Makanan pokok

makanan yang dimakan rutin dan dianggap porsi dominan dari makanan utama
(Dialihkan dari Pangan pokok)

Makanan pokok adalah makanan yang dikonsumsi dalam porsi yang banyak, menjadi sumber karbohidrat, memiliki rasa yang netral, mengenyangkan, dan didapatkan dari hasil alam daerah setempat.[2] Selain memiliki kandungan karbohidrat, makanan pokok juga merupakan makanan yang biasa dikonsumsi dan menjadi budaya makan di berbagai etnik.[3] Di Indonesia, nasi merupakan salah satu makanan pokok bagi masyarakatnya. Nasi sudah menjadi budaya makan bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, nasi putih mengandung sumber energi yang baik untuk tubuh.[4] Jenis makanan pokok di setiap daerah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan tempat dan budaya di tempat tersebut. Selain nasi, makanan pokok yang ada di Indonesia di antaranya: jagung, kentang, labu kuning, pisang, sagu, singkong, ubi jalar, dan sukun.[5]

Nasi putih merupakan makanan pokok orang Indonesia. Nasi putih bisa dicerna oleh tubuh dengan cepat. Setelah itu mampu berubah menjadi gula, yang berdampak bisa menjadi sumber energi dalam waktu yang relatif pendek.[1]

Penyebaran

sunting

Di Benua Amerika, penduduknya menjadikan jagung sebagai salah satu makanan pokok sehari-hari. Jagung dapat dengan mudah ditemukan di Amerika Serikat. Penyebaran jagung sebenarnya datang dari Amerika Tengah. Karena jumlah jagung melimpah di Amerika Serikat, menjadikan negara tersebut sebagai produsen dan pengekspor jagung terbesar. Lebih dari 90 juta hektar tanah digunakan untuk menanam jagung. Gandum merupakan bahan utama untuk makanan pokok bagi penduduk di Timur Tengah. Gandum biasanya diolah menjadi tepung, yang kemudian digunakan untuk membuat roti, mie pasta, biskuit, dan makanan umum lainnya. Cina dan India menggunakan gandum sebesar 31% dari produksi gandum global pada 2019, disusul oleh Rusia, Amerika Serikat, dan Prancis.[6] Beras merupakan makanan pokok di Asia. Hal ini dibuktikan dengan catatan dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang menyebutkan bahwa penduduk di Asia menjadi konsumen tertinggi beras. Di tahun 2018-2020, jumlah konsumsi beras di Asia mencapai 77,2 kg per orang dalam satu tahun. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya petani yang berada di Asia, yang juga memproduksi beras sekitar 90% dari produksi beras dunia.[7]

Pengelompokkan

sunting

Nabati

sunting

Makanan pokok yang berasal dari pangan nabati dihasilkan dari tumbuhan yang bisa dikonsumsi oleh manusia. Pangan nabati ini dapat dikonsumsi setelah melalui proses pengolahan, atau bisa juga dikonsumsi secara langsung. Bahan pangan produk nabati mengandung berbagai gizi yang diperlukan bagi tubuh manusia, seperti vitamin, mineral, serat, karbohidrat, kalsium, zat besi, dan protein.[8] Di Indonesia, pengelompokkan bahan pokok yang berasal dari bahan nabati telah diatur dalam Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2010-2014. Pangan nabati terbagi atas beras, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, sayuran, buah-buahan, minyak goreng, dan gula putih.[9]

Hewani

sunting

Makanan pokok yang berasal dari pangan hewani merupakan makanan pokok yang berasal dari ternak, unggas, dan ikan. Makanan pokok jenis hewani dapat digolongkan dalam empat besar kelompok yakni: daging, telur, susu, dan ikan.[10]

Kandungan gizi

sunting

Gizi merupakan zat yang ada dalam makanan pokok yang dibutuhkan untuk tubuh yang berfungsi dalam pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang di dalamnya terdapat kandungan zat gizi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.[11]

Tabel Kandungan Gizi Makanan Pokok[9]
No. Komponen Energi Lemak Vitamin Karbohidrat Protein
Jenis Nabati
1. Beras 357 kkal 1.70 g Vitamin A, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B3, dan Vitamin C 77.10 g 8.40 g
2. Jagung 177 kkal 2,1 g Vitamin C, Vitamin B1, Vitamin B9 41 g 5.4 g
3. Kedelai 173 kkal 5 g Vitamin A 13-14 g 10 g
4. Kacang Tanah 452 kkal 42.8 g Vitamin B1, Vitamin C 21.10 g 25.3 g
5. Ubi Kayu 160 kkal 0.28 g Vitamin B9, Vitamin C, Vitamin K 38.06 g 1.36 g
6. Ubi Jalar 76 kkal 0.14 g Vitamin C 17.7 g 1.37 g
Jenis Hewani
7. Daging sapi 250 kkal 15 g Vitamin B6, Vitamin B12, Vitamin D - 26 g
8. Daging kambing 143 kkal 21 g Vitamin B1 - 16.6 g
9. Telur 77 kkal 5,3 g Vitamin A, Vitamin B, Vitamin B12, Vitamin B5 0.6 g 6.3 g
10. Susu 149 kkal 7.9 g Vitamin D - 7.7 g
11. Ikan 168 kkal 0.6 g Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B3, Vitamin B6, Vitamin B12 0.2 g 38.2 g

Pengaruh produksi

sunting

Beberapa hal yang memengaruhi produksi makanan pokok yang berbeda-beda yaitu hasil alam, atau pengaruh geografi yang berdampak terhadap pola konsumsi penduduk di suatu negara.[12] Pola konsumsi tersebut dipengaruhi oleh genetika. Lidah manusia mampu menangkap rasa manis, asin, pahit, asam, dan umami. Variasi DNA tersebut berpengaruh terhadap komposisi rasa. Budaya makan juga berpengaruh terhadap pola konsumsi dari suatu masyarakat, yang berdampak terhadap pengaruh produksi makanan pokok. Hal terakhir, yang memengaruhi produksi makanan pokok yaitu lingkungan suatu negara terhadap penggunaan bahan makanan.[13]

Contoh

sunting

Makanan pokok di berbagai daerah memiliki variasinya masing-masing. Sumber makanan yang tersedia di daerah tersebut berbeda-beda. Ada lebih dari 50.000 tanaman yang dapat dimakan di dunia, tetapi hanya 15 di antaranya yang menyediakan 90% asupan energi makanan dunia.[14]

Jagung

sunting
 
Selain di Indonesia, jagung merupakan makanan pokok di negara Meksiko. Berdasarkan perjalanan sejarah, masyarakat Meksiko sudah menjadikan jagung sebagai makanan pokok sejak 10.000 tahun yang lalu. Seiring dengan kemajuan perdagangan internasional, jagung mulai dikenal ke berbagai benua, seperti Afrika, Eropa, dan Amerika Serikat. Cara pengolahannya bisa dimakan secara utuh, ada yang dijadikan bahan dalam pembuatan tepung, hingga diolah menjadi bahan pemanis untuk sirop.[15]

Jagung merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Madura dan Nusa Tenggara Timur. Jagung adalah salah satu tanaman yang mengandung karbohidrat yang tinggi selain padi dan gandum.[16] Di dalam bulir jagung terdapat 80% karbohidrat dari keseluruhan bulir kering. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kandungan karbohidrat yang terdapat di dalam beras. Di dalam setiap 100 gram jagung, terdapat 361-366 kalori. Jumlah serat dan karoten yang terdapat dalam jagung, lebih banyak dibandingkan dengan beras. Zat karoten berfungsi untuk pembentukan vitamin A.[17] Proses pengolahan jagung menjadi makanan pokok relatif mudah. Salah satu contohnya yaitu beras jagung. Beras jagung bisa dimanfaatkan sebagai makanan pokok selain beras. Selain itu, jagung juga termasuk dalam proyek pengembangan diversifikasi pangan.[18] Di Nusa Tenggara Timur, jagung diolah menjadi produk pangan yang bisa dikonsumsi dalam bentuk jagung basah dengan kulit, jagung kering dengan kulit, dan jagung pipilan.[19] Jagung bisa tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi, dan dengan kondisi lahan sawah atau lahan tegalan. Suhu yang bagus untuk budidaya jagung sekitar 21-34 °C, dengan ketinggian tanah sekitar 1000-1800 mdpl, dan ketinggian maksimum sekitar 50-600 mdpl. Setiap bulannya jagung memerlukan air sekitar 100–140 mm untuk perawatannya.[20]

Kentang

sunting

Kentang merupakan makanan pokok yang berasal dari jenis umbi-umbian. Kentang sudah menyebar di benua Amerika dari 10.000 tahun yang lalu di Pegunungan Andes. Dahulu kentang hanya tumbuh secara liar yang dibudidayakan, dan berkembang menjadi makanan pokok di dunia. Setelah itu, kentang mulai menyebar ke Benua Eropa di abad ke-16, yang disebarkan oleh orang Spanyol karena perdagangan. Pusat keanekaragaman genetik dari kentang ada di Amerika Latin tepatnya di Pegunungan Andes, di Peru, dan di Bolivia. Akibat perdagangan yang dibawa oleh orang Spanyol, kentang menyebar lagi keberadaanya ke Inggris, lalu Asia, dan Afrika. Kentang mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1794 di Cimahi, Bandung. Penanaman kentang ini dipengaruhi oleh bangsa Belanda ketika menjajah Indonesia. Hal ini dilakukan oleh Belanda karena mengalami kesulitan dalam stok impor dari Eropa. Kini kentang sudah bisa ditemuai di daerah-daerah Indonesia, terutama di dataran tinggi.[21] Sebagai makanan pokok, kentang memiliki manfaat bagi tubuh manusia. Manfaat tersebut di antaranya: menjadi sumber energi, sistem pencernaan menjadi lancar, baik untuk ibu hamil. Namun, tetap harus memperhatikan takaran dalam mengkonsumsi kentang. Contohnya, dalam kentang hijau bagi ibu hamil bisa menyebabkan keracunan. Selain itu, ketika hamil juga harus menghindari kentang yang diolah dengan cara digoreng dan dipanggang. Hal tersebut akan mengakibatkan gestasional atau kenaikan berat badan yang kurang sehat.[22] Kandungan karbohidrat yang terdapat dalam kentang, jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan biji serealia di dalam jenis umbi lainnya. Selain itu, asam amino yang terdapat di dalam kentang seimbang dan baik untuk tubuh. Asam amino yang terdapat dalam kentang di antaranya: leusin, fenilalanin, lisin, valin, arginin, triptopan, treonin, histidin, sistin, dan metionin. Selain itu, umbi kentang juga mengandung sedikit lemak dan kolestrol. Kandungan karbohidrat yang tinggi diimbangi dengan sodium, serat diet, protein, vitamin C, kalsium, zat besi, dan vitamin B6 yang cukup tinggi.[23]

Labu kuning

sunting
 
Labu kuning memiliki karakteristik kulit yang tebal dan keras berwarna kuning, hal tersebut dapat membantu dalam proses respirasi. Labu kuning memiliki ketahanan enam bulan atau lebih. Daging buah labu kuning mengandung zat karbohidrat yang cukup tinggi. Biji labu kuning mengandung lendir dan serat. Bijinya berbentuk pipih, sedangkan bagian ujungnya runcing dan manis.[24]

Labu kuning berasal dari Benua Amerika, tepatnya di Negera Meksiko. Seiring dengan berkembangnya perdagangan internasional, labu kuning terus meluas pemasarannya dan tumbuh di negara tropis, seperti Filipina, Malaysia, beberapa negara di Afrika dan Indonesia. Di Indonesia, nama labu kuning bermacam-macam sebutannya tergantung daerah setempat. Di Jawa, labu kuning dikenal dengan nama waluh. Di Sumatera istilah labu kuning dikenal dengan istilah jambe.[25] Konsumen tertinggi untuk labu kuning yaitu Amerika Serikat. Berdasarkan data, satu orang di Amerika biasa menghabiskan sekitar 3 kg labu per tahun. Apabila diakumulasikan jumlahnya mencapai 700.000 ton/tahun.[26] Manfaat dari mengkonsumsi labu kuning yaitu mampu menetralkan radikal bebas. Labu kuning mengandung zat alpha-karoten, beta-karoten dan beta-cryptoxanth yang mampu menghentikan kerusakan sel yang ada di dalam tubuh. Dengan mengkonsumsi labu kuning mampu meningkatkan sistem imun, labu kuning banyak mengandung vitamin A. Antioksidan yang terdapat di dalam labu kuning mampu mengontrol kolesterol yang buruk untuk tubuh.[27]

Pisang

sunting

Pisang memiliki potensi untuk dijadikan bahan pangan pokok pengganti nasi.[28] Pisang merupakan komoditas unggulan yang mudah ditemui di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah kontribusi terhadap produksi buah nasional yang mencapai 40-45%.[29] Akibat krisis pangan, di Uganda pisang dijadikan makanan pokok. Rata-rata jumlah konsumsi pisang di Uganda mencapai 1 kg per hari, meskipun secara kandungan gizi nutrisi dari pisang masih kurang.[30] Pisang mengandung kalium yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan dan proses elektrolit. Hal ini membantu menyeimbangkan tekanan darah, dan mencegah hipertensi. Selain kalium, di dalam pisang juga banyak mengandung karbohidrat, Vitamin A, dan magnesium. Rendahnya lemak yang ada dalam pisang cocok untuk program penurunan berat badan. Salah satu penerapan program penurunan berat badan, di negara Jepang jumlah pisang yang dikonsumsi tidak boleh lebih dari empat, hal tersebut mampu mempermudah proses metabolisme.[31]

 
Jenis tumbuhan palem penghasil sagu ini umumnya tumbuh di daerah rawa air tawar, rawa bergambut, di daerah aliran sungai, dan hutan rawa. Tumbuhan ini memiliki reaksi adaptasi yang cepat di lahan marjinal yang bukan perkebunan.[32]

Sagu adalah makanan pokok di Indonesia bagian timur, tepatnya di Papua. Bahan baku sagu yaitu hasil olahan batang pohon palem tropis atau Metroxylon (rumbia). Masyarakat menjadikan olahan sagu sebagai makanan pokok pengganti beras.[33] Di dalam sagu terdapat kandungan karbohidrat yang tinggi. Selain karbohidrat, di dalam sagu juga terdapat protein, serat, kalsium, dan zat besi. Lemak dan asam karoten yang ada di dalam sagu kandungannya sedikit. Oleh karena itu, karena kandungan zat yang terkandung dalam sagu sangat baik untuk tubuh, maka bisa digunakan untuk makanan pokok seperti beras dan jagung.[34] Sagu bisa diproduksi apabila sudah berumur 10 tahun. Tunas-tunasnya yang terus tumbuh berdampak tidak perlu menanam pohon baru. Berdasarkan penelitian, sagu merupakan penghasil pati tertinggi.[35] Makanan olahan yang berbahan dasar sagu di antaranya papeda. Papeda adalah makanan khas dari Indonesia bagian timur. Bentuknya bubur sagu yang kental. Olahan papeda biasanya disantap bersama ikan tongkol dan diberi bumbu kuah kuning yang berasal dari kunyit.[36]

Singkong

sunting

Singkong memiliki kandungan karbohidrat sebesar 34%. Singkong juga merupakan salah satu komoditas potensial di Indonesia. Oleh karena itu, singkong sering dimanfaatkan sebagai makanan pokok oleh masyarakat Indonesia.[37] Salah satu hasil olahan singkong sebagai makanan pokok yaitu beras singkong. Beras singkong mampu menjadi sumber energi, karena mengandung karbohidrat yang sama dengan beras padi. Jenis yang dijadikan bahan beras singkong yaitu singkong manis atau kuning. Di mana jenis singkong tersebut memiliki kandungan hidrogen sianida yang rendah.[38] Beras singkong cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes karena bebas dari kandungan gluten atau gula.[39] Olahan lainnya yaitu, tiwul yang terbuat dari singkong. Tiwul bisa menggantikan nasi sebagai makanan pokok, karena banyak mengandung vitamin C, kalsium, zat besi, protein, dan fosfor. Tiwul bisa ditemukan di daerah Jawa, khususnya di daerah Wonogiri, Pacitan, dan Gunung Kidul.[40]

Ubi jalar

sunting
 
Indonesia melakukan aktivitas ekspor dalam bentuk segar, oleh karena itu nilai jualnya rendah.[41] Pemasaran ubi jalar sudah menembus pasar Korea dan Jepang.[42]

Ubi jalar atau Ipomoea batatas L. merupakan salah satu jenis makanan pokok di kawasan Indonesia bagian timur, tepatnya di Papua. Berdasarkan perkembangannya produksi ubi jalar pada tahun 1985 luas panennya mencapai 265.000 ha dengan produksi 2,16 juta ton. Di tahun 1996 produksinya menurun menjadi 213.000 ha. Produksi tersebut terus menurun di tahun 2002, luas panennya menjadi 177.276 ha dengan produksi 1,77 juta ton. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik ketersediaan ubi jalar di tahun 1990-1995 mencapai 16 kg per tahun. Sedangkan, jumlah beras 124 kg per tahun. Namun, di Papua jumlah beras hanya mencapai 10 kg per tahun, sedangkan ubi jalar di Papua 90 kg per tahun.[43] Karakteristik ubi jalar memiliki umur panen 3-4,5 bulan. Warna ubi jalar di antaranya putih, kuning kecokelatan, merah tua, dan ungu kemerahan. Daging ubi jalar umumnya berwarna putih, krem, kuning, merah jingga, dan putih keunguan. Berdasarkan warna dagingnya, cita rasa dari ubi jalar sudah bisa ditentukan.[44] Ubi jalar merupakan jenis tanaman palawija yang memiliki potensi yang cukup baik dalam program diversifikasi pangan. Sebagai makanan pokok, ubi jalar mengandung karbohidrat, vitamin A, dan vitamin C yang tinggi. Ubi jalar menjadi bahan pangan utama di Irian Jaya dan Papua Nugini.[45] Ubi jalar menduduki peringkat keempat, berdasarkan jumlah karbohidrat setelah beras, jagung, dan ubi kayu. Keunggulan ubi jalar yaitu sebagai sumber energi yang kaya akan karbohidrat. Daunnya memiliki kandungan vitamin A dan protein. Ubi jalar bisa hidup di lingkungan marjinal yang ekstrem. Hasil panen ubi jalar dipengaruhi oleh varietas, tempat tumbuh, dan musim tanam. Di musim kemarau varietas akan menghasilkan kadar tepung yang tinggi dibandingkan musim hujan.[46]

 
Sukun memiliki rasa yang manis, dan memiliki aroma yang khas. Beratnya bisa mencapai 1 kg per buah. Buah sukun akan menjadi tua terhitung dari tiga bulan sejak adanya bunga betina. Buah yang muncul lebih awal akan tua lebih cepat, kemudian diikuti oleh buah-buah berikutnya.[47]

Sukun (Artocapus altilis) telah menjadi makanan pokok alternatif di Indonesia sejak tahun 1920. Buah sukun memiliki karbohidrat yang tinggi yang menjadi sumber serat. Selain itu di dalam buah sukun terdapat kalsium, tembaga, besi, magnesium, kalium, tiamis, dan niacin. Buah sukun juga mengandung mineral, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C yang bermanfaat untuk tubuh. Kandungan air di dalam buah sekitar 69,3%, serta proses penanaman dan pengolahan lebih mudah dibandingkan dengan tanaman padi.[48] Buah sukun cocok tumbuh di dataran rendah yang panas.[49] Buah sukun memiliki karakteristik tidak memiliki biji serta memiliki tekstur yang empuk, sedangkan buahnya berbentuk bulat dan kulitnya kasar dan tebal. Buah sukun dapat dipanen dalam kurun waktu satu tahun dua kali. Panen pertama di bulan Januari-Februari, dan panen yang kedua ada di bulan Juli-Agustus. Sukun dapat dipanen jika sudah berumur lima hingga tujuh tahun, dan tetap akan berbunga hingga umur 50 tahun. Sukun banyak dijumpai di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.[50]

Cokelat

sunting

Peradaban Olmek merupakan peradaban manusia yang pertama kali menanam tanaman cokelat.[51] Peradaban Olmek berkembang di Mesoamerika sebagai sebuah peradaban kuno.[52] Awal perkembangan peradabannya pada  1400 SM.[53]  Lokasi permukimannya di Kota San Lorenzo.[54] Bibit yang mereka gunakan berasal dari tanaman Theobroma cacao. Penanamannya didukung oleh iklim tropis di lingkungan Mesoamerika.[55]

Manfaat

sunting

Sumber energi

sunting

Salah satu contoh dari makanan pokok yaitu sagu. Berdasarkan penelitian sagu bermanfaat untuk mengembalikan energi yang hilang. Sagu dapat meningkatkan produksi glukosamin secara alami di dalam tubuh. Dampaknya mampu memulikan otot dan pergerakan sendi.[56] Selain sagu, ada pula nasi yang mampu memenuhi kebutuhan energi di dalam tubuh. Di dalam nasi terdapat karbohidrat sebagai sumber energi bagi tubuh.[57]

Mencegah darah tinggi

sunting

Akar tapioka bisa bermanfaat untuk penyembuhan stres, hipertensi, dan pencegahan permasalahan kardiovaskular. Selain itu, makanan pokok jenis sagu mengandung potasium yang bermanfaat untuk peningkatan sirkulasi darah dan kardiovaskular.[56]

Mengontrol gula darah

sunting

Salah satu alternatif makanan pokok yaitu sorgum. Sorgum adalah jenis biji-bijian sejenis padi. Di dalam sorgum terdapat struktur kompleks seperti pati, serat, asam fenolat, dan antioksidan. Zat-zat bermanfaat sebagai kontrol kadar gula darang agar stabil di dalam tubuh.[58]

Referensi

sunting
  1. ^ Kusumawardhani, Astari (2019). "Kurangi Konsumsi Nasi Putih agar Tubuh Lebih Sehat". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2022-01-05. 
  2. ^ Dewi, Yuniata Diana Putri (2015). "Studi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura". E-Journal Unesa. hlm. 109. 
  3. ^ Nurul (2020). "Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok". rsnas.kulonprogokab.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-02. 
  4. ^ Handayani, Verury Verona (2020). "Selain Nasi, Ini 4 Makanan Pokok Khas Indonesia". Halodoc. Diakses tanggal 2022-01-02. 
  5. ^ Lararenjana, Edelweis (2021). Lararenjana, Edelweis, ed. "8 Makanan Pokok Indonesia yang Umum Dikonsumsi, Salah Satunya Singkong". Merdeka.com. Diakses tanggal 2022-01-02. 
  6. ^ Bhutada, Govind (2021). "Mapped: Food Production Around the World". Visual Capitalist (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-15. 
  7. ^ Rizaty, Monavia Ayu (2021). "Konsumsi Beras Penduduk Asia Tertinggi di Dunia". Katadata. Diakses tanggal 2022-01-15. 
  8. ^ Nandy (2021). "Bahan Pangan Nabati: Pengertian, Jenis, Contohnya". Diakses tanggal 2022-01-15. 
  9. ^ a b Prabowo, Dwi Wahyuniarti (2014). "Pengelompokan Komoditi Bahan Pangan dengan Metode Analytical Hierarchy Process". Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. 8 (2): 4. doi:10.30908/bilp.v8i2.81. ISSN 2528-2751. 
  10. ^ Nasution, Aladin (2016-09-14). "Sistem Komoditi Protein Hewani". Forum penelitian Agro Ekonomi. 2 (2): 29. doi:10.21082/fae.v2n2.1983.29-42. ISSN 2580-2674. 
  11. ^ Handoko, Sentot (2020). "Gizi Seimbang Untuk Gaya Hidup Yang Sehat". Rumah Sakit EMC. Diakses tanggal 2022-01-15. 
  12. ^ Dewi, Yunita Diana Putri (2015). "Studi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura". E-Journal Unesa. hlm. 109. 
  13. ^ Putri, Vanya Karunia Mulia (2021). Nailufar, Nibras Nada, ed. "Mengapa Makanan di Setiap Negara Berbeda?". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-01-15. 
  14. ^ Stanley, Morgan (2011). "Food Staple". National Geographic Society (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-15. 
  15. ^ Setio Berty, Teddy Tri (2020). "5 Makanan Pokok Paling Banyak Dikonsumsi Manusia, Nomor 1 Bukan Beras | Liputan6.com". LINE TODAY. Diakses tanggal 2022-01-02. 
  16. ^ Lyliana, Lea (2021). Lyliana, Lea, ed. "Sejarah Jagung di Indonesia, Kini jadi Makanan Pokok". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-01-02. 
  17. ^ Soegiharto, Saraswati (2011). "Jagung Bahan Pangan Alternatif" (PDF). Repositori Kemdikbud. hlm. 10. 
  18. ^ Tangkilisan, Ansye S.; Mamuaja, Christine F.; Mamahit, Lexie P.; Tuju, Thelma D. (2013). "Pemanfaatan Pangan Lokal Beras Jagung (Zea Mays L) pada Konsumsi Pangan di Kabupaten Minahasa Selatan". COCOS (dalam bahasa Inggris). 3 (6): 2. doi:10.35791/cocos.v3i6.3341. ISSN 2715-0070. 
  19. ^ Yusuf, A. Pohan; Syamsuddin (2013). "Jagung Makanan Pokok untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur" (PDF). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. hlm. 546. 
  20. ^ Murni, Andarias Makka; Arief, Ratna Wylis (2008). "Teknologi Budidaya Jagung" (PDF). Repositori Publikasi Kementerian Pertanian. hlm. 1-2. 
  21. ^ Sunaryono, Hendro (2007). Petunjuk Praktis Budi Daya Kentang. Jakarta: AgroMedia. hlm. 5–6. ISBN 978-979-006-074-6. 
  22. ^ Fajri, Dwi Latifatul (2021). "Kandungan, Bahaya, dan Manfaat Kentang untuk Kesehatan". Katadata. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  23. ^ Asgar, Ali (2013). "Kualitas Umbi Beberapa Klon Kentang (Solanum tuberosum L.) Dataran Medium untuk Keripik". BERITA BIOLOGI (dalam bahasa Indonesian). 12 (1): 29–37. doi:10.14203/beritabiologi.v12i1.515. ISSN 2337-8751. 
  24. ^ Kristianingsih, Zusnaini (2010). "Pengaruh Substituis Labu Kuning Terhadap Kualitas Brownies Kukus" (PDF). Digital Library Unnes. hlm. 11. 
  25. ^ Tani, Pak (2021). "Mengenal Labu Kuning Lebih Dalam". Pak Tani Digital (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-03. 
  26. ^ Rezkisari, Indira (2014). "Orang Indonesia Ternyata Sangat Jarang Makan Labu". Republika Online. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  27. ^ Amadea, Azalia (2021). "Bukan Sekadar Hiasan Halloween, Ini 5 Manfaat Konsumsi Labu Kuning". Kumparan. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  28. ^ Gesha (2021). "Pisang, Potensial sebagai Pengganti Nasi". Tabloid Sinar Tani (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-03. 
  29. ^ Rahmawati, Fitri (2013). "Diversifikasi Olahan Singkong dan Pisang" (PDF). Staffnew UNY. hlm. 7. 
  30. ^ Ngazis, Amal Nur (2012). "Pisang Jadi Terapi Pangan untuk Gizi Buruk". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  31. ^ P2PTM Kemenkes RI (2018). "Khasiat dan Manfaat Pisang". Direktorat P2PTM. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  32. ^ Botanri, Samin; Setiadi, Dede; Guhardja, Edi; Qayim, Ibnul; Prasetyo, Lilik B. (2011). "Karakteristik Habitat Tumbuhan Sagu (Metroxylon spp) di Pulau Seram, Maluku". Jurnal IPB. hlm. 33. 
  33. ^ Muhsidin (2021). Sinaga, Royke, ed. "Mempertahankan sagu bahan pangan asli Papua yang bergizi tinggi". ANTARA News. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  34. ^ Anwar, Ilham Choirul (2021). "Sumber Daya Alam Sagu di Indonesia: Wilayah Persebaran & Asal-usul". Tirto.id. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  35. ^ Jong, F.S.; Widjono, Adi (2007). "Sagu: Potensi Besar Pertanian Indonesia". Puslitbangtan. hlm. 57. 
  36. ^ Hidayat, Pandu (2020). "Sagu, Alternatif Pangan Lokal dari Indonesia Timur". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  37. ^ Asmoro, Novian Wely (2021). "Karakteristik dan Sifat Tepung Singkong Termodifikasi (Mocaf) dan Manfaatnya pada Produk Pangan". Journal of Food and Agricultural Product (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 35. doi:10.32585/jfap.v1i1.1755. ISSN 2807-8446. 
  38. ^ Rahwanda, Feby; Mulyatiningsih, Endang (2021). "Pengembangan Onigiri dengan Substitusi Beras Singkong". Prosiding Pendidikan Teknik Boga Busana. 16 (1): 2. 
  39. ^ Safutra, Ilham (2017). "Raih Tujuh Manfaat Ketika Mengganti Nasi Dengan Singkong". JawaPos.com. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  40. ^ Febri, Eka (2021). "Nasi Tiwul: Alternatif Pengganti Nasi". www.djkn.kemenkeu.go.id. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  41. ^ Halimah, Ardina Nur; Rahayu, Endang Siti; Antriyandarti, Ernoiz (2021). "Analisis daya saing ubi jalar di kabupaten Karanganyar:". AGROMIX (dalam bahasa Inggris). 12 (1): 26. doi:10.35891/agx.v12i1.2284. ISSN 2599-3003. 
  42. ^ Oktalia, Natasha (2020). "Tak Disangka, Ubi Cilembu Tembus Pasar Singapura hingga Taiwan". Okezone.com. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  43. ^ Limbongan, Jermia; Soplanit, Alberth (2007). "Ketersediaan Teknologi Dan Potensi Pengembangan Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Di Papua" (PDF). Perpustakaan Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. hlm. 131. [pranala nonaktif permanen]
  44. ^ Widowati, Sri (2011). "Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Ubi Jalar". Jurnal Pangan. hlm. 50-51. 
  45. ^ Susilowati, Eti (2010). "Kajian Aktivitas Antioksidan, Serat Pangan, dan Kadar Amilosa Pada Nasi yang Disubstitusi dengan Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) sebagai Bahan Makanan Pokok" (PDF). Digital Library UNS. hlm. 5. 
  46. ^ Herawati, Heti; Widowati, Sri (2016-10-24). "Karakteristik Beras Mutiara dari Ubi Jalar (Ipomea batatas)". Buletin Teknologi Pasca Panen. 5 (1): 1. 
  47. ^ Simangunsong, Mangiring (2020). "Penggunaan Berbagai Ketebalan Mulsa Ampas Tebu pada Kondisi Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sukun (Artocarpus communis)" (PDF). Repository USU. hlm. 4. 
  48. ^ Yuniarty, Tuty; Rosanty, Anita (2017). "Pemanfaatan Sari Pati Buah Sukun (Artocarpus altilis) Sebagai Alternatif Media Pertumbuhan Aspergillus niger". hlm. 118. 
  49. ^ Sulichantini, Ellok Dwi (2010). "Sukun Sebagai Bahan Pangan alternative, budidaya dan pemanfaatannya" (PDF). Repository Universitas Mulawarman. hlm. 71-72. 
  50. ^ Yanti, Linda; Novalinda, Dewi (2002). "Teknologi Pengolahan Sukun Sebagai Sumber Pangan Alternatif Pendamping Beras di Provinsi Jambi" (PDF). hlm. 1435. 
  51. ^ Habsari, Rinto (2013). Hardiman, Intarina, ed. Terpikat Cokelat: Ide Keren Olahan Cokelat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 6. ISBN 978-602-03-0042-9. 
  52. ^ Al Thagafi, Esam Abid (2020). Al-Bahar, A. H., dan Gautama, C., ed. Duta Antara Dua Kutub. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 53. ISBN 978-602-481-454-0. 
  53. ^ Santo Saba Piliang. Borobudur Bukan Candi. Santo Saba Piliang. hlm. 27. 
  54. ^ Raspati, Adhitya Dwipayana (2021). Estimasi Karakter Raja Zulqarnain dan Lokasi Dinding Penghalang Bimetal. History & Future Book Store. hlm. 21. 
  55. ^ Andyan Dhauta Dhira (2017). Bariton, Burhan, ed. "Manfaat Cokelat" (PDF). Majalah Inspirasi Sehat Edisi Februari-April 2017: 58. 
  56. ^ a b Halidi, Risna (2020). "Bisa Jadi Makanan Pokok, Ini 6 Manfaat Kesehatan Mengonsumsi Sagu". Suara.com. Diakses tanggal 2022-01-02. 
  57. ^ Arnaiz, Thea (2021). "Jadi Makanan Pokok Orang Indonesia, Inilah 5 Manfaat Mengonsumsi Nasi untuk Tubuh". Bobo Grid. Diakses tanggal 2021-01-02. 
  58. ^ Haryono, Cindy Krisania Juli (2021). "11 Manfaat Sorgum: Makanan Pokok Sumber Energi". Tokopedia Blog. Diakses tanggal 2022-01-02.