Masao Kume (久米 正雄, Kume Masao, 23 November 1891 – 1 Maret 1952) adalah novelis Jepang sekaligus penulis drama. Nama pena sewaktu menulis haiku adalah Santei (三汀), dan dikenal sebagai pencipta kata "bikushō" (微苦笑, senyum masam).

Masao Kume
Kume Masao
Kume Masao
Pekerjaannovelis, penulis drama
KebangsaanJepang Jepang
Periode1914 - 1952
Genrenovel, drama, haiku

Biografi

sunting

Lahir di kota Ueda, Prefektur Nagano, ayahnya adalah seorang kepala sekolah dasar bernama Yoshitarō Kume. Pada 27 Maret 1898, gedung sekolah yang pernah digunakan sebagai tempat menginap Kaisar Meiji sewaktu berkunjung ke Ueda tahun 1897 musnah terbakar. Ayah Masao merasa bertanggung jawab dan melakukan seppuku tiga hari kemudian.[1] Sesudah peristiwa tersebut, Masao dibawa pindah ke kampung halaman ibunya di Koriyama, Prefektur Fukushima, dan dibesarkan di sana.

Sewaktu di sekolah menengah pertama, Masao sudah pandai menulis haiku dan bercita-cita menjadi penyair haiku terkenal. Berdasarkan rekomendasi dan tanpa ujian masuk, Masao diterima di Dai Ichi Kōtō Gakkō (Sekolah Lanjutan Atas I sistem lama, sekarang disebut Universitas Tokyo). Sewaktu kuliah di Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra Universitas Kekaisaran Tokyo, Masao Kume menghidupkan majalah Shinshichō (Arus Pemikiran Baru) untuk ketiga kalinya. Seiichi Naruse dan Yuzuru Matsuoka termasuk di antara rekan-rekannya yang membantu penerbitan Shinshichō.

Drama Gyunyuya no Kyodai yang dipentaskan tahun 1914 merupakan karya pertamanya sebagai penulis drama. Setelah Shinshichō berhenti terbit, Kume menjadi anggota majalah Teikoku Bungaku dan banyak menulis di sana. Pada tahun 1915, Kume menjadi salah seorang mahasiswa yang dibimbing Natsume Sōseki. Pada tahun 1916, Kume menghidupkan majalah Shinshichō untuk keempat kalinya dengan bantuan Ryūnosuke Akutagawa dan Kikuchi Kan. Pada tahun yang sama, Kume menerbitkan novel pertama berjudul Chichi no Shi. Masih pada tahun yang sama, Kume lulus dari Universitas Kekaisaran Tokyo, dan Sōseki meninggal dunia pada akhir tahun 1916.

Kume jatuh cinta dengan Natsume Fudeko, putri sulung Sōseki. Ketika anaknya dilamar, ibu Fudeko (Natsume Kyōko) berkata bahwa dirinya akan memberi izin kepada Kume untuk menikahi Fudeko kalau memang putrinya setuju. Namun ternyata Fudeko lebih menyukai teman Kume yang bernama Matsuoka Yuzuru. Sementara itu, seseorang yang mengaku teman sekolah Fudeko mengirimkan surat kaleng kepada keluarga Soseki. Surat kaleng tersebut berisi pemberitahuan bahwa Kume sering berganti-ganti pacar, impoten, dan mengidap penyakit kelamin. Menurut Yasuyoshi Sekiguchi dalam buku Hyōden Matsuoka Yuzuru, penulis surat kaleng tersebut adalah musuh Kume bernama Yuzō Yamamoto. Setelah identitas pengirim surat kaleng diketahui, Fudeko merasa simpati terhadap Kume untuk sementara.

Kume dengan senang hati mengumumkan rencana pernikahannya dengan Fudeko dalam novel yang ditulisnya. Selain itu, berita "Putri Sōseki dan Kume Masao Menikah" juga dimuat dalam majalah yang diterbitkannya. Fudeko menjadi marah dan membenci Kume, serta melarangnya untuk datang lagi ke rumah keluarga Sōseki. Setelah tidak mendapatkan Fudeko, Kume masih mengincar adik Fudeko yang bernama Tsuneko, serta saudara sepupu Fudeko. Usaha Kume akhirnya sia-sia karena Fudeko ternyata mencintai Matsuoka Yuzuru.

Kume yang patah hati pulang ke kampung halamannya. Setelah kembali lagi ke Tokyo pada tahun 1918, Kume menerbitkan berbagai cerpen, termasuk di antaranya Jukensei no Shuki. Cerpen tersebut mengisahkan murid yang gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi sekaligus patah hati. Pada tahun 1918, cerpen Jukensei no Shuki dimasukkan ke dalam kumpulan karya Kume yang diberi judul Gakusei Jidai. Cerita Jukensei no Shuki begitu populer dan berhasil menjadi klasik. Masih pada tahun yang sama, Fudeko dan Matsuoka menikah. Kume yang mendengar pernikahan Fudeko mengungkapkan rasa dendamnya dalam bentuk tulisan di berbagai majalah. Kikuchi Kan merasa simpati, dan memuat novel Hotaru Kusa karya Kume sebagai cerita bersambung di harian Jiji Shimpō. Pembaca menggemari novel tersebut karena ditulis sebagai novel pop dengan bahasa yang mudah dimengerti. Sejak itu pula, nama Masao Kume dikenal sebagai penulis novel pop.

Pada tahun 1922, Kume menerbitkan novel berjudul Hasen yang mengangkat peristiwa putus cintanya dengan Fudeko. Novel tersebut menarik simpati dari banyak pembaca wanita, dan sebagai akibatnya Matsuoka Yuzuru dikecam banyak orang. Peristiwa tersebut juga mengakibatkan Matsuoka dikucilkan kalangan sastrawan untuk selama-lamanya. Walaupun demikian, Yasuyoshi Sekiguchi berpendapat bahwa Matsuoka bukan dikucilkan tapi bakatnya sebagai penulis memang terbatas.

Setelah menjadi raja penulis novel pop, Kume tetap mengagumi novel bernilai seni. Dalam kritik seni berjudul Shishōsetsu to Shinkyōshōsetsu (Novel tentang Pengarangnya Sendiri dan Novel tentang Sikap Mental) yang diterbitkan tahun 1925, Kume untuk pertama kalinya menggunakan istilah "Jumbungaku" (karya sastra murni).

Ketika terjadi Gempa bumi besar Kanto tahun 1923, Kume kebetulan sedang berada di kuil Hase-dera yang terletak di Kamakura, Kanagawa, Prefektur Kanagawa. Kuil Hase-dera menjadi tempatnya mengungsi, dan menjadi tempat tinggalnya sejak tahun 1925 hingga tutup usia. Pada tahun 1932, Kume diangkat sebagai anggota dewan kota Kamakura dengan suara terbanyak. Namun tahun berikutnya(1933), Kume ditangkap polisi karena tertangkap basah bermain judi kartu Hanafuda bersama Matsutarō Kawaguchi dan Satomi Ton.

Semasa Perang Dunia II, Kume menjadi anggota komisaris Perkumpulan Patriotisme Sastra Jepang (Nihon Bungaku Hōkoku Kai). Pada bulan Mei 1945, bersama Yasunari Kawabata, Kume membuka bisnis taman bacaan "Kamakura Bunko" dengan dirinya sebagai direktur. Buku yang disewakan adalah buku-buku milik sastrawan yang tinggal di Kamakura. Seusai perang, taman bacaan tersebut diubah menjadi usaha penerbitan. Kamakura Bunko menerbitkan majalah sastra Ningen, dan majalah cerita fiksi pop Bungei Ōrai. Selain itu, Kume juga diangkat sebagai ketua pertama Kamakura PEN Club. Persahabatannya dengan Kikuchi Kan berlangsung seumur hidup. Kume pernah dituduh melakukan plagiat sebanyak dua kali, tetapi masalahnya segera tuntas berkat perlindungan Kikuchi Kan.

Pada masa tuanya, Kume mengidap penyakit darah tinggi. Pada tahun 1952, Masao Kume, 60 tahun, meninggal dunia secara mendadak akibat pendarahan otak. Sebelum meninggal, Kume sempat berdamai dengan Matsuoka Yuzuru. Peringatan hari kematian Masao Kume disebut Santei-ki (berasal dari nama pena "Santei"), atau Bikushō-ki (dari kata "bikushō" atau "senyum masam" yang diciptakannya).

Pada tahun 1931, Heibonsha menerbitkan 13 volume kumpulan karya Masao Kume dengan judul Kume Masao Zenshū. Penerbit Hon no Tomosha mencetak ulang kumpulan karya tersebut pada tahun 1993.

Bibliografi

sunting
  • Chichi no Shi
  • Hotaru Kusa
  • Hasen
  • Jukensei no Shuki
  • Tejina-shi
  • Ginka

Daftar pustaka

sunting
  • Sekiguchi Yasuyoshi. Hyōden Matsuoka Yuzuru. Tokyo: Ozawa Shoten, 1991.
  1. ^ "Ueda joshishō ga zenshō, Kume kōchō jisatsu". Diakses tanggal 27 September. 

Pranala luar

sunting