Penentuan Agenda Terbalik


Penentuan agenda terbalik atau dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai reversed agenda setting adalah sebuah konsep yang diperkenalkan peneliti asal Korea Selatan bernama Kim Seong Tae dan Lee Young Hwan pada tahun 2006. Konsep ini berisikan pembahasan yang melibatkan agenda oleh media berita dengan agenda khalayak di era internet pada masa penggunaan media baru yang digunakan untuk berkomunikasi, seperti media sosial. Reversed agenda setting mempunyai asumsi bahwasannya pengangkatan isu yang dianggap penting dalam agenda pemberitaan oleh media saat ini tidak lagi mutlak berasal dari kekuatan media sebagai penentu tunggal, melainkan ada andil individu-individu di ruang internet (netizen) dengan kiriman opini-opininya yang termasuk ke dalam daftar perbincangan populer (trending topic) di internet.[1]

Dinamika Teori Penentuan Agenda dan Konsep Penentuan Agenda Terbalik

sunting

Di masa media berita konvensional, seperti surat kabar, radio, dan televisi, hubungan antara agenda media dengan agenda khalayak dapat digambarkan dengan sebuah teori yang disebut sebagai teori penentuan agenda (agenda-setting). Teori penentuan agenda menyebutkan, media berita dipandang memiliki kekuatan terbesar dan sebagai pihak tunggal dalam menentukan isu-isu yang dipandang penting dan tentunya bermaksud mempengaruhi kesadaran dan perhatian publik sehingga menghasilkan agenda publik yang selaras dengan isu yang dianggap penting oleh media.[2] Sementara itu, era komunikasi kini telah beralih dari masa konvensional kepada hal-hal yang terhubung ke internet seperti portal berita dan media sosial membuat teori penentuan agenda yang dicetuskan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw pada tahun 1972 dinilai mengalami pergeseran dan kurang tepat untuk menjelaskan hubungan antara agenda media dan agenda khalayak di ruang internet. Di masa sebelum internet hadir dan berkembang, redaksi media dipandang sebagai penjaga gawang (gatekeeper) bagi medianya namun, saat ini redaksi media berubah menjadi pemantau (gatewatching). Hal ini disebabkan, internet membuat khalayak menjadi subjek aktif dalam proses komunikasi dan menyediakan wadah untuk memproduksi informasi sehingga arus informasi tidak bisa dihalangi. Redaksi saat ini cenderung 'menonton' apa yang menjadi pembahasan populer oleh pengguna internet seperti di media sosial dan tidak ingin di cap tertinggal ketika tidak mengikutsertakan isu populer di ruang internet menjadi bagian dari agenda berita mereka.[3] Singkatnya kondisi penentuan agenda terbalik ini memperlihatkan bagaimana agenda media dibentuk tidak hanya berisikan isu-isu yang dipandang penting oleh media melalui ruang redaksi saja, tetapi pembentukan agenda media dilakukan secara dinamis dan berkolaborasi dengan khalayak, yaitu opini netizen di dalam ruang internet.[4]

Tahapan Penentuan Agenda Terbalik

sunting
  1. Agenda Ripping, Pengguna internet mengungkapkan opini-opini yang dimilikinya melalui bermacam media yang terhubung dengan internet. Opini bisa terdiri dari beragam bentuk, seperti kiriman di media sosial twitter dan facebook, opini dalam bentuk meme, dan publikasi artikel di laman blog pribadi atau forum diskusi internet lainnya, seperti Kaskus.
  2. Tanggapan pengguna lain, opini yang telah diterbitkan netizen di ruang internet itu kemudian ditanggapi pengguna lainnya dalam bentuk komentar, disukai, di-retweet, dan disebarkan ulang di media sosial lainnya sehingga menjadi topik bahasan populer bagi banyak pengguna internet.
  3. Difusi antar media dengan karakter yang berbeda, tahapan ini dilihat pada penyebaran bahan diskusi topik populer antar media berita yang karakteristiknya berbeda, seperti dari media siber ke media konvensional. Media konvensional, seperti koran, televisi, dan radio ikut andil mengangkat topik bahasan yang tengah populer di kalangan pengguna internet dan menjadi agenda dominan baik bagi media maupun bagi publik.[4]

Ilustrasi Penentuan Agenda Terbalik

sunting

Penggambaran penentuan agenda terbalik di sini diambil dari 10 isu populer yang diteliti oleh Ying Jiang. Jiang menelusuri isu-isu populer di Cina yang terjadi selama tahun 2012 pada media sosial Sina Weibo untuk melihat bagaimana penentuan agenda terbalik bekerja. Salah satu kasusnya mengenai perdebatan ujian untuk masuk perguruan tinggi (National College Entrance Examination / NCEE) bagi para pekerja migran di Cina. Topik ini pertama kali dipublikasikan oleh Zhan Hai Te pada mikroblogging media sosial Cina, yaitu Sina Weibo pada tanggal 25 Oktober 2012. Kiriman Zhan Hai Te berisikan pernyataan bahwa, pekerja migran memiliki hak yang sama untuk bisa ikut serta dalam ujian masuk perguruan tinggi. Kiriman Zhan Hai Te tersebut kemudian mengundang berbagai tanggapan dari netizen Sina Weibo sehingga isu tersebut masuk ke dalam jajaran topik populer (trending topic) dan menjadi bahasan banyak orang. Keramaian atas pembicaraan isu tersebut membuat China Central Television (CCTV) yang merupakan televisi milik pemerintah Cina ikut serta mengangkat isu tersebut seminggu setelah kiriman dipublikasikan di Sina Weibo. Akhirnya isu yang dikirimkan oleh Zen Hai Te tersebut memunculkan agenda kebijakan setelah diangkat oleh media berita, Komite Pendidikan Beijing kemudian menjadikan isu tersebut sebagai perhatian pembahasan isu tersebut pada 30 Desember 2012. Kasus ini mengilustrasikan bagaimana sebuah isu populer (trending topic) di Sina Weibo oleh pengguna internet (netizen) dapat menentukan agenda media.[4]

Referensi

sunting
  1. ^ Jiang, Ying (2014). "'Reversed Agenda-Setting Effects' in China Case Studies of Weibo Trending Topics and Effects on State-Owned Media in China". The Journal of International Communication. 20 (2): 168–183. doi:https://doi.org/10.1080/13216597.2014.908785 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  2. ^ Tamburaka, Apriadi (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 22. ISBN 978-979-769-417-3. 
  3. ^ Prabowo & Irwansyah, Maybi (2016). "Trending Topics Vs Agenda-Setting: Pengaruh Trending Topics Politik sebagai Reversed Agenda-Setting dan Haluan Politik Pemilik Terhadap Berita Politik di Televisi". Jurnal Komunikasi Indonesia. V (1): 5–15. doi:https://doi.org/10.7454/jki.v5i1.8895 Periksa nilai |doi= (bantuan). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-18. Diakses tanggal 2021-10-21. 
  4. ^ a b c Eriyanto (2018). MEDIA DAN OPINI PUBLIK: Bagaimana Media Menciptakan Isu (Agenda Setting), Melakukan Pembingkaian (Framing), dan Mengarahkan Pandangan Publik (Priming). Depok: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 215–237. ISBN 978-602-425-442-1.