Arti

apa yang sumber atau pengirim pesan coba sampaikan, dan apa yang penerima dapatkan dari konteks yang ada
(Dialihkan dari Makna)

Arti (serapan dari Sanskerta: अर्थ) atau makna (serapan dari bahasa Arab: معنى) adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya.[1] Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Makna terbagi ke dalam dua kelompok besar: speaker-sense dan linguistic-sense. Yang disebut pertama merujuk pada tujuan atau niat pembicara ketika mengatakan sesuatu. Sedangkan yang disebut terakhir merujuk pada makna linguistik yakni yang lazim dipersepsi penutur bahasa. Yakni makna secara literal, dan ini merupakan bagian dari semantik. Berikut adalah sejumlah sifat-sifat dan relasi makna yang lazim dibahas oleh semantik: ambiguitas leksikal, sinonimi, hiponimi, overlap dan antonimi. Ambiguitas leksikak terjadi tatkala satu kata memiliki lebih dari dua arti. Sinonimi adalah sejumlah katayang memiliki makna yang sama. Hiponimi adalah satu kata yang artinya mencakupi keseluruhan makna kata lainnya. Overlap adalah fenomena semantis tatkala dua kata atau lebih bertumpang-tindih fitur semantiknya. Antonim adalah dua kata yang berlawanan artinya.[2]

Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension). Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi.[3]

Jenis Makna

sunting

Makna leksikal adalah makna kata atau leksem sebagai lambang benda, peristiwa, objek, dan lain-lain. Makna ini dimiliki unsur bahasa lepas dari penggunaan atau konteksnya. Misalnya:

  • kata tikus bermakna "binatang pengerat yang bisa menyebabkan penyakit tifus". Makna ini akan jelas dalam kalimat berikut.
    • Kucing makan tikus mati.
    • Tikus itu mati diterkam kucing.
    • Panen kali ini gagal akibat serangan tikus.
  • Jika kata tikus pada ketiga kalimat di atas bermakna langsung (konseptual), maka pada kalimat berikut bermakna kiasan (asosiatif).
    • Yang menjadi tikus di kantor kami ternyata orang dalam.

Makna Langsung, konseptual atau denotatif

sunting

Makna langsung, konseptual atau denotatif adalah makna kata atau leksem yang didasarkan atas penunjukkan yang langsung (lugas) pada suatu hal atau objek di luar bahasa. Makna langsung atau makna lugas bersifat objektif, karena langsung menunjuk objeknya.

  • Contoh berikut secara konseptual bermakna sama, tetapi secara asosiatif bernilai rasa yang berbeda.
    • wanita = perempuan
    • gadis = perawan
    • kumpulan = rombongan = gerombolan
    • karyawan = pegawai = pekerja
    • bini = istri
    • beranak= melahirkan
    • pembantu = asisten rumah tangga
    • pelayan = pramusaji
    • gelandangan =tunawisma
    • buta = tunanetra
    • beranak= melahirkan
    • pembantu = asisten rumah tangga
    • pelayan = pramusaji
    • gelandangan =tunawisma
    • buta = tunanetra [4]

Berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungnya, makna langsung dapat dibedakan atas makna luas dan makna sempit.

Makna Kiasan atau asosiatif

sunting

Makna kiasan atau asosiatif adalah makna kata atau leksem yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul pada penyapa dan manusia yang disapa. Makna ini muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap leksem yang dilafalkan atau didengarnya. Makna kiasa juga dapat berarti makna yang tidak sebenarnya atau acuannya tidak sesuai dengan makna kata yang bersangkutan. Makna kiasan biasanya digunakan dalam cerita, lukisan, ulasan, berita, dan kisah. Tujuan pemakaiannya adalah menghidupkan dan memberikan kesan yang menarik perhatian pembaca. Makna kiasan disebut juga makna figuratif.

Dilihat dari nilai rasa yang terkandung di dalamnya, makna kiasan (asosiatif) dibedakan atas makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna replektif, makna kolokatif, dan makna idiomatis.

Makna struktural adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain dalam satuan yang lebih besar, baik yang berkaitan dengan unsur fatis maupun unsur musis. Unsur fatis adalah unsur-unsur segmental yang berupa morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat, sedangkan unsur musis adalah unsur-unsur bahasa yang berkaitan dengan supra-segmental seperti irama, jeda, tekanan, dan nada. Makna struktural yang berkaitan dengan unsur fatis disebut makna gramatikal, sedangkan yang berkaitan dengan unsur musis disebut makna tematis

Makna gramatikal (makna tata bahasa) adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara unsur-unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang lebih besar. Misalnya, hubungan morfem dan morfem dalam kata, kata dan kata lain dalam frasa atau klausa, frasa dan frasa dalam klausa atau kalimat.

Makna tematis adalah makna yang muncul sebagai akibat penyapa memberi penekanan atau fokus pembicaraan pada salah satu unsur kalimat.

Perubahan makna

sunting

Seiring perkembangan suatu bahasa, makna suatu kata dapat berubah. Beberapa perubahan makna kata meliputi perluasan, penyempitan, peningkatan, penurunan, sinestesia, asosiasi.

Generalisasi

sunting

Generalisasi atau perluasan makna adalah perubahan makna sesuatu yang cakupam makna sekarang lebih luas dari kata asalnya. Contoh: Presiden, Ayah, Ibu, Anak, Saudara, Putri, dsb.

Kata putri, semula digunakan untuk sebutan anak perempuan dari seorang raja/sultan kini maknanya meluas menjadi sebutan untuk setiap anak perempuan dari berbagai kalangan.

Spesialisasi

sunting

Spesialisasi atau penyempitan makna adalah makna sesuatu lebih sempit dari kata asalnya. Contoh: Madrasah, Guru, Nasib, Sarjana, Pendeta, Sastra, dsb.

Kata sarjana, semula sebutan untuk orang pandai atau cendekiawan. Kini, sebutan untuk orang yang sudah menempuh jenjang pendidikan strata 1.

Ameliorasi

sunting

Ameliorasi atau peningkatan makna adalah perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan hal yang lebih baik dari semula.[5] Contoh: Wanita, Pria, Istri, Suami, Sahabat, dsb

Peyorasi

sunting

Peyorasi atau penurunan makna adalah makna kata yang nilai yang rasanya lebih rendah dari kata sebelumnya. Contoh: Perempuan, Laki-laki, Bini, Misua, Kroni, dsb

Sinestesia

sunting

Adalah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berlainan. Contoh: sorot matanya tajam saat menatapku, kata tajam seharusnya ditanggapi oleh Indra perasa (kulit).

Asosiasi

sunting

Adalah perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Contoh: nilai ulangan kimiaku merah, kata merah di sini berasosiasi dengan jelek atau tidak baik.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Struktur Makna
  2. ^ A. Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, 65.
  3. ^ baca Shipley, 1962;263)
  4. ^ Media, Kompas Cyber (2022-08-15). "Pengertian Peyorasi dan Ameliorasi beserta Contoh Kalimatnya Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-05-15. 
  5. ^ Harimurti Kridalaksana (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 10: "ameliorasi — perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan hal yang lebih baik dari semula; mis. wanita sekarang mempunyai arti hormat, dulu hanya beraiti 'yang diinginkan'.". 

Lihat pula

sunting