Bàn zhuō yang memiliki arti secara harfiah "menyiapkan meja" merupakan merupakan sebuah budaya banket tradisional Tionghoa. Dalam budaya Tionghoa-Indonesia, kegiatan ini biasa dinamakan ciak tok[1] (arti harfiah "makan meja") atau ciak ciu. Tradisi ini juga digunakan sebagai salah satu jenis bisnis jasa boga di Taiwan.

Bàn zhuō di Taipei
Makan meja
Hanzi:

Tradisi makan meja di Indonesia

sunting

Tradisi makan meja di Indonesia berasal dari kebudayaan Tionghoa. Istilah "makan meja" diterjemahkan dari kata bahasa Hokkien yang dituturkan oleh komunitas Hokkien, "ciak tok"[1] / "cia to" (食桌 ; romanisasi pe̍h-ōe-jī : chia̍h-toh. ). Arti cia to dapat diterjemahkan sebagai menikmati hidangan perjamuan di atas meja yang bundar.[2] Perjamuan ini biasanya diadakan untuk merayakan ulang tahun atau pesta pernikahan.[2] Meja yang disediakan adalah meja bundar yang mempunyai arti bagus dalam budaya Tionghoa.[2] Hidangan yang disajikan dalam tradisi makan meja diantarkan satu per satu (tidak sekaligus semua) oleh pelayan yang bertugas di acara tersebut. Umumnya terdapat delapan hingga sembilan jenis hidangan yang disajikan. Angka delapan dan sembilan dianggap sebagai angka keberuntungan menurut kepercayaan Tionghoa.[2]

Etimologi

sunting

Kata Bàn zhuō terdiri dari dua kata, yaitu kata “ban” yang memiliki arti “menyiapkan” dan “zhou” merujuk kepada makanan yang disiapkan di atas meja atau meja tempat makanan disiapkan. Maka, secara harfiah Bàn zhuō memiliki makna menyiapkan makanan di atas meja.[3]

Budaya Bàn zhuō di Taiwan

sunting

Sejarah

sunting

Sejarah Bàn zhuō pertama kali dimulai di Taiwan pada abad ke-17 ketika imigran suku Han Tiongkok dari provinsi Fujian dan Guangdong pada masa kekuasaan Koxinga (Kerajaan Tungning) membawa kebudayaan ini ke Taiwan. Kebiasaan ini dilakukan karena pada saat itu mereka mengalami kesulitan menanam hasil pertanian sekaligus penyakit sehingga para imigran melakukan pengurbanan hewan, anggur dan makanan lainnya sebagai persembahan terhadap dewa dan roh memohon berkah dan perlindungan. Biasanya persembahan ini dilakukan dalam bentuk Bàn zhuō sehingga tradisi ini mulai berkembang di Taiwan.[3][4] Salah satu catatan yang memuat tentang tata cara melakukan kebudayaan ini berada di bab Zasu di dalam buku Taiwan Xianzhi terbitan tahun 1720 . Tulisan selanjutnya baru ditemukan 150 tahun kemudian di dalam sebuah gazetir dengan nama Dongying Shilue pada edisinya tahun 1873.[5]

Jenis-jenis

sunting

Bàn zhuō terdiri dari beragam jenis tergantung perayaan yang menjadi alasan acara ini diadakan. tsia̍h-ti-kong-bah untuk perayaan bahagia, tsia̍h-nuā-bah untuk pemakaman dan tsia̍h-înn-á-thng untuk merayakan kepindahan rumah.[3]

Jenis makanan

sunting
 
Peralatan yang menjadi tempat disajikan

Makanan pembuka dengan temperatur disajikan pertama untuk menunggu para tamu tiba yang biasa terdiri dari bottarga atau telur ikan asin, roll ikan, udang rebus, sotong cincang , aspic ayam dingin, dan ubur-ubur asin. Makanan pembuka ini memiliki nama tergantung berapa jenis bahan yang digunakan untuk menyiapkan makanan tersebut. Selanjutnya, sebagian besar makanan merupakan hidangan gorengan atau rebusan. Hal ini dimulai sebelum boom ekonomi yang terjadi dekade 70-an dan 80-an. Saat itu, Taiwan melewati masa kemiskinan sehingga banyak masyarakat yang miskin tidak bisa membeli daging untuk dikonsumsi secara rutin. Situasi ini ditambah dengan transportasi yang belum baik berkembang membuat para masyarakat Taiwan saat itu membutuhkan waktu lama untuk menuju tempat yang menjadi lokasi acara bàn zhuō. Karena inilah, orang yang mengadakan acara memasak gorengan dan daging rebus seperti ikan, ayam, babi dan sapi untuk memberikan makan para tamu dan juga untuk dibawa pulang ke keluarga mereka.[6]

Dalam menyiapkan makanan, orang yang mengadakan acara akan memberikan bahan makanan untuk dimasak oleh seorang kepala koki yang dikenal dengan nama (Hanzi: 總舖師; Pinyin: tsóng-phòo-sai)) dalam Bahasa Tionghoa yang mengatur jenis makanan dan menyiapkan makanan. Selanjutnya, para masyarakat akan membangun tenda serta mendirikan meja dan kursi. Semua makanan ini akan dimasak dibawah tenda di pinggir jalan.[4]Tsóng-phòo-sai harus menetukan makanan yang disajikan tergantung jenis perayaan yang dilaksanakan. Ketika pernikahan atau pindah rumah, makanan yang pertama kali disajikan adalah ayam utuh sebagai simbol rumah baru karena 起家 ( dalam Bahasa Hokkien Taiwan yang kata keduanya ke yang memiliki makna rumah homofon dengan kata ayam di dalam bahasa yang sama.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ a b New Hollywood Hadirkan Konsep Hidangan Ciak Tok Dengan Sensasi dan Cita Rasa Lezat, "Riaumandiri". Akses: 17 September 2024.
  2. ^ a b c d Menikmati Perjamuan Ala Tionghoa, Tribun News. Akses: 17 September 2024.
  3. ^ a b c d Yu-Hsin, Chang (22 September 2015). "ASCDC E-Newsletter No.08->Roadside Banquets: Taiwan's Distinctive Banquet Culture". newsletter.ascdc.sinica.edu.tw (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2 April 2022. 
  4. ^ a b Chen, Sharon (2019). "About Bando". Dalam Lee, Gretchen. A Guide Book of The Bando Banquets in Taiwan (PDF). hlm. 3. 
  5. ^ Yu-Hsin, May Chang. Food Heritage and Tourism: A Case of Neimen Pantoh (Catering) in Taiwan. 
  6. ^ Yang, Sophia (12 November 2016). "Bando - Taiwanese roadside banquet | Taiwan News | 2016-11-12 19:19:00". Taiwan News. Diakses tanggal 7 April 2022.