Krisis Thailand Selatan

Krisis Thailand Selatan adalah konflik sengit yang terjadi di beberapa provinsi Thailand Selatan. Berawal pada tahun 1960 sebagai pemberontakan etnis separatis dalam sejarah Wilayah Melayu Patani, terdiri dari empat provinsi paling selatan Thailand, namun telah menjadi lebih kompleks dan semakin sengit sejak tahun 2001.

Pemberontakan Thailand Selatan
Bagian dari Perang Melawan Teror

Peta provinsi selatan Thailand yang menunjukkan wilayah mayoritas Muslim Melayu
Tanggal4 Januari 2004[1]sekarang
(20 tahun, 10 bulan dan 5 hari)
LokasiThailand Selatan (4 provinsi[2]Songkhla, Pattani, Yala dan Narathiwat)
Status Sedang berlangsung
Pihak terlibat

 Thailand

Pendukung :
 Amerika Serikat
(Dukungan Intelijen)
 Rusia
(Dukungan Intelijen)
 Australia
(Dukungan Intelijen)
 Selandia Baru
 Kanada
 Indonesia
 Malaysia
Qatar Qatar
 Bahrain
 Turki
 Jerman

Barisan Revolusi Nasional
Gerakan Mujahidin Islam Patani (GMIP)
Barisan Bersatu Mujahidin Patani (BBMP)
Barisan Nasional Pembebasan Patani (BIPP)
Organisasi Pembebasan Patani Bersatu (PULO)
Jemaah Islamiyah (JI)
Pendukung :
 Afganistan
 Kuba
 Pakistan
 Venezuela


 Negara Islam Irak dan Syam

Kartel narkoba


Bajak laut
Tokoh dan pemimpin
Sekarang :
Thailand Vajiralongkorn
Thailand Srettha Thavisin
Thailand Prayuth Chan-ocha
Thailand Sutin Klungsang
Thailand Charoenchai Hinthao
Thailand Alongkorn Wannarot
Wan Kadir Che Wan
Abdullah Sungkar
Kabir Abdul Rahman
Hassan Taib

Mayaki Yako Xaysana Kaewpimpa


Sahachai Jiansermsin
Kekuatan
60,000 Tentara 10,000–30,000 Militan Tidak Diketahui
Korban
499 tentara dan 312 polisi tewas[3] 1.600 tewas[3] Tidak Diketahui
Jumlah korban: 5,352 terbunuh dan 9,965 terluka[3]

Mantan Kesultanan Patani, yang terdiri dari provinsi Thailand selatan Pattani (Patani), Yala (Jala), Narathiwat (Menara) juga dikenal sebagai tiga Provinsi Perbatasan Selatan (PPS)[4] serta wilayah bagian tetangga provinsi Songkhla (Singgora), dan bagian timur laut Malaysia (Kelantan), ditaklukkan oleh Kerajaan Siam pada tahun 1785, kecuali Kelantan, daerah tersebut telah diatur oleh Thailand sejak itu.

Meskipun tingkat kekerasan separatis rendah terjadi di wilayah tersebut selama beberapa dekade, operasi militer meningkat setelah tahun 2001, dengan lonjakan baru pada tahun 2004, yang kadang-kadang meluas ke provinsi-provinsi lain.[5] Di luar daerah, insiden yang dituduhkan pada gerilyawan selatan sudah terjadi di Bangkok dan Phuket.[6]

Junta Militer mengklaim bahwa perlawanan ini didanai oleh restoran sup Tom Yam Kung di Malaysia.[7] Pemerintah Malaysia menyebut klaim ini "tidak beralasan," dan "sangat imajinatif."[8]

Lebih dari 6.000 orang telah tewas dan lebih dari 10.000 telah terluka antara tahun 2004 sampai 2014 dalam pemberontakan separatis etnis sebelumnya, yang saat ini telah diambil alih oleh Jihadis garis keras dan mereka diadu dengan kedua minoritas Thai beragama Buddha dan Muslim setempat yang memiliki pendekatan moderat atau yang mendukung pemerintah Thailand.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama C&TST
  2. ^ th:ความไม่สงบในชายแดนภาคใต้ของประเทศไทย
  3. ^ a b c "ทบ.แถลงครบรอบ 10 ปีไฟใต้ ตายกว่า 5 พันเจ็บนับหมื่น". Dailynews. Diakses tanggal 14 October 2014. 
  4. ^ "South Thailand Security Report – July 2014". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-17. Diakses tanggal 2014-11-05. 
  5. ^ "Police say bomb at soccer match in southern Thailand wounds 14 officers". International Herald Tribune. 2009-03-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-18. Diakses tanggal 2011-11-03. 
  6. ^ "27 wounded as 3 blasts hit Songkhla tourist area". Bangkok Post. Diakses tanggal 14 October 2014. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ The Nation, Tam Yam Kung networks in Malaysia finance insurgents: PM Diarsipkan 2007-09-30 di Wayback Machine., 21 November 2006
  8. ^ The Nation, Not all Tom Yam Kung restaurants fund insurgency: Interior Diarsipkan 2007-09-30 di Wayback Machine., 22 November 2006

Bacaan lebih lanjut

sunting
  • Abuza, Zachary, Militant Islam in Southeast Asia (2003) Lynne Rienner.
  • Peter Chalk (2008). The Malay-Muslim Insurgency in Southern Thailand: Understanding the Conflict's Evolving Dynamic. RAND National Defence Research Institute. ISBN 9780833045348. 
  • Duncan McCargo (2008). Tearing Apart the Land: Islam and Legitimacy in Southern Thailand. Cornell University Press. ISBN 978-0-8014-7499-6. 
  • Duncan McCargo (2012). Mapping National Anxieties: Thailand’s Southern Conflict. NIAS Press. 
  • Rohan Gunaratna; Arabinda Acharya (2013). Terrorist Threat from Thailand: Jihad or Quest for Justice?. Potomac Books. ISBN 978-1597972024. 
  • Thitinan Pongsudhirak (2007). The Malay-Muslim insurgency in Southern Thailand. A Handbook of Terrorism and Insurgency in Southeast Asia. Edward Elgar Publishing. ISBN 978-1-84720-718-0. 
  • David K Wyatt, Thailand: A Short History (Yale University Press, 2003)
  • Pasuk Phongpaichit and Chris Baker, Thaksin: The Business of Politics in Thailand (Silkworm Books, 2004)
  • Nirmal Ghosh, "Mystery group runs insurgency in Thai south," Straits Times, 25 Juli 2005
  • "Tak Bai victims and relatives file lawsuits" The Bangkok Post, 23 Oktober 2005

Pranala luar

sunting