Mujahidin KOMPAK
Mujahidin KOMPAK atau KOMPAC adalah sebuah organisasi Darul Islam yang berbasis di pulau Sulawesi di Indonesia. Dibentuk pada tahun 1988 dengan tujuan untuk membantu korban konflik dan bencana, kelompok ini telah dikaitkan dengan penyediaan dana untuk organisasi teroris seperti Jemaah Islamiyah serta melakukan serangan terhadap kelompok Kristen setempat. Kelompok ini juga dituduh mengalihkan dana bantuan dari para Muslim arus utama di Australia dan luar negeri untuk mendanai aktivitas teroris.
Latar belakang
suntingKOMPAK, sebuah akronim untuk Komite Aksi Penanggulangan Akibat Krisis atau "Komite Manajemen/Penanggulangan Krisis", berbasis di Sulawesi Tengah, sebuah provinsi yang terletak di tengah provinsi Sulawesi Utara yang mayoritas Kristen dan provinsi Sulawesi Selatan yang didominasi Muslim.[1]
Kabupaten Poso di Sulawesi Tengah telah mengalami konflik sektarian dari berbagai tingkatan sejak setidaknya tahun 1998, ketika seorang pemua Muslim diklaim telah diserang oleh seorang pemuda Kristen yang mabuk. Kemudian, pemeriksaan acak di tempat umum dilakukan oleh kelompok-kelompok agama yang bertindak sendiri, dan juga menghancurkan alkohol saat ditemukan.
Peristiwa ini meningkat menjadi kekerasan pada tahun 1999, menyusul serangan lain yang dilaporkan pada seorang Muslim oleh orang Kristen di terminal bus Lombogia. Beberapa gereja dibakar, dan banyak penduduk Kristen pindah ke kecamatan Pamona Utara yang didominasi Kristen.
Pada bulan April 2000, "pemimpin pemuda Kristen" datang dari luar Poso untuk membantu para pelajar di sebuah asrama Katolik setelah mereka dilaporkan terancam oleh umat Islam. Dilaporkan bahwa puluhan orang Kristen bersenjata berjalan di jalan, menyebut diri mereka "Pasukan Kelelawar."[2] Banyak rekrutan KOMPAK yang anggota keluarganya terbunuh dalam serangkaian serangan terhadap Muslim pada bulan Mei/Juni 2000.[3]
Pada bulan Desember 2001 setelah ratusan kematian, para pemimpin setempat membuat sebuah kesepakatan damai, Deklarasi Malino I (ditandatangani pada bulan Februari 2002), yang ditandai dengan menurunnya tingkat kekerasan di Poso.[4]
KOMPAK dan Jemaah Islamiyah
suntingKOMPAK dibentuk sebagai kelompok sempalan dari para pimpinan Jemaah Islamiyah (JI) yang semakin tidak sabar dengan sifat birokrasi yang dirasakan organisasi tersebut. Berbeda dengan fokus JI pada indoktrinasi agama, Mujahidin KOMPAK difokuskan pada anggota yang mampu berperang secepat mungkin, dan anggotanya berlatih di kamp-kamp militan di Mindanao dan Afganistan. Fenomena ini dilihat sebagai "lebih ramping, lebih jahat, dan lebih cepat."[3]
Inti pembentukan KOMPAK adalah membangun kemampuan kelompok lokal untuk berperang tanpa bantuan dari luar. Dengan cara ini KOMPAK berfungsi sebagai pengganda kekuatan, dengan penduduk setempat dilatih dan berperang secara independen, namun mengarah ke arah kepemimpinan eksternal (JI atau al-Qaeda) bila diperlukan.[1]
Di saat KOMPAK sering berfungsi sebagai agen lokal JI, kepemimpinan mencerminkan perbedaan strategi jangka panjang dalam melancarkan jihad serta ketidaksabaran jangka pendek. Fatwa Al-Qaeda pada tahun 1998 mengenai serangan terhadap sasaran-sasaran Barat diambil oleh para pengikut Riduan Isamuddin, termasuk mereka yang terlibat dalam bom Bali tahun 2002 dan pengeboman Hotel Marriott tahun 2003. Peristiwa profil tinggi ini dilihat oleh mayoritas jihadis Indonesia sebagai sebuah kesalahan bagi wilayah tersebut, yang merongrong tujuan membangun negara fundamentalis melalui konversi agama.[4]
Sumbangan amal
suntingSumber utama pendanaan untuk kelompok jihadis Asia Tenggara adalah sumbangan. Sementara ada beberapa individu yang secara terbuka mendukung kegiatan ekstra-hukum kelompok tersebut, sumbangan amal yang ditujukan untuk bantuan bencana atau untuk pembangunan masjid juga sering dialihkan. Bagi KOMPAK dan Majelis Mujahidin Indonesia, jenis donasi ini merupakan sumber dana utama, karena hanya ada sedikit akuntabilitas atau jejak audit.[5]
Pada tahun 2000, Muslim Aid Australia yang berbasis di Lakemba, Australia mengumpulkan $10.000 untuk permintaan gempa yang diprakarsai oleh KOMPAK, dan telah mengirim setengahnya sebelum KOMPAK menolak memberikan rincian tentang bagaimana sumbangan tersebut digunakan.[6] Juga di Sydney, Masjid Dee Why menyumbangkan uangnya untuk KOMPAK setelah dikunjungi oleh Abu Bakar Ba'asyir pada tahun 1990,[7] yang menurut Imam Zainal Arifin, mantan kepala masjid tersebut, menyatakan bahwa mereka adalah "orang miskin dan berkebutuhan".
Sebagian dari uang tersebut digunakan KOMPAK dalam produksi video yang menurut wakil ketua organisasi tersebut, "mendokumentasikan kejadian yang terjadi". Video dokumentasi ini menunjukkan anggota Jemaah Islamiah dalam kegiatan melawan orang Kristen setempat, dan kemudian digunakan dalam perekrutan JI, dan logo KOMPAK juga masih ada.
Pada tahun 2003, orang Kuwait bernama Omar al-Faruq ditangkap oleh pihak berwenang Indonesia setelah bertugas sebagai perantara Al Qaeda dan Jemaah Islamiyah. Selama diinterogasi, dia menyatakan bahwa uang dari organisasi amal Arab Saudi, Al Haramayn, diberikan ke cabang Jakarta dan kemudian dialihkan ke KOMPAK.[6] Tahun berikutnya, setelah gempa Samudera Hindia tahun 2004, KOMPAK dengan cepat pindah ke wilayah Aceh dan meminta sumbangan untuk mendukung upaya mereka di sana.
Aktivitas
suntingMeski jumlahnya lebih kecil dan dengan pengaruh politik yang kurang daripada JI, kesediaan anggota KOMPAK yang melakukan kekerasan langsung telah menjadikan mereka ancaman bagi stabilitas wilayah tersebut. Pada bulan November 2001, dua anggota KOMPAK menggunakan sebuah bom paku dalam serangan di Gereja Petra di Jakarta Utara saat ibadah pelayanan malam hari yang dihadiri lebih dari 400 jamaah. Meskipun jendela gereja hancur, tidak ada korban yang dilaporkan.[3] Dua tahun kemudian pada bulan Agustus 2003, seorang anggota KOMPAK setempat meninggal di rumah ayahnya saat sedang meracik bom.[8] Pada bulan Oktober pada tahun yang sama, serangkaian serangan dilakukan di kecamatan di Poso dan Morowali dan menyebabkan tiga belas orang meninggal, kebanyakan penduduk desa Kristen.[4] Serangan ini merupakan pelanggaran serius pertama terhadap kesepakatan damai yang ada dan memberi isyarat kemungkinan kembalinya kekerasan sektarian untuk wilayah tersebut.
Pada bulan Oktober 2005, KOMPAK melakukan serangan tunggal dengan profil tertinggi hingga saat ini, di saat tiga siswi sekolah Kristen dipenggal kepalanya dan satu lagi terluka. Serangan tersebut dilaporkan secara internasional, akhirnya menarik kritik dari Kepausan di Roma.[9] Kehadiran polisi berskala besar ditingkatkan di wilayah tersebut dalam upaya untuk menghentikan serangan balas dendam yang meningkatkan kekerasan tersebut.[10]
Referensi
sunting- ^ a b "Mujahideen KOMPAK". Global Terrorism Database. Diakses tanggal 3 September 2007.
- ^ Sangadji, Ruslan; Suryana, A'an. "Who's behind the Poso, Palu violence this time?". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-29. Diakses tanggal 9 Januari 2007.
- ^ a b c "Military: Mujahidin KOMPAK". Global Security.org. Diakses tanggal 9 Januari 2006.
- ^ a b c Indonesia Backgrounder: Jihad in Central Sulawesi, International Crisis Group [1] Diarsipkan 2007-01-09 di Wayback Machine. Last accessed 9 January 2006
- ^ Johnston, Ian. "Extremists rip off tsunami charity cash". Scotsman.com. Diakses tanggal 9 Januari 2006.
- ^ a b McKenzie, Nick. "Claim money from Aust sent to organisations linked to terrorism". Australian Broadcasting Corporation. Diakses tanggal 9 Januari 2007.
- ^ Neighbour, Sally. "The Australian Connections". Australian Broadcasting Corporation. Diakses tanggal 9 Januari 2007.
- ^ Jones, Sidney. "Terrorism's toxic strains". The Age. Diakses tanggal 9 Januari 2007.
- ^ "Three Christian schoolgirls beheaded in Indonesia". Overseas Security Advisory Council. Diakses tanggal 9 Januari 2007.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Alert after Indonesia beheadings". BBC News. Diakses tanggal 9 Januari 2007.