Pertempuran Cartagena (209 SM)
Pertempuran Cartagena Baru terjadi pada awal 209 SM kala pasukan Romawi di bawah kepemimpinan Publius Cornelius Scipio berhasil menyerang Cartagena Baru, ibukota Iberia Cartagena, yang dijaga oleh garisun di bawah kepemimpinan Mago. Pertempuran tersebut adalah bagian dari Perang Punik II.
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Pada 211 SM, Romawi di Iberia (kini Spanyol dan Portugal) mengalami kekalahan besar pada pertempuran Baetis Hulu. Pengerahan didatangkan pada awal 210 SM dan Scipio mengerahkan pengerahan lebih lanjut kala ia mengambil komando pada akhir tahun tersebut. Scipio merasa tak mampu untuk menggambarkan pertempuran tersebut dan kekalahan tiga tentara Cartagena kuat di semenanjung dan sehingga memutuskan untuk menyerang di pusat material kekuatan Cartagena di Iberia: ibukota baru, Cartagena Baru. Ia mendatangi bagian luar kota tersebut pada awal 209 SM dan menyatakan serangannya pada keesokan harinya. Usai mengalahkan pasukan Cartagena di luar tembok, ia menekan serangan di gerbang timur. Secara mendadak, pasukan dari kapal-kapal Romawi berniat untuk menaiki tembok sampai selatan dari wilayah pelabuhan. Kedua serangan tersebut dipukul mundur.
Pada siang hari, Scipio mengerahkan kembali serangan. Dengan penekanan keras, Mago menggerakkan pasukan dari tembok utara, yang menghadap laguna dangkal besar. Dalam mengantisipasinya, Scipio mengirim 500 pasukan melewati laguna tersebut untuk merebut tembok utara, yang membuat mereka tak terlawan. Mereka memperjuangkan jalan mereka ke gerbang timur, membukanya dari dalam dan memasukkan rombongan mereka. Cartagena Baru jatuh dan dijarah, dan Mago menyerahkan citadel dan pasukan terakhirnya. Sejumlah besar logam berharga dan materiel perang direbut. Cartagena menjadi pusat logistik upaya perang Romawi di Iberia. Pada 206 SM, warga Cartagena diusir dari semenanjung tersebut.
Latar belakang
suntingKala Perang Punik II pecah antara Romawi dan Cartagena pada 218 SM, sebagian besar Iberia (kini Spanyol dan Portugal) dikendalikan oleh Cartagena atau sekutunya.[1] Salah satu tindakan pertama Romawi dalam perang tersebut adalah mengirim pasukan ke timur laut Iberia.[2] Usai tujuh tahun berbagi kekayaan, Romawi mengundang 20.000 pedagang Keltiberia untuk mengerahkan pasukan reguler mereka dan bergerak menuju selatan Iberia. Disana, mereka membagi pasukan mereka menjadi dua bagian. Kala Keltiberia membelot, Romawi kalah besar dalam dua pertempuran terpisah pada 211 SM.[2][3]
Panglima Romawi, dan kemudian konsul, Gaius Claudius Nero mengirimkan pengerahan pada 210 SM dan menstabilisasikan keadaan, menghimpun pemondokan kecil di timur laut Iberia.[3] Menjelang akhir 210 SM, Publius Cornelius Scipio[note 1] datang dengan pengerahan Romawi tambahan untuk menggantikan Nero dala mengkomandoi seluruh pasukan Romawi di Iberia.[5][6] Scipio terlalu muda bagi standar Romawi untuk komando semacam itu, ia berusia pertengahan dua puluhan tahun. Ia secara tak diharapkan kurang berpengalaman untuk memegang jabatan semacam itu menurut standar Romawi pada masa itu, tak pernah memegang jabatan senior apapun.[7]
Scipio mengkomandoi sebanyak 31.000 pasukan: 28.000 infanteri dan 3.000 kavaleri.[8] Terdapat tiga kelompok pasukan Cartagena terpisah di Iberia, masing-masing sebesar atau lebih besar ketimbang pasukan Romawi. Pasukan Cartagena kabur dari wilayah yang direbut oleh Romawi: satu berada di tengah Iberia dipimpin oleh panglima Cartegena sepenuhnya di Iberia, Hasdrubal Barca;[note 2] satu di dekat Gades (kini Cádiz); dan ketiga di Lusitania (diperkirakan kini Portugal). Pembagian pasukan Cartagena membuatnya sulit bagi mereka untuk mendukung satu sama lain secara saling menguntungkan. Tindakan tersebut akan memperkenankan Scipio untuk dengan mudah mengkirab pasukannya dari pangkalan Romawi di Tarraco (kini Tarragona) untuk bertikai dengan salah satu kelompok pasukan; mungkin yang paling terdekat, yang berada di bawah kepemimpinan Hasdrubal di tengah Iberia.[12][13][14]
Pada waktu itu, sanga tsulit untuk menghimpun lawan yang tak dikehendaki untuk melakukan pertempuran. Pertempuran bernada biasanya didahului oleh dua kelompok pasukan yang berkemah pada jarak 2–12 kilometer (1–7 mi) selama berhari-hari atau berpekan-pekan; terkadang dibentuk dalam rangka pertempuran pada setiap hari. Jika panglima merasa tak memajukan, ia dapat berkirab tanpa menjalin atau enggan untuk meninggalkan kemah bentengnya.[15][16] taktik semacam itu dapat berujung pada kampanye tak pasti, pada akhirnya Romawi akan menarik diri, yang akan mendemoralisasikan sekutu Iberia mereka dan mungkin berujung pada pembelotan di kalangan mereka. Selain itu, salah satu pasukan Cartagena lain datang dengan bantuan Hasdrubal, yang akan mengembangkan kemungkinan Romawi menderita kekalahan serupa dengan yang terjadi pada tahun 211 SM.[17][12] Kekalahan tahun 211 SM sangat merusak pendirian Romawi dengan suku-suku Iberia. Kemenangan Romawi yang cepat akan memulihkan moral suku-suku tersebut yang masih setia pada Roma dan mendorong pihak lainnya datang.[18] Sambutan berkelanjutan kelemahan Romawi akan mendorong pembelotan.[19]
Permulaan
suntingKala ia datang ke Iberia, Scipio berniat untuk mengadopsi pendirian agresif langsung dan sehingga memutuskan agar alih-alih merencanakan pertempuran dengan salah satu kelompok pasukan Cartagena, ia akan menyerang pusat material dari kekuatan Cartagena di Iberia: ibukotanya, Cartagena Baru.[22] Cartagena Baru (dikenal Romawi sebagai Carthago Nova) didirikan pada sekitar tahun 217 SM oleh penguasa Iberia Cartagena waktu itu, Hasdrubal yang Adil.[note 3] Tindakan tersebut menghimpun pelabuhan perairan dalam besar dengan fasilitas baik dan juga ditujukan untuk perjalanan dari dan ke Cartagena.[24][25] Terdapat pertambangan perak produktif di dekat pegunungan.[23] Pelabuhan kota berada di teluk yang menghadap selatan, dengan bagian masuk hanya memiliki lebar sekitar 600 meter (2.000 ft). Kota tersebut berada pada pesisir utaranya. Promontori berbukit memisahkan teluk dari aguna pasang dangkal yang besar di utara. Kota tersebut dibangun pada dan di antara lima bukit dari promontori tersebut. Satu-satunya penghubung ke daratan utama adalah sebuah tanah genting selebar 300-meter (300 yd) di timur. Laguna tersebut terhubung dengan teluk utama lewat tanjung sempit di barat Cartagena Baru.[26] Kota tersebut berjarak 450 kilometer (280 mi) dari selatan pangkalan Romawi utama.[27]
Scipio mengirim mata-mata untuk melaporkan balik soal geografi di sekitaran Cartagena Baru, pertahanannya dan garisunnya. Ia memahami bahwa wilayah tersebut dibentengi oleh tembok tinggi nan kuat sepanjang 3.700 meter (12.000 ft), yang menghadap wilayah perairan lebar pada sebagian besar bentangannya. Terdapat gerbang yang terbentengi dengan baik di sisi timurnya, akses utama ke kota tersebut.[23][28] Orang-orang Cartagena memakai Cartagena Baru sebagai percetakan uang logam dan penyimpanan harta benda utama mereka di Iberia. Mereka juga memakainya sebagai galangan kapal utama mereka dan pelabuhan militer untuk peralatan dan materiel perang di Iberia, serta menangkap banyak tahanan Iberia yang menjadi sandera atas perlakuan baik suku-suku mereka. Panglimanya, Mago,[note 4] hanya memiliki 1.000 pasukan reguler yang mempertahankan kota tersebut, ditunjang oleh apa yang didapatkan oleh pasukannya dari penduduk asli. Dalam peristiwa tersebut, 2.000 militia tambahan dan pasukan ireguler yang tak diketahui jumlahnya dikerahkan.[note 5][31][32][22] Scipio juga berulang kali mempelajari penjelasan cara menerobos laguna ke utara, terutama kala pasang dan mungkin kala ada angin di atasnya.[14]
Kala mereka mencapai Cartagena Baru, Romawi hanya akan memiliki waktu satu atau dua pekan untuk merebutnya sebelum pasukan Cartagena dapat mendatangkan bantuannya.[14][33] Sehingga, sangat tak lazim untuk kota yang dibentengi dengan baik untuk berhasil diserbu. Jika tempat semacam itu direbut, kejadian tersebut biasanya disebabkan oleh pengkhianatan dari dalam, tak memungkinkan dalam kasus Cartagena Baru, ataupun pengepungan. Namun, pengepungan biasanya berlangsung berbulan-bulan dan setidaknya satu kelompok pasukan Cartagena mampu untuk didatangkan sebelum Cartagena Baru direbut lewat pengepungan.[note 6][33][35]
Pada awal 209 SM, Scipio meninggalkan 3.000 infanteri dan 300 kavaleri untuk mengamankan wilayah Iberia yang diduduki oleh Romawi dan bergerak ke selatan dengan jumlah seimbang, 25.000 infanteri dan 2.500 kavaleri.[36][14] Tiga puluh lima galley direncakan berlayar di bawah komando bawahan Scipio, Gaius Laelius, yang ditujukan untuk menghadapi pasukan utama di Cartagena Baru.[37] Hal semacam itu merupakan kerahasiaan yang mengerahkan pergerakan tersebut kala pasukan Romawi hanya mengerahkan Scipio dan Laelius sadar akan tujuan mereka. Para panglima Romawi lain dikerahkan pada beberapa titik dalam perjalanan.[38]
Pertempuran
suntingSerangan pertama
suntingDatang ke Cartagena Baru setelah pengerahan cepat, Romawi mendirikan kemah di atas bukit di tengah-tengah tanah genting yang menghubungkan kota tersebut dengan darata utama, berseberangan dengan gerbang utama. Benteng dan parit melindungi bagian belakang (timur) kemah tersebut, namun ini tidak diulang pada sisi yang menghadap gerbang.[39] Mago mengerahkan pasukan regulernya dalam rangka berjaga di citadel, yang berada di barat kota, dan penyeimbangan dikerahkan di atau dekat tembok selatan. 2.000 militia dikerahkan di dekat gerbang timur dan bagian lain dari kota tersebut dikerahkan dengan misil dan ditempatkan di seluruh keliling perimeter. Scipio membuat pidato pengerahan. Keesokan paginya, Romawi berniat untuk menyerbu kota tersebut: galley-galley Romawi menyerang tembok selatan dari pelabuhan sementara 2.000 legiuner terpilih disipakan untuk menyerang gerbang timur dan tembok di setiap sisi.[40] Keduanya disuplai dengan tangga yang ditujukan untuk menaiki tembok tersebut.[41]
Pada Peperangan Punik, tindakan tersebut biasanya dilakukan garisun kota yang dikepung untuk mengawali pertempuran di luar tembok mereka, tanpa memandang ukuran yang layak untuk pasukan serang dan pertahanan. Kegagalan untuk melakukannya diambil sebagai indikasi kelemahan pertahanan dan kekurangan kepercayaan diri oleh kedua belah pihak.[42] Cartagena Baru bukanlah pengecualian dan 2.000 militia bergerak dari gerbang timur untuk membalas serangan kubu penyerang Romawi. Romawi menyerang balik, menyebabkan pertikaian awal berkembang di dekat kemah mereka ketimbang di kota, mungkin berjarak 400 meter (1.300 ft) dari gerbang. Sehingga, dengan memakai kesempitan tanah genting, tak memungkinkan bagi Romawi untuk bersiap mengirim sejumlah petinggi mereka untuk menghadapi atau mengalahkan Cartagena.[40] Mula-mula, militia Cartagena dikerahkan dengan baik. Namun, kala pertikaian berlanjut, Romawi dapat mengganti pasukan yang terluka dan kelelahan dengan pengerahan besar mereka di kemah mereka. Cartagena tak menghimpun pengerahan semacam itu. Cartagena mulai terpukul mundur dan kemudian terpencar dan melarikan diri.[43]
Romawi mengejar, menimbulkan jumlah korban yang banyak pada pihak Cartagena kala mereka berjuang untuk menarik diri melalui gerbang timur.[28][43] Romawi berniat untuk bergerak pada jalan mereka melewati gerbang sebelum dapat ditutup namun gagal.[44][45] Mereka kemudian terdorong untuk menyerbu tembok pada setiap sisi gerbang sebelum pasukan pertahanan dapat dihimpun ulang. Tindakan tersebut melibatkan para penyerang yang memanjati tangga yang menertai mereka di tengah-tengah penembakan misil dari pasukan pertahanan, kemudian berniat untuk menyerang perjalanan mereka di tembok. Kala legiuner berniat untuk melakukannya, marinir dari armada Romawi mengupayakan hal yang sama melawan tembok selatan. Pasukan pertahanan Cartagena awalnya dapat menangkis serangan tersebut. Kala para penyintas kelompok militia mengerahkan ulang pasukan mereka di tembok, jumlah korban di pihak Romawi terus bertambah dan keberhasilan nampak tak mungkin tercapai. Kemudian, Scipio menyerukan serangan.[46]
Serangan kedua
suntingBiasanya, usai serangan gagal pada benteng, pasukan penyerang bertahan selama beberapa hari sebelum menghimpun ulang serangan mereka.[47] Untuk mengejutkan Cartagena, Romawi merombak upaya mereka pada siang hari, dengan pasukan segar dan suplai segar dari tangga yang dinaikkan. Galley-galley di bawah kepemimpinan Laelius kembali menyerang tembok selatan, pasukan infanteri lain dikerahkan di wilayah saluran ke barat kota – walaupun tindakan tersebut bersifat coba-coba – dan upaya utama kembali melawan gerbang timur dan tembok terdekatnya. Memakai banyak amunisi mereka kala serangan fajar, Cartagena tak mampu menanggapi seefektif tersebut. Dengan sulit, Cartagena dapat mempertahankan tembok. Kemudian, Mago mengerahkan pengerahan ke wilayah-wilayah terrancam yang ditimbulkan di tembok utara yang tak terancam menjadi tak dipertahankan pasukan pertahanan.[47][48] Scipio mengerahkan reserce 500 pasukan kerahan dan memerintahkan mereka untuk siap bergerak melawan tembok utara, mengantisipasi serangan dari tiga arah mata angin lainnya akan membuat pertahanannya melemah. Untuk mencapai tujuan tersebut, pasukan perlu melintasi laguna besar.[47][45]
Sejarawan Yunani yang biasanya terandalkan dan nyaris sezaman[49][50][51] Polibius menulis catatan soal pertempuran tersebut. Menurut terjemahan tradisional dari catatan tersebut, ia menyatakan bahwa setiap sore, pasang menyebabkan tinggi air di laguna utara Cartagena Baru menyurut sehingga dapat dilalui. Ia menyatakan bahwa Scipio mempelajarinya pada pertemuan intelijensinya di Terraco dan sehingga serangannya menjadikannya memungkinkan agar tembok yang berbatasan dengan laguna dengan mudah direbut pada waktu yang diharapkan olehnya untuk mengirim pasukan untuk melalui laguna dan menaiki tembok. Sejarawan Romawi kuno Livy, yang menulis dua abad kemudian, bertutur sebaliknya – mungkin menyadari bahwa pasang tak dapat beroperasi sepanjang 24 jam – dengan berujar bahwa dampak tersebut adalh karena angin utara reguler menyurutkan air laguna tersebut pada setiap sore. Kedua catatan tersebut memicu masalah, setidaknya bukan soal kenapa Cartagena tak menyadari perubahan apa yang terjadi dan kegagalan untuk mengambil tindakan dini.[52]
Para sejarawan modern menawarkan banyak penafsiran terhadap catatan Polibius dan menyatakan cara berbeda soal tinggi laguna yang dapat disurutkan secara buatan. Salah satunya adalah pemakaiannya sebagai tempat budi daya ikan atau tambak garam, tingginya dikendalikan oleh sluis di saluran menuju barat kota yang menghimpun tunggang pasang surut seukuran 06 meter (20 ft) di wilayah tersebut. Benedict Lowe menyatakan bahwa manuver ke barat kota bukanlah coba-coba, namun penaklukan sukses dan pembukaan sluis tersebut. J. H. Richardson menangkis kedua catatan kuno tersebut dan menyatakan bahwa tak mungkin untuk menentukan cara Romawi melintasi laguna pada bukti yang tersedia.[53] Seluruh catatan modern bersepakat bahwa laguna mendangkal ketimbang kedalaman maksimumnya kala Romawi berniat untuk melintasinya.[54]
Tempat Romawi melintasi laguna untuk menyerbu tembok utara juga tak jelas. Catatan modern secara beragam menganggap bahwa tepian bawah air timbul sepanjang laguna yang relatif dalam dari pesisir utara;[45] bahwa laguna dangka secara seragam timbul dari utara;[55][56] atau bahwa Romawi tertahan untuk mendekati tembok utara, diikuti pesisir selatan laguna.[57][48] Dalam kejadian apapun, 500 pasukan Romawi bergerak melintasi laguna, mencapai tembok utara tanpa kesulitan dan menyerbunya.[58] Kesepakatan mereka tak diindahkan oleh orang-orang Cartagena.[59][45]
Di gerbang timur, Romawi menyerang dengan formasi testudo, dengan tameng-temang mereka menutupi kepala mereka dan berlutut. Kemudian, para prajurit berlindung di garis depan yang terhadang di gerbang dengan kapak. Serangan melawan tembok selatan, oleh pasukan yang mendarat dari galley-galley Romawi, diteruskan dengan penekanan keras. Setelah pertempuran tersebut, salah satu pasukan menyerang dari arah tersebut berbagi penghargaan untuk orang pertama yang merangseki tembok. Sementara fokus upaya Cartagena berlanjut pada timur dan selatan, 500 pasukan Romawi yang meraih akses dari utara menyerang bagian timur di sepanjang tembok, memotong beberapa pasukan pertahanan yang dilawan oleh mereka.[47][45] Romawi mendapatkan akses ke gerbang timur dari dalam dan membukanya untuk para rekan mereka di luar. Pada sekitaran masa yang sama, pertahanan Cartagena secara keseluruhan terkikis dan terlampaui pasukan yang merangseki tembok dalam peningkatan jumlah.[60]
Di dalam Cartagena Baru
suntingMakin bangyak pasukan Romawi yang memasuki kota, walaupun marabahaya masih berlanjut kala Cartagena melakukan pertempuran terbaik di tembok dan di jalan-jalan sempit dan mengusir Romawi. Mago menduduki citadel di barat Cartagena Baru dengan sekitar, mungkin lebih dari, 1.000 pasukan reguler dan serangan balasan nampak dilakukan oleh pasukan tersebut.[61] Scipio bergabung dalam pertarungan untuk pertama kalinya, memasuki Cartagena Baru dengan pasukan besar di bawah komandonya langsung dan bergerak menuju tempat pasar di tengah kota. Sisa pasukan Romawi yang merangseki kota tersebut diperintahkan untuk menjarahnya, yang mereka lakukan dengan antusiasme yang besar. Seluruh prajurit dan warga sipil Cartagena yang melawan dibantai, dan seluruh barang berharga direbut dan dikumpulkan di pasar.[61][57]
Scipio mengirim pasukan dari pasar melawan salah satu perbukitan kota tempat Cartagena bertarung dan secara pribadi memimpin 1.000 pasukan ke citadel, tempat ia menuntut agar Mago menyerah. Mago awalnya menolak. Namun saat menjadi jelas bahwa Romawi merebut kendali kota tersebut, ia menyerahkan citadel dan komandonya.[61] Dengan pengamanan citadel dan pemberontakan pada akhirnya, Scipio menyerukan penghentian penjarahan. Selain dari 1.000 pasukan di citadel dengan Scipio dan orang-orang dalam kemah mereka, Romawi menjalani semalaman di pasar. Keesokan bharinya, beberapa barang jarahan dilelang kepada para pedagang yang selalu menyertai pasukan Romawi. Kegiatan tersebut dan sisa-sisa jarahan dibagi antar pasukan legiun, termasuk orang-orang yang tak terlibat dalam pertikaian, jumlahnya tergantung pada pangkat mereka.[62][63][27]
Kemudian, Scipio juga menghargai orang-orang yang mengabdikan diri mereka sendiri pada penaklukan kota tersebut. Corona civica, mahkota yang diberikan kepada orang pertama yang merangseki tembok, diperebutkan oleh seorang centurion Legiun Keempat, Quintus Trebellius, dan seorang marinir, Sextus Digitius. Usai penyelidikan mendalam, Scipia memberikan mahkota tersebut kepada keduanya.[64]
Penjarahan dan tahanan
suntingSelain barang berharga yang dijarah pada penjarahan tersebut. Romawi merebut sejumlah besar materiel perang. Tindakan bela diri disebutkan oleh para sejarawan modern sebagai "kolosal"[30] atau "secara luas".[59] Ini meliputi 63 kapal dagang, sejumlah besar katapel tempur, sejumlah besar zirah dan senjata pribadi,[59] percetakan uang logam dan harta yang disimpan dengan baik[65] termasuk 600 talent perak.[note 7][67] Persediaan pangan yang besar juga direbut.[67]
Sekitar 10.000 pasukan Cartagena selamat dari pembantaian yang berkaitan dengan penjarahan untuk diambil selaku tahanan. Mereka meliputi 15 anggota Senat Cartagena dan dua anggota dewan dalam Cartagena, Dewan Tiga Puluh.[67][27] Selain itu, lebih dari 300 sandera direbut: para kerabat pemimpin suku Iberia yang bersekutu dengan Cartagena yang diambil agar para kerabat mereka berperilaku baik. Scipio menyatakan bahwa mereka diperlakukan baik, khususnya wanita di kalangan mereka, dan mengembalikan mereka ke rumah-rumah mereka jika suku-suku mereka mengalihkan persekutuan mereka ke Roma. Sejumlah sumber modern menuturkan bahwa mereka semuanya diperkenankan pulang sebagai isyarat kehendak baik.[27][22][65]
Alih-alih memperbudak warga di antara para tahanan, Scipio membebaskan mereka dan keluarga mereka ke rumah-rumah mereka yang dijarah. Non-warga yang lebih malang, yang banyak bekerja sebagai seniman, diperbudak. Mereka meneruskan pengerjaan normal mereka. Selain itu, untuk upaya perang Romawi dan menjanjikan kebebasan mereka saat perang berakhir. Para budak yang ditahan yang kuat dan bugar ditempatkan untuk mengawaki 18 kapal yang direbut, yang diubah untuk keperluan militer. lagi-lagi, mereka menjanjikan kebebasan mereka kala perang terjadi.[27] Untuk ssia perang di Iberia, upaya Romawi banyak didukung sendiri. Pasukan direkrut secara lokal beserta mereka dan Romawi membekali dan menggunakan sumber daya lokal.[68] Scipio memperbaiki ulang benteng kota dan tak lama setelahnya meninggalkan garisun substansial dan menarik sisa pasukannya ke Tarraco.[69][70]
Akibat
suntingPenaklukan Cartagena Baru memberikan kendali kepada Romawi atas nyaris seluruh pesisir Laut Tengah di Iberia dan sangat menghimpun komunikasi antara Cartagena dan pasukan beserta pemimpinnya di Iberia.[22] Sepanjang Cartagena memegang Cartagena Baru, pangkalan-pangkalan Romawi berada di bawah ancaman serangan dan Romawi berupaya untuk menghimpun kendali di Iberia sejauh dari enklave mereka di timur laut yang akan mendapati pasukan Cartagena dari Cartagena Baru mengancam komunikasi mereka. Ancaman tersebut kini terangkat.[71] Ledakan tak diinginkan menyebabkan para panglima Cartagena berbalik jatuh ke pertahanan; terus menerus berselisih di antara diri mereka sendiri, mereka tak membua upaya untuk memadukan pasukan mereka bahkan secara total kala mereka jauh kalah jumlah dengan Romawi.[30]
Pada musim semi 208 SM, Hasdrubal bergerak untuk menghadapi Scipio dalam pertempuran Baecula.[5] Cartagena kalah, namun Hasdrubal dapat menarik sebagian besar pasukannya dan menghindari perlakuan apapun dari Roamwi. kebanyakan kekalahannya terjadi di kalangan sekutu Iberia-nya. Scipio tak mampu mencegah Hasdrubal dari memimpin pasukannya pada perlintasan barat pegunungan Pirenia menuju Gaul. Pada 207 SM, usai perekrutan besar di Gaul, Hasdrubal melintasi Alpen menuju Italia dalam upaya untuk bergabung dengan saudaranya, Hannibal. Namun, ia keburu kalah dalam pertempuran Metaurus.[5][72][73] Pada 206 SM, dalam pertempuran Ilipa, Scipio dengan 48.000 pasukan, separuh Italia dan separuh Iberia, mengalahkan pasukan Cartagena yang terdiri dari 54.500 pasukan dan 32 gajah. Pasukan tersebut menyegel nasib Cartagena di Iberia[5][74] dan kota terakhir yang dipegang oleh Cartagena di semenanjung tersebut, Gades, membelot ke Romawi.[75]
Catatan, kutipan dan sumber
suntingCatatan
sunting- ^ Publius Scipio merupakan putra dari rekan panglima Romawi sebelumnya di Iberia, yang juga bernama Publius Scipio, dan keponakan dari rekan panglima lain, Gnaeus Scipio.[4]
- ^ Hasdrubal adalah adik dari Hannibal Barca, yang memimpin pasukan Cartagena dari Iberia ke Italia Romawi pada 218 SM.[9][10] Pasukan Cartagena berkampanye disana selama delapan tahun sebelumnya dengan kesuksesan menonjol.[11]
- ^ Hasdrubal adalah paman dari Hannibal dan Hasdrubal Barca lewat pernikahan.[23]
- ^ Tak sama dengan Mago yang merupakan adik bungsu Hannibal.[29]
- ^ Sejarawan modern Dexter Hoyos menjelaskan jumlah kecil garisun tersebut sebagai "penghimpunan strategis tak dibenarkan" oleh Hasdrubal Barca, yang sepenuhnya mengkomandoi Iberia untuk orang-orang Cartagena.[30]
- ^ Kala Hannibal menyerbu Saguntum, yang berjarak 350 kilometer (220 mi) dari utara Cartagena Baru, pada 219 SM, pengerahan tersebut menghabiskan waktu delapan bulan untuk merrebutnya.[34]
- ^ 600 talent berbobot sekitar 16.140 kilogram (16 ton panjang) perak.[66]
Kutipan
sunting- ^ Miles 2011, hlm. 220.
- ^ a b Zimmermann 2015, hlm. 291.
- ^ a b Edwell 2015, hlm. 322.
- ^ Miles 2011, hlm. 268, 298–299.
- ^ a b c d Edwell 2015, hlm. 323.
- ^ Carey 2007, hlm. 78.
- ^ Lowe 2000, hlm. 39–40.
- ^ Goldsworthy 2001, hlm. 271.
- ^ Erdkamp 2015, hlm. 71.
- ^ Hoyos 2015, hlm. 107.
- ^ Goldsworthy 2001, hlm. 169–170.
- ^ a b Lazenby 1998, hlm. 134.
- ^ Goldsworthy 2006, hlm. 271–272.
- ^ a b c d Bagnall 1999, hlm. 207.
- ^ Goldsworthy 2006, hlm. 56.
- ^ Sabin 1996, hlm. 64.
- ^ Goldsworthy 2006, hlm. 247, 272.
- ^ Goldsworthy 2004, hlm. 57.
- ^ Goldsworthy 2006, hlm. 247.
- ^ Coarelli 1981, hlm. 73–74.
- ^ Etcheto 2012, hlm. 274–278.
- ^ a b c d Zimmermann 2015, hlm. 292.
- ^ a b c Bagnall 1999, hlm. 147.
- ^ Miles 2011, hlm. 225.
- ^ Bagnall 1999, hlm. 206.
- ^ Bagnall 1999, hlm. 207–208.
- ^ a b c d e Lazenby 1998, hlm. 139.
- ^ a b Lowe 2000, hlm. 41.
- ^ Carey 2007, hlm. 79.
- ^ a b c Hoyos 2003, hlm. 144.
- ^ Lazenby 1998, hlm. 134–135.
- ^ Goldsworthy 2004, hlm. 58, 60.
- ^ a b Goldsworthy 2004, hlm. 58.
- ^ Goldsworthy 2001, hlm. 163.
- ^ Lazenby 1998, hlm. 87.
- ^ Lowe 2000, hlm. 40.
- ^ Goldsworthy 2004, hlm. 59.
- ^ Lazenby 1998, hlm. 135.
- ^ Lazenby 1998, hlm. 135–136.
- ^ a b Goldsworthy 2004, hlm. 61.
- ^ Bagnall 1999, hlm. 208.
- ^ Goldsworthy 2006, hlm. 77.
- ^ a b Goldsworthy 2004, hlm. 61–62.
- ^ Lowe 2000, hlm. 41, 43.
- ^ a b c d e Lazenby 1998, hlm. 138.
- ^ Goldsworthy 2004, hlm. 62–63.
- ^ a b c d Goldsworthy 2006, hlm. 274.
- ^ a b Lowe 2000, hlm. 42.
- ^ Champion 2015, hlm. 96, 98, 102.
- ^ Goldsworthy 2006, hlm. 20–21.
- ^ Miles 2011, hlm. 16, 510.
- ^ Lowe 2000, hlm. 43–44.
- ^ Richardson 2018, hlm. 458–474.
- ^ Lowe 2000, hlm. 43–47, 49.
- ^ Goldsworthy 2004, hlm. 60.
- ^ Carey 2007, hlm. 81.
- ^ a b Carey 2007, hlm. 82.
- ^ Goldsworthy 2004, hlm. 64.
- ^ a b c Bagnall 1999, hlm. 209.
- ^ Lazenby 1998, hlm. 138–139.
- ^ a b c Goldsworthy 2004, hlm. 65.
- ^ Carey 2007, hlm. 82–83.
- ^ Goldsworthy 2004, hlm. 65–66.
- ^ Goldsworthy 2006, hlm. 275–276.
- ^ a b Goldsworthy 2006, hlm. 276.
- ^ Lazenby 1996, hlm. 158.
- ^ a b c Hoyos 2015, hlm. 176.
- ^ Goldsworthy 2004, hlm. 67.
- ^ Bagnall 1999, hlm. 210.
- ^ Carey 2007, hlm. 87.
- ^ Lazenby 1998, hlm. 140.
- ^ Carey 2007, hlm. 86–90.
- ^ Bagnall 1999, hlm. 211.
- ^ Zimmermann 2015, hlm. 293.
- ^ Miles 2011, hlm. 303.
Sumber
sunting- Bagnall, Nigel (1999). The Punic Wars: Rome, Carthage and the Struggle for the Mediterranean. London: Pimlico. ISBN 978-0-7126-6608-4.
- Carey, Brian Todd (2007). Hannibal's Last Battle: Zama & the Fall of Carthage. Barnsley, South Yorkshire: Pen & Sword. ISBN 978-1-84415-635-1.
- Champion, Craige B. (2015) [2011]. "Polybius and the Punic Wars". Dalam Hoyos, Dexter. A Companion to the Punic Wars. Chichester, West Sussex: John Wiley & Sons. hlm. 95–110. ISBN 978-1-1190-2550-4.
- Coarelli, Filippo (1981). "La doppia tradizione sulla morte di Romolo e gli auguracula dell'Arx e del Quirinale". Dalam Pallottino, Massimo. li Etruschi e Roma: atti dell'incontro di studio in onore di Massimo Pallottino (dalam bahasa Italia). Rome: G. Bretschneider. hlm. 173–188. ISBN 978-88-85007-51-2.
- Edwell, Peter (2015) [2011]. "War Abroad: Spain, Sicily, Macedon, Africa". Dalam Hoyos, Dexter. A Companion to the Punic Wars. Chichester, West Sussex: John Wiley & Sons. hlm. 320–338. ISBN 978-1-119-02550-4.
- Erdkamp, Paul (2015) [2011]. "Manpower and Food Supply in the First and Second Punic Wars". Dalam Hoyos, Dexter. A Companion to the Punic Wars. Chichester, West Sussex: John Wiley & Sons. hlm. 58–76. ISBN 978-1-1190-2550-4.
- Etcheto, Henri (2012). Les Scipions. Famille et pouvoir à Rome à l'époque républicaine (dalam bahasa Prancis). Bordeaux: Ausonius Éditions. ISBN 978-2-35613-073-0.
- Goldsworthy, Adrian (2001). Cannae. London: Cassell. ISBN 978-0-304-35714-7.
- Goldsworthy, Adrian (2004) [2003]. In the Name of Rome: The Men Who Won the Roman Empire. London: Phoenix. ISBN 978-0-7538-1789-6.
- Goldsworthy, Adrian (2006) [2000]. The Fall of Carthage: The Punic Wars 265–146 BC. London: Phoenix. ISBN 978-0-304-36642-2.
- Hoyos, Dexter (2003). Hannibal's Dynasty: Power and Politics in the Western Mediterranean, 247–183 BC. London: Routledge. ISBN 978-0-203-41782-9.
- Hoyos, Dexter (2015). Mastering the West: Rome and Carthage at War. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-986010-4.
- Lazenby, John (1996). The First Punic War: A Military History. Stanford, California: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-2673-3.
- Lazenby, John (1998). Hannibal's War: A Military History of the Second Punic War. Warminster: Aris & Phillips. ISBN 978-0-85668-080-9.
- Lowe, Benedict J. (2000). "Polybius 10.10.12 and the Existence of Salt-Flats at Carthago Nova". Phoenix. Classical Association of Canada. 54 (1/2 (Spring - Summer)): 39–52. doi:10.2307/1089089. JSTOR 1089089.
- Miles, Richard (2011). Carthage Must be Destroyed. London: Penguin. ISBN 978-0-14-101809-6.
- Richardson, J H (2018). "P Cornelius Scipio and the Capture of New Carthage: The Tide, the Wind, and Other Fantasies". Classical Quarterly. 68 (2): 458–474. doi:10.1017/S0009838818000368. ISSN 0009-8388.
- Sabin, Philip (1996). "The Mechanics of Battle in the Second Punic War". Bulletin of the Institute of Classical Studies. Supplement. 67 (67): 59–79. JSTOR 43767903.
- Zimmermann, Klaus (2015) [2011]. "Roman Strategy and Aims in the Second Punic War". Dalam Hoyos, Dexter. A Companion to the Punic Wars. Chichester, West Sussex: John Wiley & Sons. hlm. 280–298. ISBN 978-1-1190-2550-4.