Nurin Jazlin Jazimin

Nurin Jazlin Jazimin (11 September 1999 – 16 September 2007) adalah korban pelecehan seksual dan pembunuhan yang ditemukan di Petaling Jaya. Ia merupakan putri kedua Jazimin Abdul Jalil dan Norazian Bistaman dari 3 bersaudara. Dia adalah siswi tahun kedua di Sekolah Rendah Kebangsaan Desa Setapak, Setapak, Kuala Lumpur.

Nurin Jazlin Jazimin
Lahir(1999-09-11)11 September 1999
Malaysia Kuala Lumpur, Malaysia
Meninggal16 September 2007(2007-09-16) (umur 8)
Sebab meninggalPembunuhan
MakamTanah Perkuburan Islam Taman Ibu Kota, Setapak, Kuala Lumpur
Tempat tinggalWangsa Maju, Kuala Lumpur
PendidikanSekolah Rendah Kebangsaan Desa Setapak, Setapak, Kuala Lumpur
Orang tuaJazimin Abdul Jalil (ayah)
Norazian Bistaman (ibu)

Informasi

sunting

Nurin Jazlin Jazimin (8 tahun) pada 11 September 1999 dari pasangan Jazimin Abdul Jalil (33 tahun) dan Norazian Bistaman (35 tahun) dengan 2 saudarinya. Nurin lahir dengan penyakit ginjal dan darah tinggi yang membuatnya harus minum obatnya sekali sehari setelah makan atau ginjalnya akan mengalami pembengkakan yang sangat serius. Nurin memiliki sahabat bernama Nurul Aina Mohd Nooh dan mereka saat itu menduduki kelas 2 SD di Sekolah Rendah Kebangsaan Desa Setapak Kuala Lumpur.

Kronologi

sunting

Nurin saat itu meminta izin ibunya dalam rumahnya di Seksi 1, Wangsa Maju untuk pergi ke pasar malam untuk membeli klip rambut kesukaannya. Biasanya, Nurin pergi ke pasar malam ditemani kakaknya, tetapi karena ibunya sibuk, maka Nurin dibolehkan pergi sendirian; karena letak pasar malam itu memang tidak jauh dari rumahnya. Akhirnya Nurin pergi ke pasar malam itu pada 20 Agustus 2007, pada pukul 20:30. Setelah Nurin tidak kembali ke rumah, ibunya mulai cemas dan mencari Nurin ke semua penjaga toko, dan anehnya semua orang tersebut tidak melihat sosok Nurin. Akhirnya keluarga Nurin pun melaporkannya pada polisi sekitar pukul 12 malam dan membuat reportase anak hilang. Berbagai usaha pencarian dilakukan melalui media dan warga sipil termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat.[1]

Kesaksian

sunting

Menurut kesaksian salah satu orang, dia melihat mobil van putih menghampiri Nurin yang hendak membeli klip rambut dan sekelompok pria yang diperkirakan berusia 20-an memasukkan Nurin secara paksa dan Nurin berteriak "Tak nak! Tak nak!" atau dalam bahasa Indonesia: "Tidak mau! Tidak mau!". Itulah terakhir kali Nurin terlihat.

Pembunuhan dan Penemuan Jasad

sunting

Pada 17 September 2007 pukul 08.30, pemilik toko yang berada di Jalan PJS 1, Taman Petaling Utama, Petaling Jaya; Cheng Yan Fang mendapati sebuah tas gym berwarna biru dan hitam di depan tokonya. Saat itu Cheng berpikir bahwa tas itu milik managernya, Jack Yeoh Huat Lip, yang kebetulan saat itu baru pulang dari Singapura karena tas gym itu masih terlihat sangat baru dan bagus. Saat pukul 09.00, Jack datang dan Cheng langsung memberitahu bahwa tas gym-nya berada di depan toko, tetapi saat Jack melihatnya, ia mengklaim bahwa tas itu bukanlah miliknya. Cheng yang penasaran akhirnya membuka tas itu dan sangat terkejut karena hal pertama yang ia lihat adalah sepasang kaki.[2] Ia segera menelpon polisi dan polisi langsung membawa mayat itu untuk diotopsi. Setelah tes DNA dijalankan, ia mengesahkan jasad tersebut adalah Nurin Jazlin Jazimin.[3]

Nurin diduga dibunuh pukul 24:00 waktu setempat, sebelum jasadnya ditemukan dalam tas yang ditinggalkan di tangga premis tiga tingkat di kawasan itu. Tim forensik mendapati pelaku telah memasukkan timun dan terong ke dalam kemaluan anak itu, menyebabkan rektumnya pecah hingga terkena infeksi bakteria dan ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan kematiannya.[4] Fisik Nurin yang ditemukan tewas dengan keadaan mengenaskan dan "kurus" dan juga berbagai luka lebam pada badannya menyebabkan ayah dan ibu Nurin Jazlin tidak mengenalinya saat didatangkan pertama kali. Namun beberapa hari kemudian, orangtua Nurin mengklaim bahwa mayat itu adalah anak mereka, setelah itu pihak forensik memberitahu orangtua Nurin bahwa DNA-nya sangat cocok dengan Nurin, dengan kemiripan 99,99%.[5]

Ia dimakamkan pada tanggal 20 September 2007 di Tanah Pemakaman Islam Taman Ibu Kota, Gombak.

Pemburuan pelaku

sunting

Kantor kerajaan dan sipil menawarkan hadiah kepada siapa yang bisa memberi infomasi sehingga terbongkarnya pembunuh Nurin. Di antara warga yang menawarkan hadiah adalah Tan Sri Robert Pang, Exco Yayasan Penanggulangan Kriminal Malaysia (MCPF) sebanyak 5.000 Ringgit Malaysia (14,267,205.88 Rupiah Indonesia), dan MCA sebanyak 10.000 Ringgit Malaysia (28,528,783.63 Rupiah Indonesia) dan beberapa warga yang enggan dikenali menawarkan sebanyak 5.000 Ringgit Malaysia (14,267,205.88 Rupiah Indonesia).[6]

Tanggal 28 September 2007, empat orang pria dan seorang wanita telah di berkas untuk membantu selidikan. Wanita itu dibebaskan setelah diselidiki tidak ada kaitan dengan kasus pembunuhan Nurin, empat pria berada dalam tahanan reman oleh polisi selama 7 hari.[7] Tanggal 2 Oktober, polisi telah memeriksa seorang wanita Indonesia bernama Fitriani di sebuah kios di Nilai, Negeri Sembilan, sewaktu diperiksa ia mencoba menelan sim Card telepon bagi menghindari nomor telepon yang menjadi bukti kasus pembunuhan itu dikesan polisi. Fitriani juga dipenjara selama beberapa bulan karena ia memiliki beberapa dokumen ilegal dan tidak memiliki paspor untuk masuk ke Malaysia.[8]

Pengaruh terhadap kepolisian Malaysia

sunting

Karena munculnya kasus ini, Divisi Kriminal Tindak Pidana Mabes Bukit Aman merancang satu unit khusus yang dinamakan Divisi Kriminal Seksual, Pemerkosaan dan Kanak-kanak, yang dianggotai pegawai-pegawai wanita. Direktur Divisi Kriminal Tindak Pidana Mabes Bukit Aman, Dato' Christopher Wan Soo Kee berbicara unit khusus, yang juga digelar D11, dirancang bagi memantap dan meningkatkan tahap kesiagaan dalam menangani kasus berkaitan dengan anak-anak dan kasus rumah tangga.

“Kantor itu dianggotai 101 personel wanita yang terlatih untuk mengendalikan kasus seksual, penderaan dan kanak-kanak,”

Reaksi

sunting

Kasus pemerkosaan dan pembunuhan atas Nurin Jazlin yang baru berusia 8 tahun, bulan lalu, membuat seluruh Malaysia dan seluruh dunia termasuk Indonesia juga marah atas para pelaku seksual.

Ini membuat seluruh Malaysia, terutama kelompok pembela anak-anak di Malaysia, geram. Para pelakunya harus dihukum keras, bahkan harus dipermalukan. Itu sebabnya, kini nama dan wajah mereka dipublikasikan agar mereka malu dan jera.[9]

Referensi

sunting
  1. ^ "Kepala Divisi Tindak Pidana mengepalai satuan selidikan khusus ke atas pembunuh Nurin". Bernama. 21 September 2007. Diakses tanggal 25-09-2007.  [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Hamid, Rashitha A. (18 September 2007). "Jasad Nurin ditemukan dengan tanda penyiksaan seksual". The Star. Diakses tanggal 25-09-2007. 
  3. ^ "Sidikan DNA: Jasad itu adalah Nurin". The Star. 20 September 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-26. Diakses tanggal 27-09-2007. 
  4. ^ "Naked Body Stuffed In Sports Bag Is Nurin Jazlin - Police". Bernama. 20 September 2007. Diakses tanggal 25-09-2007.  [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Jessy, Kuldeep S. (20 September 2007). "Girl in bag a foreigner?". The Star. Diakses tanggal 27-09-2007. 
  6. ^ Abd. Rahman, Zulkifli (2 Oktober 2007). "RM20,000 reward for info leading to arrest of Nurin's killer to stay". The Star. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-11. Diakses tanggal 02-09-2007. 
  7. ^ Charles, Lourds (29 September 2007). "Five nabbed - Woman released, four remanded for seven days". The Star. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-17. Diakses tanggal 29-09-2007. 
  8. ^ "Suspect tries to swallow SIM card; Phone chip may contain evidence linking her to child's death". The Electric New Paper, Singapore. 2 Oktober. Diakses tanggal 02-10-2007.  [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ Pedofilia di Malaysia Dipublikasikan di Media Massa Kompas, 17 Oktober 2007.

Pranala luar

sunting