Museum Toko Merah

museum di Indonesia

Toko Merah adalah sebuah bangunan peninggalan kolonial Belanda yang terletak di tepi barat Kali Besar, Kota Tua Jakarta. Dibangun pada tahun 1730 dan merupakan salah satu bangunan tertua di Jakarta. Ciri khas warna merah pada bangunan ini yang menjadikan bekas kediaman Gubernur-Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff terkenal dengan sebutan Toko Merah dikalangan masyarakat luas.

Wajah Toko Merah yang baru setelah direstorasi tahun 2012

Sejarah

sunting
 
Toko Merah saat menjadi kantor Bank voor Indië

Toko Merah dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem baron van Imhoff di atas tanah seluas 2.471 meter persegi. Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa, sehingga besar, megah dan nyaman. Nama "Toko Merah" berdasarkan salah satu fungsinya yakni sebagai sebuah toko milik warga Tionghoa, Oey Liauw Kong sejak pertengahan abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama. Nama tersebut juga didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati langsung pada permukaan batu bata yang tidak diplester. Warna merah hati juga tampak pada interior dari bangunan tersebut yang sebagian besar berwarna merah dengan ukiran-ukirannya yang juga berwama merah. Namun ada juga yang mengatakan bahwa nama "Toko Merah" itu diambil Setelah peristiwa Geger Pacinan yang pada saat itu banyak mayat orang Tionghoa bertebaran di Kali Besar sehingga permukaan air menjadi warna merah. Di samping itu dalam akta tanah No. 957, No. 958 tanggal 13 Juli 1920 disebutkan bahwa persil-persil tersebut milik NV Bouwmaatschapij "Toko Merah".[1]

Selain van Imhoff, bangunan ini juga menjadi kediaman beberapa Gubernur-Jenderal seperti Jacob Mossel (1750–1761), Petrus Albertus van der Parra (1761–1775), Reinier de Klerk (1777–1780), Nicolaas Hartingh, dan Baron von Hohendorff.[2]

Pada tahun 1743-1755 dijadikan Kampus dan Asrama Académie de Marine (akademi angkatan laut), kemudian pada tahun 1786-1808 digunakan untuk Heerenlogement atau hotel para pejabat. Tahun 1809-1813 seluruh bangunan dijadikan rumah tinggal oleh Anthony Nacare. Kurun waktu 1813-1851 kepemilikan beberapa kali berganti hingga kemudian dimiliki oleh Oey Liauw Kong yang berfungsi sebagai taka, sehingga populer dengan sebutan "Taka Merah".[1]

Tahun 1920 dibeli dan dipugar oleh NV Bouw Maatschappij "Toko Merah" yang menelan biaya satu juta gulden. Bangunan ini diperbaiki lagi oleh Bank Voor Indie yang kemudian berkantor di sini hingga tahun 1925. Kemudian ditempati oleh sejumlah Biro dan Kantor Dagang: Algemene Landbouws Syndicaat, De Semarangse Zee en Brandassuransi Mij, dan WM Muller. & Co. Tahun 1934-1942 menjadi Kantor Pusat N.V. Jacobson vanl den Berg salah satu perusahaan "The Big Five" milik Kolonial Belanda.[1]

Pada masa pendudukan Jepang menjadi Gedung Dinas Kesehatan Tentara Jepang. Setelah Indonesia merdeka, Toko Merah berubah melewati fase-fase perubahan pindah tangan pemilik kantor yang salah satunya adalah PT. Satya Niaga pada tahun 1964. Selanjutnya pada tahun 1977 berubah menjadi PT Dharma Niaga (Ltd) dan gedung tersebut tetap digunakan sebagai kantor.[1] Pada tahun 1990an, Toko Merah dijadikan Bangunan Cagar Budaya berdasarkan UU No. 5 Tahun 1992 dan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 Tanggal 29 Maret Tahun 1993. Setelah sekian lama terabaikan, Akhirnya Toko Merah direstorasi pada tahun 2012 dan sekarang Toko Merah menjelma menjadi 'function hall' yang dapat dijadikan sebagai tempat konferensi dan pameran.[3]

Toko Merah terletak di Jl. Kali Besar Barat no. 11. Bangunan ini kemungkinan dibangun sekitar tahun 1730 oleh von Imhoff. Ia tinggal di bangunan tersebut sebelum ditunjuk menjadi Gubernur Jenderal. Pada masa itu, Kali Besar dipandang sebagai area kelas atas (tempat tinggal milik kaum elit dan sosialita). Kali Besar telah berganti fungsi beberapa kali, begitu pula rumah-rumah di kedua sisi kali atau sungai tersebut. Toko Merah terdiri dari dua rumah. Namanya berasal dari warna cat merah pada kayu-kayu di dalam ruangannya. Warna merah memberikan kesan sentuhan ala Cina pada rumah tipikal Belanda ini, terlebih lagi karena warna furniturnya serupa. Sedangkan bata-bata berwarna merah di dinding depannya, merupakan tambahan oleh Bank voor Indie pada tahun 1923, dari bentukan aslinya yang berupa dinding plester berwarna putih.[4]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c d Toko Merah Diarsipkan 2015-02-21 di Wayback Machine.. www.jakarta.go.id
  2. ^ "Red Shop". Enjoy Jakarta. Jakarta Tourism Board. 2008. Diakses tanggal March 24, 2010. 
  3. ^ Cagar Budaya . www.antarafoto.com
  4. ^ SJ, A. Heuken (2000). Historical Sites of Jakarta. Jakarta: Cipta Loka Caraka. hlm. 102. ISBN 9789812041241.