Indoktrinasi
Indoktrinasi adalah sebuah proses yang dilakukan berdasarkan satu sistem nilai untuk menanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu. Praktik ini sering kali dibedakan dari pendidikan karena dalam tindakan ini, orang yang diindoktrinasi diharapkan untuk tidak mempertanyakan atau secara kritis menguji doktrin yang telah mereka pelajari. Instruksi berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, khususnya, tak dapat disebut indoktrinasi karena prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan menuntut evaluasi diri yang kritis dan sikap bertanya yang skeptis terhadap pikiran sendiri.
Definisi
suntingIndoktrinasi merujuk kepada serangkaian kegiatan yang berbeda-beda, sehingga upaya mencari definisi yang tunggal menjadi sulit. Di bidang psikologi, sosiologi, penelitian pendidikan, dan berbisnis istilah-istilah yang lebih tepat sering kali lebih dipilih, termasuk (namun tak terbatas pada): sosialisasi, propaganda, manipulasi, dan cuci otak.
Dalam pendidikan, pembedaan antara "indoktrinasi" (istilah yang tidak disukai) dengan "pengajaran nilai-nilai" (yang dapat diterima) khususnya menjadi sulit.
Indoktrinasi
suntingIndoktrinasi agama merujuk kepada ritual peralihan yang tradisional untuk mengindoktrinasi seseorang ke dalam suatu agama tertentu dan komunitasnya.
Kebanyakan kelompok agama mengajarkan anggota-anggotanya yang baru tentang prinsip-prinsip agama tersebut. Hal ini biasanya tidak disebut sebagai indoktrinasi karena konotasi negatif kata tersebut. Agama misteri membutuhkan suatu masa indoktrinasi sebelum seseorang dapat memperoleh akses kepada pengetahuan esoterik.
Indoktrinasi militer
suntingPersiapan psikologis awal untuk para prajurit pada masa pendidikannya disebut sebagai indoktrinasi, tetapi bukan dalam pengertian yang merendahkan. Lihat Pendidikan untuk rekrut
Keamanan informasi
suntingDi bidang keamanan informasi, indoktrinasi adalah brifing dan instruksi awal yang diberikan sebelum seseorang diberikan akses kepada informasi rahasia.[1]
Kritik
suntingNoam Chomsky menyatakan, "Bagi mereka yang gigih mencari kemerdekaan, tak ada tugas yang lebih mendesak daripada memahami mekanisme dan praktik-praktik indoktrinasi. Semuanya ini mudah ditemukan dalam masyarakat-masyarakat totaliter, tetapi lebih sulit dalam sistem 'cuci otak di dalam kebebasan' yang menguasai kita semua dan yang sering kali kita layani sebagai alat-alat yang suka rela atau yang tidak menyadarinya."[2]
Robert Jay Lifton berpendapat[3] bahwa tujuan dari frasa atau slogan-slogan seperti "darah untuk minyak," atau "sikat dan lari," tidak dimaksudkan untuk melanjutkan percakapan yang reflektif, melainkan menggantikannya dengan frasa-frasa yang menggugah emosi. Teknik ini diisebut klise pembunuh pikiran.
Rujukan
sunting- ^ National Industrial Security Program Operating Manual menyebut indoktrinasi sebagai "pendidikan/brifing awal yang diberikan sebelum seseorang diberikan akses kepada informasi rahasia."
- ^ Chomsky, Noam. "Propdaganda, American Style". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-02. Diakses tanggal 2007-06-29.
- ^ Lifton, Robert Jay (1989). Thought Reform and the Psychology of Totalism: A Study of "Brainwashing" in China. University of North Carolina Press. hlm. 524. ISBN 0-8078-4253-2.
Lihat pula
suntingPranala luar
sunting- (Inggris) Students for Academic Freedom
- (Inggris) Overcoming Religious Indoctrination Diarsipkan 2008-07-19 di Wayback Machine. Atheist Foundation of Australia Inc
- (Inggris) Habermas and the Problem of Indoctrination Diarsipkan 2009-12-21 di Wayback Machine. Encyclopedia of Philosophy of Education