Mahang damar

pohon pionir di hutan sekunder
(Dialihkan dari Macaranga triloba)
Mahang Damar
Mahang damar, Macaranga triloba
tumbuh liar di Kampus IPB Darmaga, Bogor
Tidak dievaluasi (IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Macaranga triloba
Nama binomial
Macaranga triloba
Sinonim
  • Ricinus trilobus Thunb.[2] (basionym)
  • Pachystemon trilobus (Thunb.) Reinw. ex Blume
  • Macaranga quadricornis Ridl.
  • Macaranga cornuta Müll.Arg.
  • Tanarius trilobus (Thunb.) Kuntze

Sinonim selengkapnya: The Plant List[3]

Mahang damar, mahang kukur, atau kayu sepat (Macaranga triloba) adalah sejenis pohon kecil atau perdu penyusun hutan sekunder, anggota famili Euphorbiaceae. Kayunya lunak, berwarna putih dan berkualitas rendah; tidak banyak digunakan. Daun dan buahnya mengandung tanin, pada masa lalu digunakan sebagai bahan obat tradisional. Nama-nama lokalnya, di antaranya, sapè (Mink.); mara, mara beureum, mara bodas, mara leutik (Sd.); tutup ancur, tutup ijo, tutup sruwa (Jw.).[4]

Pengenalan

sunting
 
Kuncup dan daun penumpu
 
Close up daun muda; tepinya penuh kelenjar
 
Daun muda dengan kelenjar di ujung tulang daun

Pohon kecil, mencapai tinggi 20 m; akan tetapi sering telah berbuah pada tinggi 3–4 m. Ranting-ranting garis tengahnya 6–12 mm; kebanyakan gundul atau kadang-kadang tertutupi oleh rambut-rambut yang halus-pendek yang tegak, tetapi lekas rontok dan menjadi hampir gundul; tengahnya padat tak berongga, dan tidak dihuni semut. Pepagannya halus, abu-abu kecokelatan terang, dengan lampang bekas daun penumpu.[5]

Daun penumpu bundar telur hingga bundar telur jorong, 7–15 × 5–14 mm, hijau terang, membentang atau melengkung terbalik namun ujungnya tidak menempel erat pada ranting, tebal seperti jangat, umumnya gundul atau dengan rambut-rambut halus kemerahan yang tersebar dan rambut keperakan dekat pangkalnya; pasangan daun penumpu ini melingkari ranting dengan sempurna; di ujung ranting biasanya masih terlihat 4-10 pasang daun penumpu yang belum rontok.[5]

Daun-daun bertangkai panjang silindris, (8–)10–25 cm, gundul atau hampir gundul tertutupi oleh rambut-rambut pendek keperakan, menancap sejauh 1,5–6,5 cm dari tepi helaian. Helaian daun bundar telur atau bundar telur lebar dengan tiga ujung menjari, (12–)15–35 × (8–)12–24(–30) cm, bertoreh hingga sedalam 1/3–2/3 panjang daun, lebar lobus (bagian) yang tengah antara 6–12(–14) cm, sedangkan lobus yang samping 3–6(–8) cm pada pangkalnya; tulang daun utama menjari (7–)8–9(–10), tulang daun sekunder tersusun serupa tangga (scalariform) yang melengkung di dekat tepi dan berakhir di tepi daun pada suatu kelenjar nektar; semua sisi hijau atau adakalanya dengan sisi bawah merah keunguan yang menetap pada daun tua, daun muda berwarna merah ungu kecokelatan dengan bintik-bintik kelenjar yang menonjol di tepinya.[5]

 
Malai bunga jantan
 
Malai bunga betina
 
Malai buah

Perbungaan terletak di ketiak, berkelamin tunggal. Karangan bunga jantan serupa malai, tegak, (8–)10–22 × 8–16 cm, hijau terang; percabangan panjang dan lurus, hingga derajat ke-3 atau 4; daun pelindung bundar telur jorong, 5–8 × 3–6 mm, bertepi rata atau dengan gerigi samping yang pendek sempit, berujung lancip atau meluncip; bunga jantan setinggi 0,7–1,0 mm, duduk. Karangan bunga betina serupa malai, tegak, 4–15 × 2–10 cm, porosnya kokoh kekar tak bercabang atau paling-paling dengan sepasang cabang samping yang pendek berhadapan, bunga-bunganya berkumpul di ujung poros; daun pelindung bundar telur lebar, 3–5 × 3–5 mm, ujungnya lancip atau membundar dengan beberapa gigi pendek dan sempit, lekas rontok.[5]

Buah hampir bulat menggepeng, 6–8 × 10–13 mm, duduk, ujungnya memiliki tonjolan-tonjolan serupa tanduk sepanjang 3–6 mm, kekuningan. Biji bulat telur menyegitiga, bergaris tengah 4–4,5 mm, hitam, terlindung dalam arilus merah terang berdaging.[5]

Agihan dan ekologi

sunting

Macaranga triloba tersebar luas mulai dari Semenanjung Malaya (termasuk pula wilayah Thailand), Sumatra (termasuk Bangka), Jawa, hingga ke Filipina (Palawan, Sulu); akan tetapi tidak didapati di P. Kalimantan. Dilaporkan pula dari Indocina, tetapi belum dikonfirmasi.[5]

Kayu sepat ini tergolong tumbuhan pionir yang menyusun hutan sekunder; dan ia didapati mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.400 m dpl. Mahang damar tumbuh pada beragam kondisi habitat, termasuk pada hutan-hutan dipterokarpa tanah kering, tepi-tepi hutan rawa, dan juga merupakan salah satu dari sedikit jenis mahang yang mampu hidup pada hutan-hutan yang mengalami kemarau secara berkala.[5]

M. triloba tergolong salah satu jenis mahang yang bersimbiosis (mutualisme) dengan semut; dalam hal ini semut-semut dari genus Crematogaster subg. Decacrema.[6] Tumbuhan ini menyediakan ruang atau rongga di dalam ruas ranting-rantingnya, disebut domatia, yang bisa dihuni semut.[6] Di samping itu, M. triloba juga menghasilkan semacam substansi bernutrisi (dikenal sebagai food body) untuk makanan semut; biasanya diproduksi di sisi bawah daun penumpu yang melengkung.[6] Semua upaya ini dapat dimaknai sebagai suatu strategi pertahanan-diri terhadap hama dan herbivor secara tidak langsung, yakni dengan memanfaatkan kehadiran semut-semut itu, yang pada saatnya akan bertindak menyerang atau mengusir organisme yang mengancam kehidupan tumbuhan inang.[6][7]

Manfaat

sunting

Mahang damar menghasilkan kayu yang ringan dengan BJ 0,45; kayu ini termasuk ke dalam kelas kuat III dan kelas awet V.[8] Kayu mahang damar tidak banyak dimanfaatkan; paling-paling sebagai sarung alat-alat pemotong,[4] atau kayu bakar.[8]

Mahang damar menghasilkan gom (sejenis resin) yang lekat dan baik digunakan sebagai bahan lem, serta tanin.[4][8] Heyne mencatat bahwa di masa lalu di Bogor, air rebusan daun dan buah mara beureum ini dipakai untuk mengobati murus; kemungkinan karena tingginya kandungan zat penyamak tersebut.[4] Penelitian beberapa tahun yang silam mendapatkan bahwa daun mahang damar mengandung senyawa kimia yang berpotensi mencegah kanker.[9]

Jenis yang serupa

sunting

Macaranga triloba berkerabat dekat dengan M. depressa forma depressa. Kedua spesies ini sama-sama memiliki ranting-ranting yang pejal, daun penumpu yang menjangat dan melengkung namun tak melekat pada batang, dan 'tanduk' yang panjang pada buah yang tua. Perbedaannya, M. depressa f. depressa memiliki daun yang relatif lebih kecil, lebih sempit dan lebih membentang lobus-lobusnya bila dibandingkan dengan M. triloba. Daun pelindung bunga jantan pada M. depressa f. depressa juga lebih kecil dan memiliki ujung serupa ekor yang lebih pendek.[5]

Jenis lain yang mirip dan acap terkelirukan adalah M. bancana. Tak sebagaimana M. triloba, M. bancana memiliki ranting-ranting yang berongga; daun penumpu berwarna merah yang tebal seperti sukulen dan melengkung serta melekat pada batang; daun pelindung bunga jantan dengan ujung yang membundar atau pendek lancip (vs. ujung yang meluncip atau berekor runcing); serta tak memiliki 'tanduk' panjang pada buah yang tua.[5]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Candolle, A. de. 1866. Prodromus Systematis Naturalis Regni Vegetabilis ... pars 15(2): 989. Parisii :Victoris Masson &f.
  2. ^ Thunberg, CP. 1815. Dissertatio de Ricino: 6. Upsaliae :Excudebant Zeipel et Palmblad.
  3. ^ The Plant List: Macaranga triloba (Thunb.) Müll.Arg.
  4. ^ a b c d Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia 2: 1166. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan.
  5. ^ a b c d e f g h i Whitmore, T.C. et al. (nd). "67. Macaranga". in: Malesian Euphorbiaceae Descriptions of Flora Malesiana (Prodromus).
  6. ^ a b c d Heil, M., B. Fiala, KE. Linsenmair, G. Zotz, P. Menke, & U. Maschwitz. 1997. "Food body production in Macaranga triloba (Euphorbiaceae): a plant investment in anti-herbivore defence via symbiotic ant partners". Journal of Ecology 85: 847-61. (abstrak)
  7. ^ Heil, M., A. Hilpert, B. Fiala, R. bin Hashim, E. Strohm, G. Zotz, & KE. Linsenmair. 2002. "Nutrient allocation of Macaranga triloba ant plants to growth, photosynthesis and indirect defence". Functional Ecology 16: 475-83. (abstrak)
  8. ^ a b c Sastrapradja, S., K. Kartawinata, U. Soetisna, Roemantyo, H. Wiriadinata, & S. Soekardjo. 1979. Kayu Indonesia. Seri LBN 14: 74-5. Bogor:Lembaga Biologi Nasional, LIPI.
  9. ^ Jang, DS., M. Cuendet, AD. Pawlus, LB. Kardono, K. Kawanishi, NR. Farnsworth, HH. Fong, JM. Pezzuto, & AD. Kinghorn. 2004. "Potential cancer chemopreventive constituents of the leaves of Macaranga triloba". Phytochemistry, 65(3): 345-50 (Feb 2004). (abstrak)

Referensi lanjutan

sunting

  • Smith, W. 1903. "Macaranga triloba: a new myrmecophilous plant". New Phytologist 2(4-5): 79-82, fig. 1-13.
  • Baker, J.A. 1934. "Notes on the biology of Macaranga spp." Garden's Bulletin, Straits Settlement vol. VIII(1): 63-8, pl. XI-XV.
  • Fiala, B., U. Maschwitz, & Y-P. Tha. 1991. "The association between Macaranga trees and ants in southeast Asia".[pranala nonaktif permanen] in E.R. Huxley & D.F. Cutler (Eds.) Ant-Plant Interactions: 263–70. Oxford:Oxford University Press.
  • Fiala, B., & U. Maschwitz. 1991. "Extrafloral nectaries in the genus Macaranga (Euphorbiaceae) in Malaysia: comparative studies of their possible significance as predispositions for myrmecophytism". Botanical Journal of The Linnean Society, vol. 44(4): 287-305. (DOI: 10.1111/j.1095-8312.1991.tb00621.x) (abstrak)
  • Fiala, B., & U. Maschwitz. 1992. "Food bodies and their significance for obligate ant-association in the tree genus Macaranga (Euphorbiaceae)". Botanical Journal of The Linnean Society, vol. 110(1): 61-75. (DOI. 10.1111/j.1095-8339.1992.tb00416.x) (abstrak)
  • Davies, SJ., SKY. Lum, R. Chan, & LK. Wang. 2001. "Evolution of myrmecophytism in Western Malesian Macaranga (Euphorbiaceae)". Evolution, 55(8): 1542-59. (DOI: 10.1111/j.0014-3820.2001.tb00674.x). (abstrak)
  • Prabawa, SB. 2002. "Some physical and mechanical properties of glue laminated mahang wood (Macaranga triloba)". (abstrak pada AGRIS, FAO)

Pranala luar

sunting