Pasukan Tulungan adalah suatu pasukan bantuan (Belanda: Hulptroepen, Melayu Manado: Tulung = tolong, bantu) yang terdiri dari orang-orang Minahasa, yang dibentuk untuk membantu pasukan kolonial Hindia Belanda (pasukan KNIL) dalam berbagai peperangannya.[1] Pasukan ini merupakan sebuah kontrak kesepakatan antara pihak Minahasa yang diwakili Abraham Dotulong dan J. Kawilarang dan Belanda pada tanggal 23 Desember 1827. Dalam kontrak, pasukan ini disediakan sebanyak 1.421 personil. Dalam bahasa Belanda, pasukan Tulungan disebut Hulptroepen, atau juga lebih dikenal dengan sebutan Serdadu Manado.[2]

Majoor Datulong, pemimpin Pasukan Tulungan.

Sejarah

sunting

Pada Perang Tondano (1808-1809) sebelumnya, perlawanan terakhir masyarakat Minahasa di Benteng Moraya yang menolak mengirimkan pasukan kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda, telah berhasil dikalahkan.[3][4] Dengan demikian berubahlah status para pemimpin Minahasa, dari berkekuasaan mandiri menjadi di bawah perintah pemerintah kolonial Hindia Belanda.[4]

Selanjutnya, Pasukan Tulungan kemudian dibentuk atas permintaan Residen Manado Daniel Francois Willem Pietermaat kepada para pemimpin Minahasa, untuk membantu pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam peperangan di Jawa.[4][5]

Pasukan Tulungan tersebut lalu menjadi bagian dari pasukan-pasukan kolonial Hindia Belanda lainnya, yang diterjunkan untuk melawan Pangeran Diponegoro dan para sekutunya.[1][6] Sejak saat itu, pemerintah kolonial Hindia Belanda memberikan gelar Majoor untuk para kepala distrik (walak) Minahasa yang memimpin pasukan bantuan, dan sesudahnya gelar tersebut menjadi gelar kehormatan.[7]

Salah satu tokoh terkenal pasukan ini adalah Groot Majoor Tololiu Hermanus Willem Dotulong, yang merupakan memimpin tertinggi Pasukan Tulungan pada Perang Jawa (1825-1830).[1][5][6] Ia berasal dari daerah Sonder dan lahir di Kema pada tanggal 12 Januari 1795. Ketika memimpin pasukan usianya baru menginjak 34 tahun. Selain itu, ia adalah keponakan dari kepala walak atau distrik Tonsea yang selalu membantu Belanda dalam menghadapi Perang Tondano.[2] Tokoh-tokoh pemimpin pasukan lainnya antara lain Majoor Hendrik Werias Supit, Tondano Kapitein Benyamin Thomas Sigar (alias Tawalijn Sigar), Langowan, [5] Kapitein Johanis Inkiriwang (Kakas), Kapitein Daniel Rotinsulu (Tonsea), Kapitein Sondag Saul Palar (Sonder), Kapitein Mandagi (Sarongsong - Tomohon), Kapitein Mangangantung (Tomohon), Lao Runtuwene (Rumoong).

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Matanasi, Petrik (2015-11-01). RMS; Republik Militer (Para) Sersan. Indie Book Corner. ISBN 9786023091140. 
  2. ^ a b "Jasa Dotulong & Pasukan Tulungan untuk Belanda Selama Perang Jawa". tirto.id. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  3. ^ Lasut, Tommy A. "Sejarah Perang Tondano, kisah heroik warga Minahasa melawan Belanda | merdeka.com". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-08-04. 
  4. ^ a b c Wenas, Jessy (2007). Sejarah dan kebudayaan Minahasa. Institut Seni Budaya Sulawesi Utara. 
  5. ^ a b c Express, Redaksi Manado. "Berita Manado Express - Ini Silsilah Minahasa Prabowo" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-04. Diakses tanggal 2017-08-04. 
  6. ^ a b Matanasi, Petrik (2015-11-01). Tukang Becak Jadi Mayor TNI: Kisah Mayor Abdullah, Pahlawan 10 November yang Terlupakan. Penerbit Garudhawaca. ISBN 9786027949621. 
  7. ^ Adam, L. (1975). Pemerintahan di Minahasa. Bhratara.