Orang-orang Anatolia

kelompok etnolinguistik Indo-Eropa
(Dialihkan dari Orang Anatolia kuno)

Bangsa Anatolia kuno adalah kelompok bangsa Indo-Eropa yang berbeda, berbicara menggunakan bahasa Anatolia, dan memiliki kesamaan budaya dengan bangsa Indo-Eropa lainnya.[1][2][3][4] Bahasa yang digunakan orang Anatolia merupakan cabang dari keluarga bahasa Indo-Eropa yang lebih besar dari cabang bahasa Indo-Eropa lainnya. Meskipun demikian, berdasarkan teori Kurgan yang paling diterima secara luas di tanah Proto-Indo-Eropa, orang asli Indo-Eropa Anatolia itu sendiri merupakan imigran di Anatolia yang berasal dari utara.

Sejarah

sunting

Penemuan arkeologis hingga pada penerjemahan arsip tertulis Hittites yang menggunakan tulisan berbentuk paku (kuneiform), sehingga mengungkapkan fakta bahwa bahasa Hittites/Het termasuk cabang bahasa Anatolia yang terpisah dari keluarga bahasa Indo-Eropa, menimbulkan sensasi di antara para sejarawan dan memaksa dilakukannya evaluasi ulang terhadap sejarah Timur Dekat (Near Eastern) dan juga terhadap linguistik Indo-Eropa.[4] Sesuai dengan hipotesis Kurgan, J. P. Mallory mencatat dalam Ensiklopedia Budaya Indo-Eropa bahwa kemungkinannya ialah orang Anatolia mencapai Timur Dekat dari utara melalui Balkan atau Kaukasus, pada milenium ke-3 SM.[4] Bersama-sama dengan proto-Tokharia yang bermigrasi ke arah timur, orang-orang Anatolia merupakan gelombang Indo-Eropa yang pertama kali diketahui melakukan emigrasi keluar dari stepa Eurasia.[1] Meskipun mereka memiliki gerbong, mereka kemungkinan berhijrah sebelum orang Indo-Eropa belajar menggunakan kereta untuk berperang. Ada kemungkinan bahwa kedatangan mereka terjadi melalui proses pemukiman yang bertahap, dan bukan sebagai pasukan tentara yang bermaksud menyerang. Bahasa orang Anatolia yang paling awal dan telah mendapat pengesahan sejarah yakni yang sebagaimana disebutkan di dalam naskah berkenaan dengan perdagangan bangsa Asyur dari abad ke-19 SM, Kanesh.[1]

Orang Hittites atau orang Het, yang mendirikan sebuah kekaisaran yang luas di Timur Tengah pada milenium ke-2 SM, sejauh yang dapat diketahui merupakan anggota dari kelompok orang-orang Anatolia. Setelah Zaman Perunggu berakhir, tanah orang-orang Anatolia sering diserang oleh sejumlah bangsa serta kerajaan, antara lain oleh: kerajaan Phrygia, orang-orang Bithynia, bangsa Mede, suku Persia, bangsa Yunani, orang-orang Galatia Celtic, kekaisaran Romawi, dan dinasti Seljuk. Banyak dari penjajah tersebut yang kemudian hidup menetap di Anatolia dan sering kali menjadi penyebaban kepunahan bahasa Anatolia. Pada abad pertengahan, bahasa Anatolia dan budaya yang terkait dengannya mengalami kepunahan. Namun hasil analisis genetik terhadap populasi modern menunjukkan bahwa gen orang-orang Anatolia masa lampau masih ada dalam keturunan mereka, seperti orang-orang Turki, Iran, Kurdi, dan Armenia.[5]

Daftar orang Anatolia masa lampau

sunting

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c 1945-, Beckwith, Christopher I., (2009). Empires of the Silk Road : a history of Central Eurasia from the Bronze Age to the present. Princeton: Princeton University Press. ISBN 1400829941. OCLC 438801355. 
  2. ^ W., Fortson, Benjamin (2011). Indo-European Language and Culture : an Introduction (edisi ke-2nd ed). Hoboken: John Wiley & Sons. ISBN 1444359681. OCLC 778339290. 
  3. ^ 1938-, Hock, Hans Henrich, (1996). Language history, language change, and language relationship : an introduction to historical and comparative linguistics. Berlin: Mouton de Gruyter. ISBN 311014784X. OCLC 35174916. 
  4. ^ a b c P., Mallory, J.; Q., Adams, Douglas (1997). Encyclopedia of Indo-European culture. London: Fitzroy Dearborn. ISBN 1884964982. OCLC 37931209. 
  5. ^ Arnaiz‐Villena, A.; et al. (2001). "HLA alleles and haplotypes in the Turkish population: relatedness to Kurds, Armenians and other Mediterraneans". HLA. 57 (4): 308–317. Diakses tanggal 16 November 2017.  CS1 maint: Explicit use of et al. (link)

Sumber

sunting