Homonim adalah suatu kata yang memiliki relasi makna yang berbeda tetapi mempunyai kesamaan dalam hal fonologis atau ortografis (tulisan).[1] Jika lafalnya sama disebut homofon, tetapi jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homograf.[2] Contoh homonimi baik itu homograf atau homofon memang lebih banyak dijumpai pada bahasa Inggris dibandingkan pada bahasa Indonesia. Untuk membedakan kata-kata yang memiliki persamaan dalam hal penulisan atau pelafalan namun maknanya berbeda yakni dengan memperhatikan konteks kalimat secara utuh, bukan hanya fokus pada katanya saja. Melalui konteks kalimat secara utuh, akan dengan mudah memahami makna kata yang dimaksud.[1]

Homonim bukan kata melainkan dua buah kata atau lebih yang kebetulan bentuknya sama. Penafsiran pada homonim bisa terjadi pada seluruh satuan gramatikal kata tersebut. Maka dari itu, homonim akan memiliki makna yang berbeda pula. Di dalam kamus homonim disimpan sebagai entri yang berbeda-beda, sehingga tidak ada hubungan makna yang terdapat antara kata yang satu dan kata yang lainnya.[3]

Etimologi

sunting

Kata homonim berasal dari bahasa Yunani homos yang berarti sejenis dan onoma yang berarti nama. Dalam literasi Arab, homonim dikenal dengan istilah al musytarek al-lafhziyy. Seluruh lafal homonim itu bermakna hakiki, bukan majazi. Contoh, lafal al-hubb mengandung tiga puluh arti hakiki antara lain, ibu, saudara perempuan, anak perempuan, rusak, dan sedih. Ada juga yang menyatakan bahwa homonim terjadi karena perbedaan dialek dalam bahasa tertentu serta perpindahan dari makna asal ke makna majas. Perpindahan ini kemudian banyak digunakan orang sehingga seakan-akan semuanya menjadi makna hakiki.[4]

Proses pembentukan

sunting

Ada tiga cara terbentuknya sebuah homonim yaitu konvergensi fonetis, divergensi makna dan pengaruh asing. Timbulnya homonim yang paling umum adalah lewat konvergensi (pemusatan dan perpaduan) fonetis (bunyi). Karena pengaruh bunyi maka dua atau tiga kata yang semula berbeda bentuknya, lalu menjadi sama bunyinya dalam bahasa lisan atau kadang-kadang sampai ke tulisannya. Perkembangan makna yang menyebar (divergen) juga bisa menimbulkan homonim. Jika dua buah makna atau lebih (polisemi) dari sebuah kata berkembang ke arah yang berbeda, maka di sana tidak akan jelas lagi hubungan antara makna-makna itu, dan kesatuan kata itu menjadi rusak dan polisemi berubah menjadi homonim. Bentuk homonim ini merupakan pasangan atau mitra yang pas dari suatu proses. Penafsiran lembali homonim-homonim sebagaimana keduanya dahulu merupakan sebuah kata yang mempunyai dua makna.

Banyak kata asing yang masuk ke dalam suatu bahasa sangat mungkin menimbulkan homonim dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lain. Kadang- kadang kata asing itu membangun homonim dengan kata asli setelah kata asing itu disesuaikan bunyinya dengan lidah Indonesia. Manakala sebuah kata pinjaman menjadi kokoh dalam lingkungan baru maka ia akan disesuaikan dengan sistem bunyi lingkungan atau bahasa baru itu dan karenanya akan mengalami perubahan bunyi yang normal. Lalu kata ini menjadi serupa dengan kata lain dalam bahasa yang meminjam itu.[5]

  • Homonim yang homofon adalah bunyi kata yang lafalnya sama tetapi makna dan ejahannya berbeda. Contohnya bank dan bang.
  • Homonim yang homograf adalah kata yang sama ejaannya dengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan maknanya. Contohnya adalah seri yang berarti cahaya dan seri yang berarti sama.
  • Homonim yang homofon dan homograf adalah kata yang bentuk bunyinya, ejaan dan tulisannya sama. Contohnya adalah buku yang berarti barang buku dan buku yang berarti bagian dari tumbuhan bambu.[6]

Contoh

sunting
  • bulan (nama kalender atau nama satelit)
  • genting (gawat atau atap rumah)
  • rapat (pertemuan atau tidak renggang).[2]

Contoh homograf adalah kata tahu (makanan) yang berhomografi dengan kata tahu (paham) dan buku (kitab) yang berhomografi dengan buku (tempat pertemuan dua ruas), sedangkan kata masa (waktu) berhomofoni dengan massa (jumlah besar yang menjadi satu kesatuan).[7] Di dalam kamus kata-kata yang termasuk homonim muncul sebagai lema (entri) yang terpisah. Misalkan saja, kata tahu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia muncul sebagai dua lema:[8]

tahu

  1. v mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya): ia -- bahwa saya yang menolongnya; perkara mesin, dia lebih -- daripada saya
  2. v kenal (akan); mengenal: ia tidak -- akan sanak saudaranya lagi
  3. v mengindahkan; memedulikan: ia sudah tidak mau -- lagi kepada anaknya
  4. v mengerti; berpengertian: siapa yang -- apa maksud tanda ini?
  5. v pandai; cakap: sedikit-sedikit saya -- juga tentang mesin
  6. v insaf; sadar: dia tidak -- akan kekurangannya
  7. v cak pernah: petinju itu tidak -- menang; adikku tidak -- membolos

tahu 2

n makanan dari kedelai putih yang digiling halus-halus, direbus, dan dicetak

Rujukan

sunting
  1. ^ a b Yusri; R, Mantasiah (2020). Linguistik Mikro (Kajian Internal Bahasa Dan Penerapannya). Sleman: Deepublish. hlm. 92. ISBN 978-623-02-1314-4. 
  2. ^ a b "Komunitas & Perpustakaan Online Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-25. Diakses tanggal 2011-09-30. 
  3. ^ Nugraheni, Aninditya Sri (2019). Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Berbasis Pembelajaran Aktif. Jakarta: Prenada Media. hlm. 65. ISBN 978-602-422-807-1. 
  4. ^ Izzan, Ahmad (2011). ULUMUL QUR'AN: Telaah tekstualitas dan Kontekstualitas Alquran. Bandung: Tafakur. hlm. 130. ISBN 978-979-778-088-3. 
  5. ^ Chindyani, Maria Gabriella (2017). "Homonim Bahasa Dayak Muara". Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (dalam bahasa Inggris). 6 (3): 4. ISSN 2715-2723. 
  6. ^ Aripuddin, Aripuddin (2018). "Bentuk dan Penggunaan Homonim dalam Bahasa Kerinci di Pulau Tengah". Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra. 6 (2): 24. ISSN 2089-3973. 
  7. ^ 1948-, Gunawan, Fitri,; Untung,, Yuwono,; T.,, Lauder, Multamia R. M. Pesona bahasa : langkah awal memahami linguistik. Jakarta. ISBN 9789792216813. OCLC 156874430. 
  8. ^ "Hasil Pencarian - KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2017-09-30.