Perang di Samarinda
Gaya atau nada penulisan artikel ini tidak mengikuti gaya dan nada penulisan ensiklopedis yang diberlakukan di Wikipedia. |
Netralitas artikel ini dipertanyakan. |
Perang di Samarinda adalah sebuah buku genre sejarah karya Muhammad Sarip yang diterbitkan pada 2022. Muhammad Sarip merupakan sejarawan publik yang menulis lebih dari sepuluh judul buku sejarah lokal Kalimantan Timur. Buku ini berjudul lengkap Perang di Samarinda: Sejarah Perjuangan Indonesia Merdeka di Ibu Kota Kalimantan Timur 1945–1949. Kata pengantar diberikan oleh Myrna A Safitri, tokoh intelektual dari Kalimantan Timur. Pada acara peluncurannya, buku ini dibedah oleh Nanda Puspita Sheilla, seorang pegiat literasi dari Samarinda.[1]
Pengarang | Muhammad Sarip |
---|---|
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Genre | Sejarah |
Diterbitkan | RV Pustaka Horizon |
Tanggal terbit | 6 Juni 2023 |
Halaman | x + 106 |
ISBN | ISBN 978-623-6805-60-2 |
Situs web | https://www.pustakahorizon.com/2023/06/perang-di-samarinda-sejarah-perjuangan.html |
Rilis buku
suntingBuku Perang di Samarinda diluncurkan pada 4 Oktober 2022 di Aula Perpustakaan Kota Samarinda. Kegiatan rilis buku menampilkan empat narasumber, yaitu Nanda Puspita Sheilla, Rusmadi Wongso, Inui Nurhikmah, dan penulisnya sendiri. Acara diskusi yang difasilitasi oleh Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kota Samarinda ini dipandu oleh jurnalis yang bernama Salasmita.[2]
Nanda Puspita Sheilla merupakan pegiat literasi dari Samarinda sekaligus profesional muda yang berdomisili di Jakarta, yang kemudian bersama Muhammad Sarip berkolaborasi menulis buku Historipedia Kalimantan Timur.[3] Rusmadi Wongso merupakan Ketua Pengurus Daerah GPMB Kota Samarinda sekaligus Wakil Wali Kota Samarinda. Adapun Inui Nurhikmah merupakan pustakawan dan pengarang.[4]
Buku berukuran 14,5 X 21 cm ini tersedia di sejumlah perpustakaan lokal dan mancanegara, seperti Perpustakaan Nasional Australia di Canberra[5] dan Perpustakaan Kongres Amerika Serikat di Washington.[6]
Isi buku
suntingBuku ini mendudukkan perkara bahwa tidak sedikit orang yang menyangka bahwa Proklamasi 17 Agustus 1945 otomatis menjadikan seluruh wilayah Indonesia merdeka secara penuh. Sebagian orang mengira, sejak siaran Proklamasi Sukarno-Hatta itu penjajahan lenyap dari Kepulauan Nusantara. Realitanya, hanya tentara Jepang yang pergi dari Indonesia. Sementara Belanda kembali menduduki wilayah yang tiga tahun sebelumnya direbut oleh Jepang. Sejak 1945 hingga 1949 militer Belanda bercokol di Indonesia dan pemerintahan NICA berkuasa. Namun, rakyat Nusantara melawan, termasuk di Samarinda. Masyarakat di pusat birokrasi Kalimantan Timur juga menentang Belanda. Buku ini mendeskripsikan sejarahnya.[7]
Perjuangan Indonesia Merdeka di Samarinda itu merupakan proses yang holistis. Perjuangan tidak semata dengan gerakan bersenjata api dan bersenjata tajam, tetapi juga sinergi lintas elemen dengan taktik politik, pendidikan, media pers, tulisan, dan sektor lainnya.[8]
Tanggapan
suntingNanda Puspita Sheilla mengungkapkan, dirinya antusias membaca karya sejarah bertema Samarinda karena ia mengaku tidak mendapatkan pengetahuan sejarah lokal di bangku sekolah. Sebagai orang yang lahir di Samarinda dari orang tua yang juga warga Samarinda, ia merasa perlu mengetahui sejarah Kota Samarinda. Buku Perang di Samarinda ini selesai dibacanya dalam sehari. Dikatakannya, ketika Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tidak seluruh wilayah Indonesia yang merdeka. Hanya tentara Jepang yang pergi dari Indonesia. Sedangkan Belanda kembali menduduki wilayah Nusantara, termasuk juga di Samarinda.[1]
Rusmadi Wongso mengemukakan, di Samarinda sejarah autentik perjuangan warga dapat dilihat dengan berdirinya empat Tugu Palagan. Keempat tugu palagan itu terdapat di Sambutan, Solong, Teluk Lerong dan Bukit Pinang yang menandakan bahwa terdapat perjuangan rakyat Samarinda melawan agresi penjajah. Perjuangan yang dilakukan ini tidak hanya sebatas perlawanan dengan baku tembak secara fisik saja, tetapi juga perjuangan secara diplomasi politik. Rusmadi mengungkapkan pula peran tokoh-tokoh pers di Samarinda yang membangkitkan semangat patriotisme warga Samarinda.[9]
Inui Nurhikmah selaku pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda menilai, buku yang menjadi bahan diskusi tentang sejarah perlawanan rakyat Samarinda dalam menentang penjajahan pada waktu itu memberikan gambaran bahwa rakyat Samarinda pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945 menolak kembalinya Belanda untuk melanjutkan penjajahannya. Dikatakannya, informasi data yang diambil sebagai dasar bagi penulisan buku tersebut sebagian besar dikumpulkan oleh penulis dari sumber-sumber pustaka tentang sejarah Kalimantan Timur. Data yang dikumpulkan terkhusus sejarah tentang perjuangan di Samarinda. Pengumpulan informasinya pun dilakukan dalam waktu bertahun-tahun.[4]
Myrna A Safitri dalam kata pengantarnya pada buku menyatakan, Sebagai urang Samarinda, ia menyambut baik dan mengapresiasi penerbitan buku ini. Kata pengantar yang ia tulis untuk buku ini merupakan bentuk dukungan atas kegiatan literasi sejarah lokal yang dilakukan sesuai metode historiografi.[7]
Referensi
sunting- ^ a b Nevrianto (4 Oktober 2022). "Diskusi Buku Perang di Samarinda Libatkan Publik Jadi Pembicara". Tribun Kaltim. Diakses tanggal 7 Januari 2025.
- ^ "GPMB Gelar Diskusi Buku Perang di Samarinda di Perpustakaan Samarinda". Swara Kaltim. 27 September 2023. Diakses tanggal 7 Januari 2025.
- ^ "UNMUL Bersama GPMB Kota Samarinda Gelar Launching dan Bedah Buku Historipedia Kalimantan Timur: Dari Kudungga, Samarinda hingga Ibu Kota Nusantara". Unmul.ac.id. 23 Januari 2024. Diakses tanggal 18 Desember 2024.
- ^ a b Yokominarno, Himawan (4 Oktober 2023). "Pentingnya Autentikasi dalam Penulisan Sejarah". Berita Borneo. Diakses tanggal 7 Januari 2025.
- ^ "Perang di Samarinda: sejarah perjuangan Indonesia merdeka di ibu kota Kalimantan Timur, 1945-1949 / Muhammad Sarip". National Library of Australia. Diakses tanggal 7 Januari 2025.
- ^ "Perang di Samarinda: sejarah perjuangan Indonesia merdeka di ibu kota Kalimantan Timur". Library of Congress. Diakses tanggal 7 Januari 2025.
- ^ a b "Perang di Samarinda: Sejarah Perjuangan Indonesia Merdeka di Ibu Kota Kalimantan Timur 1945–1949". Pustaka Horizon. 6 Juni 2023. Diakses tanggal 7 Januari 2025.
- ^ "Diskusikan Buku "Perang Di Samarinda" Tumbuhkan Literasi Kedaerahan". Times Kaltim. 7 Oktober 2023. Diakses tanggal 7 Januari 2025.
- ^ Yokominarno, Himawan (4 Oktober 2023). "Wawali Samarinda Ingatkan untuk Tidak Lupakan Sejarah". Berita Borneo. Diakses tanggal 7 Januari 2025.