Melodi penyambutan kereta api
Melodi penyambutan kereta api atau nada kedatangan adalah rangkaian nada musik yang dimainkan ketika kereta tiba atau akan berangkat dari stasiun kereta api.[1] Sebagai bagian dari operasi kereta penumpang, melodi kereta umumnya berupa serangkaian bunyi lonceng. Sebagai contoh, di Jepang, melodi kereta api diatur untuk memberikan perasaan lega pada penumpang kereta setelah duduk saat kereta mulai berjalan.[1] Sebaliknya, melodi kereta yang tiba dikonfigurasikan untuk meningkatkan kewaspadaan bagi calon penumpang di stasiun, seperti menghilangkan rasa kantuk.[1]
Sistem angkutan cepat di beberapa kota, termasuk Budapest,[2] Tokyo, Osaka, dan Seoul menggunakan melodi kedatangan kereta api.
Sejarah
suntingPada tahun 1844, pianis klasik Prancis Charles-Valentin Alkan menciptakan komposisi lagu Le Chemin de fer, sebuah étude piano dirancang untuk menggambarkan perasaan bahagia pengguna jasa kereta api mulai dari saat berangkat hingga tiba di tujuan.[3][4][5] Disebut-sebut sebagai representasi musikal pertama dari perjalanan kereta api.[6][7] Melodi berkarakter gembira dari Le chemin de fer kemudian dibuat lagi sebagai cikal bakal karya orkestra Arthur Honegger yang terkenal Pacific 231, yang juga menggambarkan lokomotif.[8]
Pada Agustus 1971, perusahaan kereta api swasta Jepang Keihan Electric Railway menjadi kereta api pertama di Jepang yang memperkenalkan melodi kereta. Sebagian besar jaringan kereta api Jepang dimiliki oleh negara hingga tahun 1987. Japanese National Railways (JNR) diprivatisasi pada waktu itu, dan jaringannya terbagi antara enam perusahaan besar di Japan Railways Group dan sejumlah operator kecil.[9] Di bawah kepemilikan JNR, bel digunakan di stasiun untuk menandai kedatangan dan keberangkatan kereta api dalam satu standar; tetapi privatisasi membuat manajemen lingkungan stasiun yang lebih otonom. Gagasan untuk memperkenalkan lebih banyak nada melodi dikembangkan, dan ini dengan cepat menyebar setelah penumpang menanggapinya positif.[10]
Karakteristik
suntingAwalnya, melodi yang digunakan pada kereta api Jepang terdengar seperti alarm. Namun, sejak 1990-an lebih banyak perhatian telah diberikan untuk menggunakn lagu-lagu yang memenuhi beberapa kriteria: yang benar-benar menggambarkan kedatangan dan keberangkatan kereta api, yang memicu naik dan turunnya kereta api secara teratur tanpa ada rasa tergesa-gesa, yang membuat penumpang merasa tenang dan santai, dan memiliki suara lebih keras daripada kebisingan lainnya.[10] Perusahaan kereta api telah menetapkan bahwa panjang ideal melodi kereta api, berdasarkan waktu penghentian kereta api di stasiun, adalah tujuh detik — banyak nada yang dirancang agar sesuai dengan lama penghentian. Ratusan melodi yang berbeda — kebanyakan diciptakan khusus untuk kereta api — ada, dan banyak stasiun atau rute memiliki nada khasnya sendiri.[10]
Jika merunut di Indonesia menggunakan lagu musik daerahnya masing-masing seperti "Kicir-Kicir", "Ditepinya sungai Serayu", "Gambang Semarang", dll. Untuk mendampingi bel stasiun biasa seperti Westminster Chime.
Tanggapan
suntingMelodi kereta terbukti populer di kalangan banyak orang di Jepang. Produsen sarana perkeretaapian Nippon Sharyo mendapat izin untuk menggunakan empat melodi penyambutan yang berbeda yang dimiliki oleh East Japan Railway Company dan West Japan Railway Company;[1] dan pada bulan Agustus 2002 perusahaan mengeluarkan jam alarm yang memainkan melodi sama yang didengar di jalur kereta api berkecepatan tinggi Jepang.[1] Satu lagu dirancang untuk menyambut penumpang yang akan duduk sebelum keberangkatan,[1] dan yang lainnya dimaksudkan untuk menghilangkan rasa kantuk, seperti yang dialami oleh penumpang jadwal pagi.[1] Pada September 2002, Nippon Sharyo telah menjual pengiriman pertama 2.000 unit, dengan harga 5.800 yen.[1] Mengingat keberhasilan produk, perusahaan meluncurkan situs web Diarsipkan 2019-04-14 di Wayback Machine. yang didedikasikan untuk jam alarm tersebut, menampilkan melodi kereta Shinkansen.[1] Perusahaan lain telah membuat gantungan kunci dan tali tas yang dapat berbunyi.[11]
Ada juga kritik atas penggunaan melodi di kereta dan di stasiun. Ini terutama berfokus pada polusi suara dan kontribusi lagu untuk itu; tetapi seorang penulis juga mengklaim bahwa penggunaannya merupakan gejala dari sikap paternalistik, birokratis terhadap penumpang dari otoritas kereta api, mirip dengan penggunaan pengumuman dan peringatan yang berlebihan.[10]
Referensi
sunting- ^ a b c d e f g h i Shiraishi, Takeshi (December 2, 2002). "Novelty clocks strike chord with hobbyists Rolling stock maker aims to raise brand recognition with bullet-train tunes". Nikkei Weekly.
- ^ Budapest Metro jingle
- ^ Brisson, Eric (2008). "Alkan - Le chemin de fer, étude, op.27". Pianopedia. Diakses tanggal 2008-01-08.
- ^ Weller, Wolfgang (1996). "The Piano Music of Charles-Valentin Alkan". Weller Music (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 2008-01-11.
- ^ Delaborde, Élie-Miriam (2000). Le Chemin de Fer, Op. 27 (score). London: Ludwig Masters Publications.
- ^ Hitching, George (2006-08-24). "Charles-Valentin Alkan (1813-1888)". George Hitching personal page. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-19. Diakses tanggal 2008-01-08.
- ^ Murray, Christopher J. (2004). Encyclopedia of the Romantic Era, 1760-1850. London: Taylor and Francis. hlm. 12. ISBN 1-57958-422-5.
- ^ Eddie, William A. (2007). Charles Valentin Alkan: His Life And His Music. France: Ashgate Publishing. ISBN 1-84014-260-X.
- ^ "History of Japanese Railway (1949-1988)". Railway Technical Research Institute. 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1997-05-17. Diakses tanggal 2008-12-01.
- ^ a b c d Spindle, Bill (1999-11-15). "Composer Takahito Sakurai Is The Master of 7-Second Songs". Wall Street Journal. Dow Jones & Company, Inc. Diakses tanggal 2008-12-01.
- ^ "Gadgets - Yamanote Train Melody Strap Set". Japan Trend Shop. 2008-07-24. Diakses tanggal 2008-12-02.