1943.[104] Pada tahun 1972, ia menemukan bayi platipus yang mati berusia sekitar 50 hari, yang mungkin lahir di penangkaran, di taman margasatwa miliknya di Burleigh Heads di Gold Coast, Queensland.[105] Healesville mengulangi keberhasilannya pada tahun 1998 dan sekali lagi pada tahun 2000 dengan tangki sungai yang serupa.[106] Sejak tahun 2008, platipus telah berkembang biak secara teratur di Healesville,[107] termasuk generasi kedua (yang lahir di penangkaran).[108] Kebun Binatang Taronga di Sydney membiakkan anak platipus kembar pada tahun 2003, dan pembiakan kembali berhasil di sana pada tahun 2006.[106]

Penangkaran

sunting

Pada tahun 2019, satu-satunya penangkaran platipus di luar Australia berada di Taman Safari Kebun Binatang San Diego di negara bagian California, AS.[109][110] Tiga upaya dilakukan untuk membawa platipus ke Kebun Binatang Bronx, pada tahun 1922, 1947, dan 1958; dari jumlah tersebut, hanya dua dari tiga ekor yang diperkenalkan pada tahun 1947 yang hidup lebih dari delapan belas bulan.[111]

Interaksi dengan manusia

sunting

Penggunaan

sunting
 
Jubah dari rambut platipus yang dibuat pada tahun 1890. Disumbangkan ke Galeri Nasional Victoria oleh Nyonya F Smith pada tahun 1985

Aborigin Australia dulu biasa berburu platipus untuk makanan (ekor berlemak mereka sangat bergizi), sementara, setelah datangnya orang eropa, mereka memburunya untuk diambil kulitnya dari akhir abad ke-19 dan sampai tahun 1912, di saat hal itu mulai dilarang oleh hukum. Sebelum berlakunya hukum tersebut, para peneliti Eropa juga menangkap dan membunuh platipus atau mengambil telurnya, sebagian untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah, tetapi juga untuk mendapatkan gengsi dan mengalahkan saingan dari berbagai negara.[94]

Referensi budaya

sunting
 
Prangko 9d dari tahun 1937

Platipus telah menjadi subjek dalam cerita-cerita rakyat Aborigin Australia, beberapa di antaranya meyakini bahwa platipus adalah hibrida dari bebek dan tikus air.[112]:57–60

Menurut salah satu cerita dari hulu Sungai Darling,[94] kelompok-kelompok hewan utama, yakni hewan-hewan darat, hewan-hewan air, dan burung-burung, semuanya bersaing untuk mendapatkan platipus untuk bergabung dengan kelompok mereka masing-masing, tetapi platipus akhirnya memutuskan untuk tidak bergabung dengan salah satu dari mereka, karena merasa bahwa ia tidak perlu menjadi bagian dari suatu kelompok untuk menjadi istimewa,[112]:83–85 dan ingin tetap berteman dengan semua kelompok tersebut.[94] Cerita rakyat lain yang berasal dari Darling hulu mengisahkan tentang seekor bebek muda yang berkelana terlalu jauh, mengabaikan peringatan dari sukunya, dan diculik oleh tikus air besar yang disebut Biggoon. Setelah berhasil melarikan diri setelah beberapa waktu, dia kembali dan bertelur dua butir yang menetas menjadi makhluk berambut yang aneh, sehingga mereka semua dibuang dan pergi untuk tinggal di pegunungan.[94]

 
Gambar platipus pada label kotak korek api, awal abad ke-20

Platipus juga digunakan oleh sebagian masyarakat Aborigin sebagai totem, yang bagi mereka bermakna "objek alam, tumbuhan atau hewan yang diwarisi oleh anggota klan atau keluarga sebagai lambang spiritual mereka", dan hewan ini memiliki makna khusus sebagai hewan totem bagi masyarakat Wadi Wadi, yang tinggal di sepanjang Sungai Murray. Karena makna budaya dan kepentingannya dalam hubungannya dengan negara, platipus dilindungi dan dilestarikan oleh masyarakat adat ini.[94]

Platipus seringkali digunakan sebagai simbol identitas budaya Australia. Pada tahun 1940-an, platipus hidup diberikan kepada pihak sekutu dalam Perang Dunia Kedua, untuk memperkuat hubungan dan meningkatkan moril.[94]

Platipus telah digunakan beberapa kali sebagai maskot: Syd si platipus adalah salah satu dari tiga maskot yang dipilih untuk Olimpiade Sydney 2000 bersama dengan ekidna dan burung kookaburra,[113] Expo Oz si platipus adalah maskot untuk World Expo 88, yang diadakan di Brisbane pada tahun 1988,[114] dan Hexley si platipus adalah maskot untuk sistem operasi Darwin, core berbasis BSD dari macOS dan sistem operasi lainnya dari Apple Inc.[115]

Sejak diperkenalkannya mata uang desimal ke Australia pada tahun 1966, gambar platipus yang dirancang dan dipahat oleh Stuart Devlin, telah muncul di sisi belakang dari koin 20 sen.[116] Platipus sering muncul dalam perangko ongkos kirim Australia, yang terbaru adalah seri "Hewan Pribumi" tahun 2015 dan seri "Hewan Australia Monotreme" tahun 2016.[117][118]

Dalam serial animasi Amerika, Phineas and Ferb (2007-2015), karakter utamanya memelihara platipus berwarna hijau kebiruan bernama Perry, yang tanpa diketahui oleh mereka, adalah seekor agen rahasia. Pilihan itu terinspirasi oleh kurangnya perhatian media, serta untuk memanfaatkan penampilan platipus yang mencolok;[119] selain itu, kreator serial animasi tersebut, Dan Povenmire, yang juga menulis lagu tema karakter tersebut, mengatakan bahwa lirik pembukanya didasarkan pada kalimat pengantar artikel Platipus di Wikipedia, menyalin frasa "mamalia bertelur semi-akuatik" kata demi kata, dan menambahkan frasa "yang sedang beraksi".[120] Sebagai karakter, Perry telah diterima dengan baik oleh penggemar dan kritikus.[121][122] Secara kebetulan, platipus asli menunjukkan warna kebiruan yang serupa ketika dilihat di bawah pencahayaan ultraviolet.[123]

Sitasi

sunting
  1. ^ a b Woinarski, J.; Burbidge, A.A. (2016). "Ornithorhynchus anatinus". 2016: e.T40488A21964009. doi:10.2305/IUCN.UK.2016-1.RLTS.T40488A21964009.en. 
  2. ^ Templat:GBIF
  3. ^ Templat:MSW3 Monotremata
  4. ^ Hall, Brian K. (March 1999). "The Paradoxical Platypus". BioScience. 49 (3): 211–8. doi:10.2307/1313511 . JSTOR 1313511. 
  5. ^ a b "Duck-billed Platypus". Museum of hoaxes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 July 2014. Diakses tanggal 21 July 2010. 
  6. ^ a b Shaw, George; Nodder, Frederick Polydore (1799). "The Duck-Billed Platypus, Platypus anatinus". The Naturalist's Miscellany. 10 (CXVIII): 385–386. doi:10.5962/p.304567. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 October 2020. Diakses tanggal 6 October 2020 – via Biodiversity Heritage Library. 
  7. ^ a b c d e f g "Platypus facts file". Australian Platypus Conservancy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 November 2015. Diakses tanggal 13 September 2006. 
  8. ^ πλατύπους Diarsipkan 25 February 2021 di Wayback Machine., Henry George Liddell, Robert Scott, A Greek-English Lexicon, on Perseus
  9. ^ πλατύς Diarsipkan 25 February 2021 di Wayback Machine., A Greek-English Lexicon, on Perseus
  10. ^ πούς Diarsipkan 27 February 2021 di Wayback Machine., A Greek-English Lexicon, on Perseus
  11. ^ Liddell, Henry George; Scott, Robert (1980). Greek-English Lexicon, Abridged Edition . Oxford University Press, Oxford, UK. ISBN 978-0-19-910207-5. 
  12. ^ a b c Shaw, George; Nodder, Frederick Polydore (1799). "The Duck-Billed Platypus, Platypus anatinus". The Naturalist's Miscellany. 10 (CXVIII): 385–386. doi:10.5962/p.304567. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 October 2020. Diakses tanggal 6 October 2020. 
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Grant, J.R. "16" (PDF). Fauna of Australia. 1b. Australian Biological Resources Study (ABRS). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 19 May 2005. Diakses tanggal 13 September 2006. 
  14. ^ "Platypus Paradoxes". National Library of Australia. August 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 March 2012. Diakses tanggal 14 September 2006. 
  15. ^ Liddell, Henry George; Scott, Robert (1940). "ὄρνις". A Greek-English Lexicon. Perseus Digital Library. 
  16. ^ Liddell, Henry George; Scott, Robert (1940). "ῥύγχος". A Greek-English Lexicon. Perseus Digital Library. 
  17. ^ Lewis, Charlton T.; Short, Charles (1879). "ănăs". A Latin Dictionary. Perseus Digital Library. 
  18. ^ Bess, Anna. "ADW: Ornithorhynchidae: INFORMATION". Animaldiversity.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 January 2022. Diakses tanggal 11 February 2022. 
  19. ^ Collins, David. An Account of the English Colony in New South Wales, Volume 2. Diakses tanggal 5 July 2017 – via Internet Archive. 
  20. ^ Anich, Paula Spaeth (15 October 2020). "Biofluorescence in the platypus (Ornithorhynchus anatinus)". Mammalia. 85 (2): 179–181. doi:10.1515/mammalia-2020-0027 . 
  21. ^ "Platypus: Facts, Pictures: Animal Planet". Animal.discovery.com. 16 November 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 July 2011. Diakses tanggal 8 September 2012. 
  22. ^ Guiler, E.R. (1983). "Tasmanian Devil". Dalam R. Strahan. The Australian Museum Complete Book of Australian Mammals. Angus & Robertson. hlm. 27–28. ISBN 978-0-207-14454-7. 
  23. ^ a b Munks, Sarah; Nicol, Stewart (May 1999). "Current research on the platypus, Ornithorhynchus anatinus in Tasmania: Abstracts from the 1999 'Tasmanian Platypus Workshop'". University of Tasmania. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 August 2006. Diakses tanggal 23 October 2006. 
  24. ^ "Thermal Biology of the Platypus". Davidson College. 1999. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2012. Diakses tanggal 14 September 2006. 
  25. ^ Watson, J.M.; Graves, J.A.M. (1988). "Monotreme Cell-Cycles and the Evolution of Homeothermy". Australian Journal of Zoology. 36 (5): 573–584. doi:10.1071/ZO9880573. 
  26. ^ Dawson, T.J.; Grant, T.R.; Fanning, D. (1979). "Standard Metabolism of Monotremes and the Evolution of Homeothermy". Australian Journal of Zoology. 27 (4): 511–5. doi:10.1071/ZO9790511. 
  27. ^ a b Piper, Ross (2007). Extraordinary Animals: An Encyclopedia of Curious and Unusual Animals . Greenwood Press. ISBN 978-0-313-33922-6. 
  28. ^ Haeckel (1895). Systematische Phylogenie der Wirbelthiere (Vertebrata). Entwurf einer systematischen Stammesgeschichte (dalam bahasa Jerman). 3 (edisi ke-1). Berlin: Georg Reimer. hlm. 142–143. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 July 2021. Diakses tanggal 16 July 2021. 
  29. ^ Ungar, Peter S. (2010). "Monotremata and Marsupialia". Mammal Teeth: Origin, Evolution, and Diversity. The Johns Hopkins University Press. hlm. 130. ISBN 978-0-801-89668-2. 
  30. ^ Hayashi, S.; Houssaye, A.; Nakajima, Y.; Chiba, K.; Ando, T.; Sawamura, H.; Inuzuka, N.; Kaneko, N.; Osaki, T. (2013). "Bone Inner Structure Suggests Increasing Aquatic Adaptations in Desmostylia (Mammalia, Afrotheria)". PLOS ONE. 8 (4): e59146. Bibcode:2013PLoSO...859146H. doi:10.1371/journal.pone.0059146 . PMC 3615000 . PMID 23565143. 
  31. ^ Fish FE; Frappell PB; Baudinette RV; MacFarlane PM (February 2001). "Energetics of terrestrial locomotion of the platypus Ornithorhynchus anatinus" (PDF). The Journal of Experimental Biology. 204 (Pt 4): 797–803. doi:10.1242/jeb.204.4.797. hdl:2440/12192 . PMID 11171362. 
  32. ^ "Australian Fauna". Australian Fauna. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 May 2012. Diakses tanggal 14 May 2010. 
  33. ^ "Platypus venom linked to pain relief". University of Sydney. 8 May 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 August 2011. Diakses tanggal 14 May 2010. 
  34. ^ "Platypus poison". Rainforest Australia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 May 2010. Diakses tanggal 14 May 2010. 
  35. ^ a b c d Gerritsen, Vivienne Baillie (December 2002). "Platypus poison". Protein Spotlight (29). Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 October 2008. Diakses tanggal 14 September 2006. 
  36. ^ Weimann, Anya (4 July 2007) Evolution of platypus venom revealed. Cosmos.
  37. ^ de Plater, G.M.; Milburn, P.J.; Martin, R.L. (2001). "Venom From the Platypus, Ornithorhynchus anatinus, Induces a Calcium-Dependent Current in Cultured Dorsal Root Ganglion Cells". Journal of Neurophysiology. 85 (3): 1340–5. doi:10.1152/jn.2001.85.3.1340. PMID 11248005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 July 2021. Diakses tanggal 1 December 2019. 
  38. ^ "The venom of the platypus (Ornithorhynchus anatinus)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 February 2012. Diakses tanggal 13 September 2006. 
  39. ^ Jørn H. Hurum, Zhe-Xi Luo, and Zofia Kielan-Jaworowska, Were mammals originally venomous?, Acta Palaeontologica Polonica 51 (1), 2006: 1–11
  40. ^ a b c d Pettigrew, John D. (1999). "Electroreception in Monotremes" (PDF). The Journal of Experimental Biology. 202 (Part 10): 1447–54. doi:10.1242/jeb.202.10.1447 . PMID 10210685. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 28 September 2006. Diakses tanggal 19 September 2006. 
  41. ^ Czech-Damal, Nicole U.; Liebschner, Alexander; Miersch, Lars; Klauer, Gertrud; Hanke, Frederike D.; Marshall, Christopher; Dehnhardt, Guido; Hanke, Wolf (22 February 2012). "Electroreception in the Guiana dolphin (Sotalia guianensis)". Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences. 279 (1729): 663–668. doi:10.1098/rspb.2011.1127. PMC 3248726 . PMID 21795271. 
  42. ^ Proske, Uwe; Gregory, J. E.; Iggo, A. (1998). "Sensory receptors in monotremes". Philosophical Transactions of the Royal Society of London. 353 (1372): 1187–1198. doi:10.1098/rstb.1998.0275. PMC 1692308 . PMID 9720114. 
  43. ^ a b Pettigrew, John D.; Manger, P. R.; Fine, S. L. (1998). "The sensory world of the platypus". Philosophical Transactions of the Royal Society of London. 353 (1372): 1199–1210. doi:10.1098/rstb.1998.0276. PMC 1692312 . PMID 9720115. 
  44. ^ Dawkins, Richard (2004). "The Duckbill's Tale". The Ancestor's Tale, A Pilgrimage to the Dawn of Life. Boston, Massachusetts: Houghton Mifflin. ISBN 978-0-618-00583-3. 
  45. ^ Gregory, J.E.; Iggo, A.; McIntyre, A.K.; Proske, U. (June 1988). "Receptors in the Bill of the Platypus". Journal of Physiology. 400 (1): 349–366. doi:10.1113/jphysiol.1988.sp017124. PMC 1191811 . PMID 3418529. 
  46. ^ a b c Warren, Wesley C.; et al. (8 May 2008). "Genome analysis of the platypus reveals unique signatures of evolution". Nature. 453 (7192): 175–183. Bibcode:2008Natur.453..175W. doi:10.1038/nature06936. PMC 2803040 . PMID 18464734. 
  47. ^ Manning, A.; Dawkins, M.S. (1998). An Introduction to Animal Behaviour  (edisi ke-5th). Cambridge University Press. 
  48. ^ a b Masakazu Asahara; Masahiro Koizumi; Thomas E. Macrini; Suzanne J. Hand; Michael Archer (2016). "Comparative cranial morphology in living and extinct platypuses: Feeding behavior, electroreception, and loss of teeth". Science Advances. 2 (10): e1601329. DOI:10.1126/sciadv.1601329.
  49. ^ Zeiss, Caroline; Schwab, Ivan R.; Murphy, Christopher J.; Dubielzig, Richard W. (2011). "Comparative retinal morphology of the platypus". Journal of Morphology. 272 (8): 949–57. doi:10.1002/jmor.10959. PMID 21567446. 
  50. ^ November 2020, Mindy Weisberger-Senior Writer 02 (2 November 2020). "Platypuses glow an eerie blue-green under UV light". livescience.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 November 2020. Diakses tanggal 2020-11-07. 
  51. ^ "Platypus". Department of Primary Industries and Water, Tasmania. 31 August 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 October 2006. Diakses tanggal 12 October 2006. 
  52. ^ a b Sutton, Malcolm (3 May 2017). "Platypus 'sighting' in the Adelaide Hills sparks camera set-up to capture extinct species - ABC News". ABC (Australian Broadcasting Corporation). Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 November 2020. Diakses tanggal 12 October 2020. 
  53. ^ Keogh, Melissa (3 October 2018). "Life reinstated to much-loved Warrawong Wildlife Sanctuary". The Lead SA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 October 2020. Diakses tanggal 12 October 2020. 
  54. ^ Adams, Prue (27 March 2005). "Wamsley walks away from Earth Sanctuaries". Landline. Australian Broadcasting Corporation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 October 2020. Diakses tanggal 12 October 2020. 
  55. ^ Sutton, Malcolm (1 October 2020). "V6 Commodore water pump gets the tick from nesting platypus at Warrawong". ABC News. Australian Broadcasting Corporation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 October 2020. Diakses tanggal 7 October 2020. 
  56. ^ "Research on Kangaroo Island". University of Adelaide. 4 July 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 July 2004. Diakses tanggal 23 October 2006. 
  57. ^ "Find out how platypuses are faring on Kangaroo Island following the bushfires". Department for Environment and Water. 7 April 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 July 2021. Diakses tanggal 12 October 2020. 
  58. ^ a b Scott, Anthony; Grant, Tom (November 1997). "Impacts of water management in the Murray-Darling Basin on the platypus (Ornithorhynchus anatinus) and the water rat (Hydromus chrysogaster)" (PDF). CSIRO Australia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 15 March 2016. Diakses tanggal 23 October 2006. 
  59. ^ "Platypus in Country Areas". Australian Platypus Conservancy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 September 2016. Diakses tanggal 23 October 2006. 
  60. ^ a b c d "Platypus". Environmental Protection Agency/Queensland Parks and Wildlife Service. 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 October 2009. Diakses tanggal 24 July 2009. 
  61. ^ a b c Cromer, Erica (14 April 2004). "Monotreme Reproductive Biology and Behavior". Iowa State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 March 2009. Diakses tanggal 18 June 2009. 
  62. ^ a b c Grant, T.G.; Temple-Smith, P.D. (1998). "Field biology of the platypus (Ornithorhynchus anatinus): historical and current perspectives". Philosophical Transactions: Biological Sciences. 353 (1372): 1081–91. doi:10.1098/rstb.1998.0267. PMC 1692311 . PMID 9720106. 
  63. ^ Gardner, J. L.; Serena, M. (1995). "Spatial-Organization and Movement Patterns of Adult Male Platypus, Ornithorhynchus-Anatinus (Monotremata, Ornithorhynchidae)". Australian Journal of Zoology. 43 (1): 91–103. doi:10.1071/ZO9950091. 
  64. ^ a b c "Platypus in Tasmania | Department of Primary Industries, Parks, Water and Environment, Tasmania". dpipwe.tas.gov.au. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 March 2020. Diakses tanggal 2020-04-10. 
  65. ^ a b Philip Bethge (April 2002). "Energetics and foraging behaviour of the platypus". University of Tasmania. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 October 2018. Diakses tanggal 21 June 2009. 
  66. ^ Kruuk, H. (1993). "The Diving Behaviour of the Platypus (Ornithorhynchus anatinus) in Waters with Different Trophic Status". The Journal of Applied Ecology. 30 (4): 592–8. doi:10.2307/2404239. JSTOR 2404239. 
  67. ^ Holland, Jennifer S. (July 2011). "40 Winks?". National Geographic. 220 (1). 
  68. ^ a b Grant, T. R.; Griffiths, M.; Leckie, R.M.C. (1983). "Aspects of Lactation in the Platypus, Ornithorhynchus anatinus (Monotremata), in Waters of Eastern New South Wales". Australian Journal of Zoology. 31 (6): 881–9. doi:10.1071/ZO9830881. 
  69. ^ Anna Bess Sorin; Phil Myers (2001). "Family Ornithorhynchidae (platypus)". University of Michigan Museum of Zoology. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 April 2011. Diakses tanggal 24 October 2006. 
  70. ^ Graves, Jennifer (10 March 2006). "Sex Chromosome Specialization and Degeneration in Mammals". Cell. 124 (5): 901–914. doi:10.1016/j.cell.2006.02.024 . PMID 16530039. 
  71. ^ Hughes, R. L.; Hall, L. S. (28 July 1998). "Early development and embryology of the platypus". Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences. 353 (1372): 1101–14. doi:10.1098/rstb.1998.0269. PMC 1692305 . PMID 9720108. 
  72. ^ a b Manger, Paul R.; Hall, Leslie S.; Pettigrew, John D. (29 July 1998). "The development of the external features of the platypus (Ornithorhynchus anatinus)". Philosophical Transactions: Biological Sciences. 353 (1372): 1115–25. doi:10.1098/rstb.1998.0270. PMC 1692310 . PMID 9720109. 
  73. ^ "Ockhams Razor". The Puzzling Platypus. 20 July 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 August 2017. Diakses tanggal 2 December 2006. 
  74. ^ Myers, P. Z. (2008). "Interpreting Shared Characteristics: The Platypus Genome". Nature Education. 1 (1): 462008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2018. Diakses tanggal 26 March 2015. 
  75. ^ Carmody, Judy (2011). Wet Tropics of Queensland World Heritage Area: Tour Guide Handbook (PDF). James Cook University, Marine and Tropical Science Research Facility. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 7 June 2020. Diakses tanggal 8 February 2021. 
  76. ^ Australian National Dictionary Centre (November 2017). "Oxford Word of the Month - November: platypup" (PDF). Oxford University Press. Diakses tanggal 20 April 2022. 
  77. ^ a b "Egg-laying mammals" (PDF). Queensland Museum. November 2000. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 22 July 2008. Diakses tanggal 19 June 2009. 
  78. ^ Lecointre, Guillaume; Le Guyader, Hervé (2006). The Tree of Life: A Phylogenetic Classification . Harvard University Press. ISBN 978-0-674-02183-9. Diakses tanggal 28 March 2015. 
  79. ^ a b c Kirsch, John A. W.; Mayer, Gregory C. (29 July 1998). "The platypus is not a rodent: DNA hybridization, amniote phylogeny and the palimpsest theory". Philosophical Transactions: Biological Sciences. 353 (1372): 1221–37. doi:10.1098/rstb.1998.0278. PMC 1692306 . PMID 9720117. 
  80. ^ a b Rauhut, O.W.M.; Martin, T.; Ortiz-Jaureguizar, E.; Puerta, P. (2002). "The first Jurassic mammal from South America". Nature. 416 (6877): 165–8. Bibcode:2002Natur.416..165R. doi:10.1038/416165a. PMID 11894091. 
  81. ^ Messer, M.; Weiss, A.S.; Shaw, D.C.; Westerman, M. (March 1998). "Evolution of the Monotremes: Phylogenetic Relationship to Marsupials and Eutherians, and Estimation of Divergence Dates Based on α-Lactalbumin Amino Acid Sequences". Journal of Mammalian Evolution. 5 (1): 95–105. doi:10.1023/A:1020523120739. 
  82. ^ Phillips MJ; Bennett TH; Lee MS (2009). "Molecules, morphology, and ecology indicate a recent, amphibious ancestry for echidnas". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 106 (40): 17089–94. Bibcode:2009PNAS..10617089P. doi:10.1073/pnas.0904649106 . PMC 2761324 . PMID 19805098. 
  83. ^ a b Rich, Thomas H.; Hopson, James A.; Gill, Pamela G.; Trusler, Peter; Rogers-Davidson, Sally; Morton, Steve; Cifelli, Richard L.; Pickering, David; Kool, Lesley (2016). "The mandible and dentition of the Early Cretaceous monotreme Teinolophos trusleri". Alcheringa: An Australasian Journal of Palaeontology (dalam bahasa Inggris). 40 (4): 475–501. doi:10.1080/03115518.2016.1180034. hdl:1885/112071 . ISSN 0311-5518. 
  84. ^ a b Pascual, R.; Goin, F.J.; Balarino, L.; Udrizar Sauthier, D.E. (2002). "New data on the Paleocene monotreme Monotrematum sudamericanum, and the convergent evolution of triangulate molars" (PDF). Acta Palaeontologica Polonica. 47 (3): 487–492. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 9 August 2017. Diakses tanggal 18 March 2009. 
  85. ^ Folger, Tim (1993). "A platypus in Patagonia (Ancient life – 1992)". Discover. 14 (1): 66. 
  86. ^ Mihai, Andrei (2013). "'Platypus-zilla' fossil unearthed in Australia". ZME Science. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 July 2021. Diakses tanggal 5 November 2013. 
  87. ^ Selim, Jocelyn (25 April 2005). "Sex, Ys, and Platypuses". Discover. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 May 2008. Diakses tanggal 7 May 2008. 
  88. ^ Frank Grützner; Willem Rens; Enkhjargal Tsend-Ayush; Nisrine El-Mogharbel; Patricia C. M. O'Brien; Russell C. Jones; Malcolm A. Ferguson-Smith; Jennifer A. Marshall Graves (16 December 2004). "In the platypus a meiotic chain of ten sex chromosomes shares genes with the bird Z and mammal X chromosomes". Nature. 432 (7019): 913–917. Bibcode:2004Natur.432..913G. doi:10.1038/nature03021. PMID 15502814. 
  89. ^ "Beyond the Platypus Genome – 2008 Boden Research Conference". Reprod Fertil Dev. 21 (8): i–ix, 935–1027. 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 November 2015. Diakses tanggal 3 March 2012. 
  90. ^ Cortez, Diego; Marin, Ray; Toledo-Flores, Deborah; Froidevaux, Laure; Liechti, Angélica; Waters, Paul D.; Grützner, Frank; Kaessmann, Henrik (2014). "Origins and functional evolution of Y chromosomes across mammals". Nature. 508 (7497): 488–493. Bibcode:2014Natur.508..488C. doi:10.1038/nature13151. PMID 24759410. 
  91. ^ Salleh, Anna (5 May 2014). "Platypus Sex 'Master Switch' Identified". Australian Broadcasting Corporation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 July 2016. Diakses tanggal 5 June 2014. 
  92. ^ Zhou, Yang; Shearwin-Whyatt, Linda; Li, Jing; Song, Zhenzhen; Hayakawa, Takashi; Stevens, David; Fenelon, Jane C.; Peel, Emma; Cheng, Yuanyuan; Pajpach, Filip; Bradley, Natasha (2021-01-06). "Platypus and echidna genomes reveal mammalian biology and evolution". Nature (dalam bahasa Inggris). 592 (7856): 756–762. Bibcode:2021Natur.592..756Z. doi:10.1038/s41586-020-03039-0 . ISSN 1476-4687. PMC 8081666  Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 33408411 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  93. ^ John Woinarski (Natural Resources, Environment and The Arts; Group), Andrew Burbidge (IUCN SSC Australasian Marsupial and Monotreme Specialist (2014-04-22). "IUCN Red List of Threatened Species: Ornithorhynchus anatinus". IUCN Red List of Threatened Species. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2020. Diakses tanggal 2020-12-03. 
  94. ^ a b c d e f g h Hawke, Tahneal; Bino, Gilad; Kingsford., Richard T. (17 November 2020). A national assessment of the conservation status of the platypus (PDF) (Laporan). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 24 November 2020. Diakses tanggal 28 November 2020. 
  95. ^ a b c Wilcox, Christie (29 August 2019). "The silent decline of the platypus, Australia's beloved oddity". National Geographic. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 October 2020. Diakses tanggal 12 October 2020. 
  96. ^ "EPBC Act List of Threatened Fauna". Species Profile and Threats Database. Australian Government. Department of Agriculture, Water and the Environment. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 November 2020. Diakses tanggal 12 October 2020. 
  97. ^ University of New South Wales (21 January 2020). "Platypus on brink of extinction". EurekAlert!. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 May 2020. Diakses tanggal 22 January 2020. 
  98. ^ "Platypus on brink of extinction". ScienceDaily. 12 October 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 October 2020. Diakses tanggal 12 October 2020. 
  99. ^ Bino, Gilad; Kingsford, Richard T.; Wintleb, Brendan A. (1 February 2020). "A stitch in time – Synergistic impacts to platypus metapopulation extinction risk". Biological Conservation. 242: 108399. doi:10.1016/j.biocon.2019.108399. ISSN 0006-3207. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 October 2020. Diakses tanggal 12 October 2020 – via ScienceDirect (Elsevier). 
  100. ^ Cox, Lisa (23 November 2020). "Australia's platypus habitat has shrunk 22% in 30 years, report says". the Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 November 2020. Diakses tanggal 28 November 2020. 
  101. ^ "Platypus should be listed as a threatened species: new report". UNSW Newsroom. University of New South Wales. 23 November 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 November 2020. Diakses tanggal 28 November 2020. 
  102. ^ "A national assessment of the conservation status of the platypus". Australian Conservation Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 November 2020. Diakses tanggal 28 November 2020. 
  103. ^ "Platypus Fungal Disease". Department of Primary Industries and Water, Tasmania. 29 August 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 March 2008. Diakses tanggal 29 February 2008. 
  104. ^ "Fantastic Fleay turns 20!". Zoos Victoria. 31 October 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 November 2018. Diakses tanggal 4 February 2014. 
  105. ^ "David Fleay's achievements". Queensland Government. 23 November 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 October 2006. Diakses tanggal 13 September 2006. 
  106. ^ a b "Platypus". Catalyst. 13 November 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 July 2011. Diakses tanggal 13 September 2006. 
  107. ^ "Pitter patter – Platypus twins!". Zoo Victoria. 4 March 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 August 2018. Diakses tanggal 17 August 2017. 
  108. ^ "Zoos". Australian Platypus Conservancy. 22 November 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2019. Diakses tanggal 17 August 2017. 
  109. ^ Anderson, Erik (2019-11-22). "Rare Platypus On Display At San Diego Zoo Safari Park". KPBS Public Media (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 May 2020. Diakses tanggal 2019-12-29. The animals are the only platypuses on display outside of their native country. 
  110. ^ "Platypus | San Diego Zoo Animals & Plants". animals.sandiegozoo.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 July 2020. Diakses tanggal 2019-12-29. 
  111. ^ Lee S. Crandall (1964). The Management of Wild Mammals in Captivity. University of Chicago Press. 
  112. ^ a b McKay, Helen F.; McLeod, Pauline E.; Jones, Francis F.; Barber, June E. (2001). Gadi Mirrabooka: Australian Aboriginal Tales from the Dreaming. Libraries Unlimited. ISBN 978-1563089237. 
  113. ^ "A Brief History of the Olympic and Paralympic Mascots". Beijing2008. 5 August 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 June 2008. Diakses tanggal 25 October 2006. 
  114. ^ "About World Expo '88". Foundation Expo '88. 1988. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 December 2013. Diakses tanggal 17 December 2007. 
  115. ^ "The Home of Hexley the Platypus". Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 February 2011. Diakses tanggal 25 October 2006. 
  116. ^ "Circulating coins: Twenty Cents". Royal Australian Mint. 8 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 March 2021. Diakses tanggal 12 September 2020. 
  117. ^ "Native Animals - Issue Date 13 January 2015". Australia Post Collectables. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 January 2021. Diakses tanggal 12 September 2020. 
  118. ^ "Australian Animals Monotremes - Issue Date 26 September 2016". Australia Post Collectables. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 January 2021. Diakses tanggal 12 September 2020. 
  119. ^ "Disney gives 'Ferb' pickup, major push – Q&A: Dan Povenmire". The Hollywood Reporter. 7 June 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 June 2018. Diakses tanggal 5 March 2017. 
  120. ^ "Perry the Platypus" Live at Musi-Cal (dalam bahasa Inggris), diarsipkan dari versi asli tanggal 2 January 2021, diakses tanggal 2021-03-23 
  121. ^ Littleton, Cynthia (20 November 2009). "'Phineas' star Perry makes mark on auds". Variety. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 December 2009. Diakses tanggal 26 November 2009. 
  122. ^ Jackson, John (31 March 2009). "Five Reasons Why Phineas and Ferb is the Best Kids Show on TV". Paste. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 October 2019. Diakses tanggal 25 November 2009. 
  123. ^ Anich, Paula Spaeth; Anthony, Sharon; Carlson, Michaela; Gunnelson, Adam; Kohler, Allison M.; Martin, Jonathan G.; Olson, Erik R. (1 March 2021). "Biofluorescence in the platypus (Ornithorhynchus anatinus)". Mammalia (dalam bahasa Inggris). 85 (2): 179–181. doi:10.1515/mammalia-2020-0027. ISSN 1864-1547. Diakses tanggal 20 April 2022. 

Referensi

sunting

Dokumenter

sunting

Pranala luar

sunting