Pertempuran Köse Dağ
Pertempuran Köse Dağ terjadi di Anatolia timur pada 26 Juni 1243 ketika pasukan Kesultanan Rum, yang dipimpin oleh Sultan Kaykhusraw II, bertikai dengan pasukan invasi Mongol di bawah naungan panglima Baiju dan mengalami kekalahan mutlak. Pertempuran tersebut merupakan peristiwa utama dalam penaklukan Anatolia oleh Mongol: Rum, yang sebelumnya merupakan kekuatan independen signifikan di timur Laut Tengah, menurun ke status kerajaan klien, dan wilayahnya kemudian diserahkan kepada Ilkhanat Mongol.
Pertempuran Köse Dağ | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Invasi Anatolia oleh Mongol | |||||||
![]() Mongol menyerang Seljuk Rum. Hayton dari Corycus, Fleur des histoires d'orient. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kekaisaran Mongol | Kesultanan Seljuk Rum | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Baiju Noyan | Kaykhusraw II | ||||||
Kekuatan | |||||||
30.000 Mongol didampingi oleh auksilier Georgia dan Armenia | Sekitar 80.000 |
Kekaisaran Mongol mula-mula menjalin kontak teritorial dengan Rum pada awal 1230-an lewat penaklukan sebagian besar Iran barat, namun sebagian besar meninggalkannya sendiri sepanjang dasawarsa berikutnya. Sebagai gantinya, di bawah naungan panglima mereka Chormaqan, pasukan Mongol menduduki Transkaukasia dan membuat Kerajaan Georgia menjadi negara vasal. Hubungan merenggang kala kenaikan Kaykhusraw II ke takhta Rum pada 1237, dan penyerbuan Mongol ke wilayah Rum dimulai pada 1240. Dua tahun kemudian, Baiju, yang menggantikan Chormaqan setelah Chormaqan menjadi cacat, ditangkap dan dibawa ke kota Erzurum, menaikkan pergesekan menjadi perang terbuka. Ia kembali menginvasi Rum pada 1243, dengan sebanyak 30.000 pasukan Mongol disertai oleh auksilier Georgia dan Armenia.
Kaykhusraw membentuk pasukan besar untuk melawan invasi tersebut. Namun, pasukannya yang berkekuatan 80.000 orang kurang disiplin dan terampil ketimbang Mongol. Ia menghiraukan nasehat para bangsawan berpengalaman di bawah komandonya, dan menyerang musuhnya pada perlintasan Gunung Köse Dağ pada 26 Juni. Pada sebagian besar hari itu, pasukan Rum nampak sangat unggul. Namun, pasukan tersebut kemudian mulai terdisintegrasi. Pasukan Rum kabur pada malam hari. Baiju kehilangan kesempatan untuk menangkap Sultan karena ia menduga kamp musuh yang membelot adalah sebuah jebakan. Meskipun demikian, Mongol merebut banyak kota usai keberhasilan mereka di Köse Dağ, dan menarik upeti tahunan yang banyak dari musuh mereka. Rum tak pernah pulih dari kekalahan kritis tersebut.
Latar belakang
suntingPada 1071, Turki Seljuk secara mutlak mengalahkan Kekaisaran Bizantium pada Pertempuran Manzikert dan dengan cepat merangseki Anatolia. Seorang pangeran Seljuk, Suleiman bin Qutalmish, mendirikan sebuah negara independen di wilayah tersebut pada enam tahun kemudian. Dikenal sebagai Kesultanan Rum, kesultanan tersebut menaklukan banyak kelompok, termasuk pemberontak nomaden Turkoman, dan meraih kendali atas sebagian besar Anatolia sepanjang 150 tahun berikutnya. Pada 1230-an, dibantu oleh keruntuhan kekuatan Bizantium, Seljuk Rum meraih kemampuan maritim dan komersial signifikan melalui kendali mereka atas pelabuhan-pelabuhan penting Antalya dan Sinope.[1]
Kekaisaran Mongol didirikan pada 1206 oleh Jenghis Khan (m. 1206–1227). Pada masa kekuasaannya, Mongol menaklukan dinasti Jin dan negara Xia Barat di Tiongkok utara, Qara Khitai di Turkestan, dan Kekaisaran Khwarazmia di Asia Tengah dan Persia. Di bawah naungan putra dan penerus Jenghis, Ögedei Khan (m. 1229–1241), kampanye militer lanjutan diluncurkan melawan sisa-sisa Jin, sementara pasukan lain mula-mula menginvasi kepangeranan-kepangeranan Rusia dan kemudian Eropa tengah antara 1236 dan 1242.[2]
Pasukan selanjutnya, yang dikomandani oleh panglima Chormaqan, dikerahkan pada 1230 untuk menyingkirkan pangeran Khwarazmia Jalal al-Din yang mendirikan negara di Iran barat. Misi tersebut kemudian disertai, dengan Jalal al-Din dibunuh oleh seorang Kurdi pada Agustus 1231.[3] Chormaqan membentuk markas besarnya di dataran Mughan yang subur. Pada dasawarsa selanjutnya, pasukan Mongol berkonsolidasi atas Iran barat dan Transkaukasia.[4] Dengan 30.000 pasukan di bawah komandonya, ia berkirab setahun tahun melawan benteng-benteng di wilayah Kaukasia, khususnya berfokus pada penaklukan Kerajaan Georgia. Pada 1239, Mongol merebut sebagian besar wilayahnya dan memaksa sisanya, yang dipimpin oleh Ratu Rusudan, untuk menjadi negara vasal.[5] Pada ca 1240, Chormaqan mengalami tuli,[6] sejenis kelumpuhan,[7] atau mungkin keduanya.[8] Ia digantikan oleh Baiju, yang berada pada urutan kedua dalam komando.[9]
Kayqubad I, sultan Rum antara 1220 dan 1237, dengan benar mengkhawatirkan kegiatan Jalal al-Din akan menarik perhatian Mongol ke wilayah di sekitaran kerajaannya. Walaupun Rum dikenal karena padang rumputnya yang sempurna, Mongol awalnya tak menyerangnya, di samping penyerbuan pada 1232 yang dipimpin oleh Baiju ke wilayah sekitaran Sivas.[10] Sebagai gantinya, mereka menerima tawaran persahabatan dan upeti kecil dari Seljuk. Kayqubad juga menerima permintaan Mongol agar ia secara pribadi datang ke penguasa Mongol di Karakorum untuk membayar perlindungan, namun wafat sebelum ia melakukannya.[11] Hubungan merenggang pada masa kekuasaan pengganti Kayqubad, Kaykhusraw II (m. 1237–1246). Bahkan walau ia tunduk pada mulanya, Kaykhusraw merasa bahwa Mongol tak ingin menyerang atau bahwa ia dapat memukul mundur mereka.[12] Pada 1240, hubungan makin merenggang kala Mongol mulai menyerbu wilayah Seljuk. Pada tahun tersebut, Rum nampak diperlemah oleh pemberontakan Babai yang dipimpin oleh seorang pendakwah lokal.[13] Meskipun demikian, Kaykhusraw bertindak secara agresif, berkampanye melawan kota Amid, yang dekat dengan wilayah Mongol, pada 1240–41.[14]
Permulaan
suntingPada 1242, Baiju meningkatkan pergesekan menjadi perang terbuka. Pasukan Mongol-nya, yang disertai oleh auksilier Kristen Kaukasia, menuntut penyerahan kota Erzurum, yang berada di bawah kekuasaan Seljuk sejak 1071. Kala para utusan Mongol ditolak dengan hina, kota tersebut dikepung. Setelah dua bulan, mesin-mesin kepung Mongol merangseki tembok, kala kota tersebut dijarah—secara tak lazim bagi Mongol, bahkan gereja-gereja dijarah harta bendanya, yang diserahkan pasukan Kristen Baiju pada pemukiman mereka sendiri.[15] Baiju kemudian menarik diri untuk menjalani musim dingin ke dataran Mughan, sebelum berkirah menuju Rum lagi pada tahun berikutnya.[16]
Kaykhusraw berniat untuk membentuk pasukan kuat untuk memukul mundur invasi Mongol dengan mengundang sejumlah besar pasukan sewaan dari wilayah sekitar. Ini meliputi kesatria dari Pasukan Salib Kekaisaran Latin, bangsawan dari sisa Yunani dari Kekaisaran Bizantium, prajurit dari Ayyubiyah di Aleppo, dan suku-suku Arab dari Irak, sementara Kaykhusraw mengkomandani kontingen kesatria Georgia karena pernikahannya dengan Tamar, seorang putri Georgia.[17] Kaykhusraw juga mengadakan perjanjian dengan Yohanes III Vatatzes,[a] penguasa Kekaisaran Nikea (sebuah negara penerus Bizantium), yang nampaknya mengharapkan Rum akan tetap menjadi negara penyangga antara kerajaannya dan Mongol.[19]
Kekuatan lain di wilayah tersebut, seperti Armenia Kilikia, berganji bahwa mereka akan mensuplai pasukan untuk Rum. Namun mereka tak ingin meningkatkan kedengkian Mongol, yang mereka anggap musuh yang lebih berbahaya, dan sehingga pasukan Armenia menunda kedatangan mereka sampai pertempuran berakhir.[20] Meskipun sisa pasukan Khwarazmia telah dikerahkan oleh Rum sebagai sewaan sampai 1237, mereka menentang kenaikan takhta Kaykhusraw dan enggan bertempur untuknya, sebagaimana yang dilakukan oleh Turkoman yang ikut serta dalam pemberontakan Babai.[21] Beberapa panglima Seljuk gandal juga disingkirkan oleh penasehat kuat Kaykhusraw Sa'd al-Din Köpek yang memandang mereka sebagai pesaing potensial, dan sehingga struktur komando pasukan mereka menjadi tak disiplin dan tak berpadu.[22]
Inti pasukan Mongol terdiri dari sekitar 30.000 pasukan berpengalaman dan disiplin, yang kebanyakan adalah etnis Mongol selain juga meliputi Uighur dan sepasukan dari Turkestan. Mereka disertai oleh kavaleri Georgia dan Armenia, yang meliputi penguasa Armenia Kepangeranan Khachen.[23] Pasukan tersebut dikomandani oleh Baiju dan sejumlah perwira kompeten. Inti Mongol memiliki pengalaman pertarungan sepuluh tahun sebagai sebuah unit, dan sehingga melampaui kekurangan pasukan Turki.[24] Pasukan Mongol kalah jumlah dengan pasukan Kaykhusraw, yang para pembuat kronik sezaman klaim terdiri dari 160.000 atau 200.000 pasukan. Menurut sejarawan Bayarsaikhan Dashdondog, perkiraan paling realistisnya adalah 80.000.[25]
Pertempuran
suntingPasukan Rum berkumpul di Sivas, dan banyak bangsawan berpengalaman menasehati Kaykhusraw untuk bertahan disana untuk mengambil pergerakan perbentengan kota. Namun, ia didorong oleh beberapa bangsawan muda, yang enggan menunggu, agar ia mengerahkan perlawanan.[26] Kala pasukan datang ke perlintasan Gunung Köse Dağ (namanya artinya "gunung botak"), sekitar 80 kilometer (50 mi) dari barat laut Sivas,[27] sebuah pergesekan serupa terjadi. Para bangsawan yang lebih bijak kembali mendorong Kaykhusraw untuk mengambil posisi defensif pada wilayah yang cocok dan menunggu pengerahan yang masih dalam perjalanan, namun permintaan tersebut ditolak oleh rekanan muda mereka, dan menuduh mereka pecundang. Pada 26 Juni, seorang bangsawan muda memerintahkan pasuaknnya untuk mendaki dan maju, memprovokasi para rekannya untuk mengikutinya.[28]
Pergesekan tersebut, di sepanjang wilayah perlintasan, berujung pada jurang yang sempit dan curam, memperkenankan Baiju untuk mengerahkan disiplin pasukannya dan kepanglimaan sempurnanya sendiri. Untuk menghadapi pasukan Seljuk utama di perlintasan, ia dengan cepat mengerahkan baris depan yang terdiri dari para prajurit terbaik dari setiap unit, dan mengorganisir ulang sisanya.[29] Dua baris depan bertikai di leher botol di jurang, tempat kontingen kavaleri berat Georgia meraih pengaruh pada kedua belah pihak, dan para prajurit Rum melampaui dalam hal kualitas secara keseluruhan.[30]
Pertikaian sengit berlangsung dalam sehari, dan formasi Seljuk mendadak ambruk pada sore hari.[31] Sebab keruntuhan tersebut tak jelas: sejarawan Armenia kontemporer Grigor dari Akanc mengaitkannya dengan campur tangan mutlak dari seorang pangeran Georgia bernama Aghbagha melawan sayap kanan Seljuk,[32] namun sejarawan abad ke-20 Josef Matuz , menekankan ketidakkonsistenan dalam laporan aksi Aghbagha, yang membuat catatannya menjadi topos sastra. Matuz lebih menykai catatan sumber lain, yang menyebut Mongol berpura-pura menarik diri sebelum mendadak menyulut panah api dan menyerbunya kembali.[33]
Pasukan Rum melarikan diri dari kemah mereka pada malam hari. Kaykhusraw menganggap bahwa beberapa pasukan yang kurang setia membelot ke Baiju, dan kemudian menarik diri ke Ankara dengan istri dan anaknya.[34] Keesokan harinya, Baiju menduga bahwa kemah musuh yang ditinggalkan adalah jebakan dan memerintahkan pasukannya berbalik dari penyerangannya untuk hari berikutnya. Penindaan tersebut menghemat biaya mereka untuk kesempatan menangkap Kaykhusraw.[34]
Akibat
suntingUsai pertempuran tersebut, Mongol merebut sejumlah kota di Anatolia, yang meliputi Kayseri, Sivas, Erzincan, dan Ankara, sementara Kaykhusraw kabur di Antalya.[35] Rum baru mengalami pengosongan penuh lewat negsoiasi waliraja Muhezzibeddin, yang menyepakati kesepatan penyerahan yang meliputi upeti yang besar: pembayaran tahunan 12 juta koin perak, 500 buah perak, 500 unta, dan 5.000 domba (setara dengan sekitar 400.000 dinar emas) yang dibawa ke Mongolia pada pengeluaran Rum. Para utusan berikutnya mengkonfirmasikan pelantikan daruyachi (terj. har. '"perantau"') Mongol untuk menaungi wilayah tersebut, bersama dengan penyerahan resmi para penguasa Seljuk pada takhta Mongol.[36]
Kemenangan di Köse Dağ menghimpun dominasi Mongol di Anatolia atas Rum,[37] yang otoritasnya melemah, atas Turkoman pada khususnya.[19] Mongol kemudian menerima penyerahan Kekaisaran Trebizond, yang penguasanya Manuel I nampaknya menghadiri penahbisan Güyük di Mongolia pada 1246. John III Vatatzes terpaksa meninggalkan rencana kampanye melawan Kekaisaran Latin untuk memperkuat pertahanan timur Nikea melawan Turkoman atau mungkin Mongol.[38] Armenia Kilikia secara sukarela menyerah kepada Mongol pada 1244, menerima lahan dan benteng sebagai imbalan dari inisiatif mereka, dan sementara Kepangeranan Antiokia yang awalnya menolak untuk mengikutinya, terpengaruh di bawah pengaruh Armenia dan kemudian menyatakan kesetiaan.[39]
Usai kematian Kaykhusraw II pada 1246, kerajaannya terbagi oleh faksi yang mewakili tiga putranya yang masih di bawah umur.[40] Walau beberapa sultan Rum, khususnya Kaykaus II (m. 1246–1261), memicu ketegangan terhadap Mongol, kekuatan Seljuk menurun dengan cepat, akhirnya sekarat pada 1308. Wilayahnya jatuh ke tangan Ilkhanat, salah satu negara penerus Kekaisaran Mongol.[41]
Referensi
suntingCatatan
sunting- ^ Beberapa sejarawan, seperti George Akropolites pada abad pertengahan dan Franz Dölger pada zaman modern, meyakini bahwa perjanjian tersebut dilakukan usai pertempuran tersebut.[18]
Kutipan
sunting- ^ Atwood 2004, hlm. 555; Chrysostomides 2009, hlm. 11–13, 25–27.
- ^ Atwood 2004, hlm. 365; Dunnell 2023.
- ^ Atwood 2004, hlm. 106; Dashdondog 2011, hlm. 52–53; Manz 2022, hlm. 202.
- ^ May 2016, hlm. 23–24; Jackson 2017, hlm. 82–83.
- ^ Melville 2009, hlm. 53; Atwood 2004, hlm. 106; Manz 2022, hlm. 203; Latham-Sprinkle 2022, hlm. 218–222.
- ^ Atwood 2004, hlm. 106; Pubblici 2023, hlm. 711; Dashdondog 2011, hlm. 55.
- ^ Jackson 2017, hlm. 83; May 2022, hlm. 228.
- ^ Lane 2003, hlm. 61.
- ^ Lane 2003, hlm. 61; Jackson 2017, hlm. 83.
- ^ Melville 2009, hlm. 53; Manz 2022, hlm. 203; Peacock 2010.
- ^ Atwood 2004, hlm. 555; Melville 2009, hlm. 53.
- ^ Atwood 2004, hlm. 555; May 2016, hlm. 24; Morton 2023, hlm. 84.
- ^ May 2016, hlm. 24; Morton 2023, hlm. 84; Peacock 2010.
- ^ Manz 2022, hlm. 203; May 2022, hlm. 228–229.
- ^ Pubblici 2023, hlm. 711; Dashdondog 2011, hlm. 60–61.
- ^ Dashdondog 2011, hlm. 61; Dunnell 2023, hlm. 71.
- ^ Atwood 2004, hlm. 321; Dashdondog 2011, hlm. 61–62; Pubblici 2023, hlm. 711.
- ^ Matuz 1973, hlm. 190–191.
- ^ a b May 2022, hlm. 229.
- ^ Dashdondog 2011, hlm. 62; Atwood 2004, hlm. 321; Morton 2023, hlm. 85.
- ^ Morton 2023, hlm. 83–84; Matuz 1973, hlm. 191.
- ^ Matuz 1973, hlm. 192–193.
- ^ Atwood 2004, hlm. 321; Dashdondog 2011, hlm. 76.
- ^ Atwood 2004, hlm. 321; Dashdondog 2011, hlm. 62.
- ^ Atwood 2004, hlm. 321; Dashdondog 2011, hlm. 62, 76.
- ^ Cahen 2001, hlm. 71; Matuz 1973, hlm. 193–194.
- ^ Atwood 2004, hlm. 321; Dashdondog 2011, hlm. 61.
- ^ Matuz 1973, hlm. 194–195.
- ^ Matuz 1973, hlm. 195; Dashdondog 2011, hlm. 62.
- ^ Matuz 1973, hlm. 195; Atwood 2004, hlm. 321.
- ^ Atwood 2004, hlm. 321.
- ^ Dashdondog 2011, hlm. 62–63; May 2016, hlm. 25.
- ^ Matuz 1973, hlm. 195–196; Cahen 2001, hlm. 71.
- ^ a b May 2016, hlm. 25; Atwood 2004, hlm. 321.
- ^ Atwood 2004, hlm. 29; Dashdondog 2011, hlm. 63; May 2016, hlm. 35; May 2022, hlm. 229; Peacock 2010.
- ^ Kolbas 2006, hlm. 121–122; May 2016, hlm. 25–26; Peacock 2010.
- ^ Melville 2009, hlm. 53; Dashdondog 2011, hlm. 63.
- ^ May 2016, hlm. 26–27.
- ^ May 2022, hlm. 230.
- ^ Melville 2009, hlm. 54–55; Atwood 2004, hlm. 555.
- ^ Atwood 2004, hlm. 555.
Sumber
sunting- Atwood, Christopher P. (2004). Encyclopedia of Mongolia and the Mongol Empire. New York City: Facts on File. ISBN 978-0-8160-4671-3.
- Biran, Michal; Kim, Hodong, ed. (2023). The Cambridge History of the Mongol Empire. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-1-3163-3742-4.
- Dunnell, Ruth W. "The Rise of Chinggis Khan and the United Empire". In Biran & Kim (2023), pp. 19–106.
- Pubblici, Lorenzo. "Georgia and the Causacus". In Biran & Kim (2023), pp. 707–733.
- Cahen, Claude (2001). The Formation of Turkey: The Seljukid Sultanate of Rum, eleventh to fourteenth century. Harlow: Longman. ISBN 978-0-5824-1491-4.
- Dashdondog, Bayarsaikhan (2011). The Mongols and the Armenians (1220–1335). Leiden: Brill. ISBN 978-9-0041-8635-4.
- Fleet, Kate, ed. (2009). The Cambridge History of Turkey. 1. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-5216-2093-2.
- Chrysostomides, Julian. "The Byzantine Empire from the Eleventh to the Fifteenth Century". In Fleet (2009), pp. 6–50.
- Melville, Charles. "Anatolia under the Mongols". In Fleet (2009), pp. 51–101.
- Jackson, Peter (2017). The Mongols and the Islamic World: From Conquest to Conversion. New Haven: Yale University Press. ISBN 978-0-3001-2533-7. JSTOR j.ctt1n2tvq0.
- Kolbas, Judith (2006). The Mongols in Iran. London: Routledge. ISBN 978-0-4155-9932-0.
- Lane, George (2003). Early Mongol Rule in Thirteenth-Century Iran: A Persian Renaissance. London: Routledge. ISBN 978-0-4152-9750-9.
- May, Timothy (2016). "Mongol Conquest Strategy in the Middle East". Dalam De Nicola, Bruno; Melville, Charles. The Mongols' Middle East: Continuity and Transformation in Ilkhanid Iran. Leiden: Brill. hlm. 13–37. ISBN 978-9-0043-1472-6.
- May, Timothy; Hope, Michael, ed. (2022). The Mongol World. Abingdon: Routledge. ISBN 978-1-3151-6517-2.
- Latham-Sprinkle, John. "The Mongol Conquest of Caucasia". In May & Hope (2022), pp. 213–226.
- Manz, Beatrice. "The Mongol Conquest of Iran". In May & Hope (2022), pp. 196–212.
- May, Timothy. "The Mongol Conquest of the Near East". In May & Hope (2022), pp. 227–241.
- Matuz, Josef (1973). "Der Niedergang der Anatolischen Seldschuken: die Entscheidungsschlacht am Kösedağ" [The Decline of the Anatolian Seljuks: the Decisive Battle at Köse Dağ]. Central Asiatic Journal (dalam bahasa Jerman). 17 (2): 180–199.
- Morton, Nicholas (2023). The Mongol Storm: Making and Breaking Empires in the Medieval Near East. London: Basic Books. ISBN 978-1-3998-0357-1.
- Peacock, Andrew (2010). "Saljuqs iii: Saljuqs of Rum". Dalam Yarshater, Ehsan. Encyclopædia Iranica, Online Edition. Encyclopædia Iranica Foundation.