Luo Wenzao[a] OP (sekitar dasawarsa 1610-an – 27 Februari 1691) adalah orang Tionghoa pertama yang ditahbiskan menjadi uskup di Gereja Katolik. Sesudah pemerintah Dinasti Qing mengharamkan agama Kristen dan mengusir misionaris asing pada tahun 1665, Luo Wenzao menjadi satu-satunya penanggungjawab misi Katolik di Tiongkok. Mula-mula ia menolak ketika ditetapkan menjadi uskup oleh Takhta Suci pada tahun 1674, dan baru bersedia ketika sekali lagi ditetapkan pada tahun 1679. Lantaran ditentang padri-padri Dominikan, ia baru dapat ditahbiskan menjadi Vikaris Apostolik Nanjing pada tahun 1685. Luo Wenzao mengemban jabatannya hingga tutup usia pada tahun 1691.


Luo Wenzao

Uskup Nanjing
Luo Wenzao mengenakan topi pejabat Dinasti Qing dan kalung salib
Nama asal
羅文藻
GerejaGereja Katolik
KeuskupanNanjing
Masa jabatan
  • 1685–1690 (vikaris apostolik)
  • 1690–1691 (uskup)
PenerusGiovanni Francesco Nicolai
Jabatan lainUskup Tituler Basilinopolis
Imamat
Tahbisan imam
1654
Tahbisan uskup
1685
oleh Bernardino della Chiesa
Informasi pribadi
Lahirca. dasawarsa 1610-an
Fu'an, Fujian, Tiongkok
Meninggal27 Februari 1691
Nanjing, Jiangsu, Tiongkok

Meskipun ia sendiri seorang padri Dominikan, Luo Wenzao mengusung pandangan toleran yang mendekati pandangan padri-padri Yesuit sehubungan dengan kontroversi upacara adat Tionghoa. Luo Wenzao aktif terlibat di dalam kontroversi tersebut. Ia menahbiskan imam-imam Tionghoa, dan mengimbau agar upacara-upacara adat Tionghoa dihargai demi langgengnya keberadaan Gereja Katolik yang belum lama bertapak di Tiongkok. Luo Wenzao pernah menuntut ilmu di Universitas Santo Tomas, Manila, dan selain bahasa ibunya, ia juga menguasai bahasa Spanyol dan bahasa Latin.

Bersama rekan-rekan setarekatnya, Luo Wenzao menyunting Xingshen Shiyi (Hanzi: 形神實義; harfiah: 'Arti Hakiki Rohani Jasmani'), buku teologi Katolik Tionghoa yang ditulis Raimundo del Valle dan diterbitkan pada tahun 1673. Ia juga pernah merangkai kalimat dalam bahasa Latin untuk dipahatkan pada sebuah bongpai pada tahun 1690. Namanya diabadikan pada Universitas Bahasa Ursulin Wenzao di Taiwan. Tanggal kelahirannya tidak diketahui, dan nama aslinya masih diperdebatkan.

Banyak sejarawan sependapat bahwa nama lahirnya adalah Wenzao (文藻), nama dewasanya adalah Ruding (Hanzi: 汝鼎; Pinyin: Rúdǐng), dan nama penanya adalah Wocun (Hanzi: 我存; Pinyin: Wǒcún).[1][2][3] Pada tahun 2019, Song Liming mengetengahkan pendapat bahwa nama lahir Luo Wenzao sebenarnya adalah Wenzhao (文炤), dan nama dewasanya adalah Zonghua (Hanzi sederhana: 宗华; Hanzi tradisional: 宗華; Pinyin: Zōnghuá). Menurut Song Liming, namanya keliru dilafazkan menjadi Luo Wenzao karena makamnya sudah dihancurkan pada tahun 1862 (sehingga tidak ada lagi data pribadi pada bongpai yang dapat dijadikan rujukan), juga lantaran tidak mustahil Joseph de La Serviere sudah keliru merancukannya dengan Li Zhizao, tokoh Katolik Tionghoa lainnya yang hidup pada zaman Dinasti Ming, di dalam bukunya yang berjudul Les Anciennes Missions de la Compagnie de Jésus en Chine, 1552–1814.[4] Nama "Luo Wenzhao" jugalah yang tercantum di dalam Xingshen Shiyi, risalah Raimundo del Valle yang terbit tahun 1673.[5]

Bentuk penulisan nama Tionghoanya dengan huruf Latin di dalam sumber-sumber pustaka lain juga beragam. Majalah Prancis Le Petit Messager de Ningpo menyebutnya dengan nama "Lo Ngo Chai" di dalam salah satu edisi tahun 1933, dan dengan nama "Ngo Ts'uen" di dalam salah satu edisi tahun 1940, berdasarkan nama penanya.[6] Universitas Bahasa Ursulin Wenzao menyebutnya dengan nama "Wenzao Lo".[7] Ketika menerjemahkan buku karangan Yan Kejia ke dalam bahasa Inggris dengan judul Catholic Church in China, Chen Shujie menggunakan bentuk "Luo Wencao".[8]

Luo Wenzao juga dikenal dengan nama Spanyol "Gregorio Lopez". Ia memilih nama baptis Gregorio ketika dibaptis pada tahun 1633, dan terdaftar dengan nama marga Lopez ketika masuk novisiat Dominikan di Filipina pada tahun 1650.[9] Nama Spanyol inilah yang tercantum di dalam artikel tahun 2017 yang ditulis Pablo Robert Moreno.[10] Nama "Gregorio Lopez" juga dieja dengan beragam cara di dalam berbagai bahasa. Luo Wenzao sendiri menyebut dirinya dengan nama "Gregorius Lopes" di dalam bongpai berbahasa Latin yang dipahat pada tahun 1690.[11] Joseph Tardif de Moidrey menggunakan ragam Prancis dari nama tersebut, yaitu "Grégoire Lopez", di dalam bukunya, La hiérarchie catholique en Chine, en Corée et au Japon, yang terbit tahun 1914.[12]

Masa muda

sunting

Tidak dapat dipastikan kapan tepatnya Luo Wenzao lahir. Sumber-sumber pustaka menyajikan tahun dan tanggal yang berbeda-beda. Di dalam sebuah artikel jurnal tahun 1997, Luo Yiming mengatakan bahwa Luo Wenzao lahir pada tahun 1611, kalau bukan pada tahun 1616.[13] Miguel Angel San Román mengatakan bahwa "kemungkinan besar ia lahir pada tahun 1615 (atau 1616)".[14] Yan Kejia mencantumkan tahun 1616 sebagai tahun kelahiran Luo Wenzao di dalam bukunya, A Brief History of the Catholic Church in China.[15] Di dalam bukunya, Biographies of Figures in Chinese Catholic History, Fang Hao mengatakan bahwa Luo Wenzao lahir pada tahun 1617.[9] Pada tahun 2019, Song Liming mengemukakan bahwa Luo Wenzao lahir tepat pada tanggal 18 Oktober 1617, merujuk kepada dua salinan prasasti bongpai anggitan Luo Wenzao yang tersimpan di kumpulan arsip Serikat Yesus di Roma.[16]

Banyak sumber pustaka sependapat bahwa Luo Wenzao lahir di Fu'an, Fujian.[17][6] Kedua orang tuanya beragama Buddha, tetapi banyak orang di desanya sudah memeluk agama Kristen.[9] Ayahnya bernama Li Zhu (Hanzi: 李祝), sementara ibunya bermarga Liu (Hanzi sederhana: ; Hanzi tradisional: ).[18]

Pada tahun 1633, dua orang misionaris Spanyol, Juan Bautista Morales dari tarekat Dominikan dan Antonio Caballero de Santa Maria (Hanzi: 利安当) dari tarekat Fransiskan, mulai berkiprah di Fu'an. Pada tanggal 24 September 1633, Antonio Caballero membaptis Luo Wenzao, yang memilih nama baptis Gregorio, santo pelindung tarekat Fransiskan cabang Filipina.[19][18] Pada bongpai berbahasa Latin yang ia dirikan di makam Caballero pada tahun 1690, ia menyebut Caballero sebagai bapa rohaninya.[20]

Perjalanan dan karya misi (tahun 1634–1649)

sunting

Sesudah dibaptis, mula-mula ia menemani misionaris-misionaris asing dalam perjalanan dan kunjungan kerja mereka. Pada tahun 1634, Luo Wenzao dan Antonio Caballero berangkat ke Nanjing dalam rangka mengunjungi Francesco Sambiasi. Lantaran khawatir kunjungan mereka akan mengacaukan karya misi Francesco Sambiasi, beberapa padri Yesuit menculik dan memulangkan mereka ke Fujian.[21] Pada tahun 1635, Luo Wenzao dan misionaris Dominikan yang bernama Francisco Diaz berangkat ke Manila untuk menyampaikan laporan seputar kontroversi upacara adat Tionghoa ke Gereja Katolik, tetapi ditangkap segerombolan orang Belanda dalam perjalanan sehingga gagal sampai ke Manila.[22][21] Pada tahun 1637, Luo Wenzao berangkat ke Beijing menyertai beberapa padri Dominikan yang hendak membentangkan karya misi mereka di hadapan kaisar sekaligus membantah fitnah pejabat-pejabat yang anti-Kristen. Johann Adam Schall von Bell berniat mengutusnya ke Korea untuk mewartakan Injil,[22] tetapi Luo Wenzao ditahan begitu tiba di Beijing, lantas dipulangkan ke Fujian.[21]

Sekitar tahun 1637 sampai 1638, Luo Wenzao dan beberapa misionaris lain berangkat ke Dingtou (顶头), Fujian, untuk mewartakan Injil. Umat Buddha setempat menentang masuknya misi Katolik di daerah itu. Pada tahun 1638, Luo Wenzao dan tiga orang padri Fransiskan berusaha melarikan diri ke Makau tetapi tertangkap di Ningde. Luo Wenzao mendekam di penjara selama 23 hari dan dijatuhi hukuman dera.[22][23] Selanjutnya ia berangkat ke pembuangan di Makau dan Manila pada tahun 1639.[12]

Pada tahun 1640, Luo Wenzao bertolak dari Manila menuju Makau bersama dua orang padri Dominikan, Juan Bautista Morales dan Francisco Diez.[22][b] Pada tahun 1644, untuk kedua kalinya Luo Wenzao berangkat dari Manila bersama Antonio Caballero dan beberapa orang suster Karmelit. Cuaca buruk memaksa mereka untuk mendarat di Thuận Hóa, Vietnam,[24] tempat Luo Wenzao nyaris kehilangan nyawa.[25] Mereka bertolak meninggalkan Vietnam pada awal tahun 1645 dan tiba di Manila pada tanggal 20 Mei tahun yang sama.[24] Di Manila, Luo Wenzao berkenalan dengan padri-padri Dominikan, lalu pindah ke rumah paguyuban mereka, dan kemudian hari ke Universitas Santo Tomas.[26] Di dalam sepucuk surat yang dilayangkannya kepada Propaganda Fide pada tahun 1689, Luo Wenzao mengatakan bahwa ia belajar bahasa Spanyol dan bahasa Latin di Manila, dan bidang studi yang paling sulit ia pelajari adalah teologi.[27] Pada tahun 1647, Domingo González memberangkatkan Luo Wenzao pulang ke Tiongkok membawa perbekalan untuk para misionaris yang berkarya di negara itu.[26]

Ketika Morales dan Caballero kembali ke Tiongkok pada tahun 1649, Luo Wenzao menjumpai mereka di Anhai, Fujian, sekalipun perang antara Dinasti Ming dan Dinasti Qing masih berkecamuk di provinsi itu. Ketika Caballero memutuskan untuk mewartakan Injil di Korea, Luo Wenzao mengantarnya sampai ke Beijing.[25]

Tarekat dan imamat

sunting

Pada tanggal 1 Januari 1650 di Fu'an, Luo Wenzao menjadi novis tarekat Dominikan dan menerima pakaian seragam tarekat.[24][12] Ia mengikrarkan kaul profesi sederhana pada hari peringatan Santo Tomas Aquinas tahun 1651. Pada tahun 1652, ia mewartakan injil di Fujian, membangun sebuah gereja dan gedung kantor tarekat Dominikan di Tingzhou, Fujian.[24] Menurut Fang Hao, ditilik dari catatan-catatan kantor Uskup Agung Manila, Luo Wenzao menjadi anggota penuh tarekat Dominikan di Manila pada tahun 1654, dan ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 4 Juli tahun yang sama. Paguyuban perantau Tionghoa di Manila menggelar kenduri besar-besaran untuk merayakan penahbisannya.[28][c] Banyak sejarawan beranggapan bahwa Luo Wenzao adalah imam Katolik Tionghoa yang pertama.[30][31][15] San Román tidak sependapat, karena menurutnya imam Katolik Tionghoa yang pertama adalah Dionisio de la Cruz.[32]

Karya misi (tahun 1655–1673)

sunting
 
Gambar peristiwa penyaliban Yesus di dalam risalah-risalah anti-Kristen yang ditulis Yang Guangxian pada tahun 1664. Risalah-risalah tersebut mendorong pemerintah Dinasti Qing untuk mengharamkan agama Kristen pada tahun 1665, sehingga misionaris-misionaris asing diusir dan Luo Wenzao menjadi satu-satunya penanggung jawab karya misi Katolik di Tiongkok.

Pada tahun 1655, provinsial tarekat Dominikan di Manila mengutus Luo Wenzao kembali ke Tiongkok untuk mewartakan injil. Pada awal bulan Juli, Luo Wenzao bertolak menuju Fujian bersama empat orang rekan setarekatnya, termasuk Raimundo del Valle. Misi mereka terkendala perang antara pemerintah Dinasti Qing dan Zheng Chenggong.[33] Menurut San Román, kiprah Luo Wenzao antara tahun 1656 sampai 1664 "belum cukup banyak diteliti". Ia mengemukakan bahwa selama jangka waktu tersebut, Luo Wenzao tinggal di Fujian, tempat ia menjalankan pelayanan sakramen-sakramen, menyelamatkan para tawanan selama perang berlangsung, dan membaptis warga setempat.[34] Pada tahun 1657, Luo Wenzao diketahui berada di Xiamen bersama Vittorio Ricci untuk membantu mengurus kedatangan beberapa orang misionaris asing. Luo Wenzao diketahui berada di Quanzhou pada tahun 1658.[35]

Pada tahu 1664, Yang Guangxian menyerang agama Kristen Katolik dengan risalah-risalah yang diajukannya kepada pemerintah. Pada tahun 1665, pemerintah Dinasti Qing menerima dalilnya, mengharamkan agama Kristen, dan mengusir semua misionaris asing ke Guangzhou. Beberapa misionaris terpaksa bersembunyi dan tidak dapat berkiprah secara terang-terangan. Karena Luo Wenzao bukan misionaris asing, ia tetap leluasa berkiprah di Tiongkok dan menjadi satu-satunya penanggung jawab karya misi Katolik selama agama Kristen diharamkan dari tahun 1665 sampai 1671.[36][37][12]

Pada bulan Mei 1665, Luo Wenzao berangkat ke Manila untuk melaporkan penghancuran karya misi Katolik di Tiongkok kepada provinsial tarekat Dominikan, sekaligus untuk mencari dukungan dana dari tarekat Dominikan, Fransiskan, maupun Yesuit.[36] Begitu pulang ke Tiongkok, ia langsung menjenguk Francisco Varo dan lima orang misionaris lainnya yang bersembunyi di Shandong.[25] Sesudah kembali ke Fujian, ia berangkat ke Guangzhou dan Makau untuk menjenguk misionaris-misionaris asing yang terusir.[36] Sekitar tahun 1667, Luo Wenzao melakukan kunjungan kerja ke 178 gereja di provinsi Fujian, Zhejiang, Jiangxi, Guangdong, Shanxi, Shandong, Sichuan, Jiangsu, Anhui, dan Hebei. Ia membaptis 556 jiwa di Fujian dan daerah pesisir terdekat, dan kurang-lebih 2.000 jiwa di provinsi-provinsi lain.[36][d] Luis da Gama, padri Yesuit yang pernah berkunjung ke Makau, melaporkan kiprah pelayanan Luo Wenzao pada tahun 1667 dan meneguhkan data tersebut di dalam sepucuk surat yang ditulisnya pada tahun 1668 sebagai berikut:[38]

Tahun lalu, saya kabarkan kepada Kanjeng Rama bahwasanya seorang anggota tarekat Santo Dominikus, Rama Gregorio Lopez namanya, asli Tionghoa, sudah jauh-jauh datang dari Manila ke Guangzhou. Atas perintah para superiornya dan atas persetujuan kami... sudah berangkat menuju kawasan pedalaman Tiongkok dengan maksud untuk menumbuhkembangkan khalayak Kristiani mereka maupun khalayak Kristiani kita ... Selang beberapa bulan kemudian, kami dengar beliau sudah sampai ke Peking dan berbincang dengan para rama kita. Dari Peking, beliau mengunjungi khalayak Kristiani beliau maupun khalayak Kristiani kita dengan penuh keberhasilan dan buah-buah rohani berupa begitu banyak jiwa yang sungguh-sungguh membutuhkan seseorang untuk menerimakan sakramen-sakramen kepada mereka, teristimewa Pengakuan Dosa dan Komuni Kudus.[e]

Proses menjadi uskup

sunting
 
François Pallu, salah seorang rohaniwan yang merekomendasikan Luo Wenzao untuk diangkat menjadi uskup. Monsinyur Pallu berniat untuk menahbiskan Luo Wenzao, sesudah Luo Wenzao menerima keputusan kali kedua pengangkatan dirinya menjadi uskup. Niatnya tidak kesampaian. Monsinyur Pallu tutup usia pada tanggal 29 Oktober 1684, dua hari sebelum Luo Wenzao tiba.

Luo Wenzao direkomendasikan oleh beberapa orang rohaniwan untuk diangkat menjadi uskup. François Pallu dan Pierre Lambert de la Motte berjumpa dengan Domingo Fernández Navarrete tatkala singgah di Madagaskar, dalam pelayaran menuju Vietnam. Begitu mendengar cerita Navarrete tentang kiprah Luo Wenzao, mereka pun menyurati Takhta Suci, memohon agar Sri Paus berkenan mengangkat Luo Wenzao menjadi uskup. Gabriel de Magalhães, pemimpin karya misi Yesuit di Tiongkok, juga menyegani Luo Wenzao, sekalipun Luo Wenzao adalah anggota tarekat Dominikan.[39]

Pengangkatan pertama (tahun 1674)

sunting

Pada tanggal 31 Juli 1673, Kongregasi untuk Ajaran Iman (Propaganda Fide) membahas peluang pengangkatan Luo Wenzao menjadi uskup.[39][40] Sebulan kemudian, Navarrete dan Provinsial Dominikan di Roma masing-masing merekomendasikan Luo Wenzao kepada Propaganda Fide. Propaganda Fide selanjutnya merekomendasikan Luo Wenzao kepada Dewan Kardinal.[40] Pada tanggal 2 Oktober 1673, Propaganda Fide sepakat mengajukan permohonan kepada Sri Paus untuk mengangkat Luo Wenzao menjadi uskup in partibus infidelium.[40]

Pada tahun 1674, Paus Klemens X menetapkan Luo Wenzao menjadi Uskup Basilinopolis sekaligus Vikaris Apostolik Nanjing untuk menggembalakan umat Katolik di wilayah Beijing, Shandong, Shanxi, Henan, Shaanxi, dan Korea. [40][41] Tarikh penetapannya masih diperdebatkan. Menurut Miguel Angel San Román, penetapan tersebut terjadi pada tahun 1675, merujuk kepada sepucuk surat dari Luo Wenzao kepada Raja Spanyol. Menurut Joseph de Moidrey, Luo Wenzao baru mendengar kabar pengangkatannya pada tahun 1677.[42][43] Ia berniat menolak keputusan pengangkatan dirinya. Pada tahun 1677, ia menyurati Vikaris Apostolik Cochinchina dan Vikaris Apostolik Siam, meminta mereka untuk meneruskan penolakannya ke Roma, meskipun mereka sudah berusaha menasihatinya supaya menerima saja pengangkatan tersebut.[42] Ketika itu ia menolak[43] lantaran merasa tidak cukup percaya diri untuk memikul tanggung jawab yang begitu besar, juga lantaran sadar bahwa pengangkatannya menjadi uskup tidak adakan terlaksana dengan lancar tanpa restu Portugal, yang mengampu kewenangan untuk melindungi beberapa daerah misi Katolik di Tiongkok pada masa itu.[44]

Zhang Kai menduga ada beberapa alasan lain di balik penolakan tersebut. Menurut Zhang Kai, sejumlah misionaris tidak sudi menerima Luo Wenzao sebagai seorang uskup lantaran sentimen kebangsaan mereka; misionaris asing lainnya akan menentang pengangkatan Luo Wenzao lantaran ia dipandang belum menyamai mereka di bidang ilmu teologi dan penguasaan bahasa latin; toleransi Luo Wenzao terhadap adat-istiadat Tionghoa tidak sejalan dengan sikap tarekat Dominikan dalam kontroversi upacara adat Tionghoa; dan Luo Wenzao berada di bawah kewenangan tarekat Dominikan cabang Filipina yang dilindungi Spanyol sehingga mustahil pengangkatan dirinya menjadi uskup akan terwujud tanpa restu Spanyol.[39]

Antonius Calderon, provinsial tarekat Dominikan di Filipina, juga menentang keras keputusan pengangkatan tersebut, lantaran pandangan toleran Luo Wenzao berkenaan dengan kontroversi upacara adat Tionghoa tidak sejalan dengan pandangan tarekat Dominikan. Jika Luo Wenzao menerima keputusan pengangkatan tersebut, Calderon mengancam akan mengeluarkannya dari tarekat Dominikan, menarik semua misionaris Spanyol dari Tiongkok, dan menghentikan semua aliran subsidi ke markas-markas misi di Tiongkok.[44][45] Demi menenangkan suasana, François Pallu mengajukan usulan untuk mengangkat Francisco Varo menjadi ajudan Luo Wenzao supaya pencalonannya dapat diterima padri-padri Dominikan. Meskipun demikian, Francisco Varo sendiri termasuk di dalam kubu yang menentang keputusan pengangkatan Luo Wenzao, dan menyarankan supaya Juan de Palafox y Mendoza saja yang diangkat menjadi ajudan Luo Wenzao.[46]

Pengangkatan kedua (tahun 1679)

sunting

Pada tahun 1679, Propaganda Fide menerima penolakan Luo Wenzao.[44] Pada tanggal 12 Oktober, Paus Inosensius XI sekali lagi menetapkan Luo Wenzao menjadi uskup melalui surat keputusan Cum te nuper, serta mengimbau supaya Magister Tarekat Pengkhotbah (superior jenderal tarekat Dominikan) menyurati Luo Wenzao, meneguhkan hatinya untuk menerima keputusan Sri Paus. Magister Tarekat Pengkhotbah menganjurkan supaya seorang konsultan diangkat untuk mendampingi Luo Wenzao. Surat-surat tersebut sampai ke Manila pada tahun 1681.[47][43] Pada tahun 1680, Propaganda Fide juga mengangkat Bernadino della Chiesa (Hanzi: 伊大任) menjadi uskup-bantu mendampingi François Pallu, yang sudah diangkat menjadi Vikaris Apostolik Fujian. Propaganda Fide menyerahkan surat keputusan pengangkatan Luo Wenzao kepada Bernadino della Chiesa, dan memberikan kewenangan kepadanya untuk menahbiskan Luo Wenzao kapan pun dan di mana pun. Sayang sekali Bernadino Della Chiesa tertahan setahun lamanya di Siam.[48]

Kira-kira pada waktu yang sama, Luo Wenzao berada di Luoyuan, Fujian, tempat ia membeli sebuah rumah dan mengubahnya menjadi gereja. Pada tahun 1680, Francisco Varo, yang saat itu sudah menjadi superior Luo Wenzao, memerintahkannya untuk berangkat ke Zhangzhou dalam rangka menghidupkan kembali karya misi Katolik di daerah itu. Luo Wenzao tiba di Zhangzhou pada bulan Juni 1680.[49] Ia menerima kabar pengangkatannya yang kedua pada bulan Desember 1681. Ia memutuskan untuk menerima pengangkatannya dan akan ditahbiskan di Manila.[50] Di dalam sepucuk suratnya kepada Raja Spanyol, Luo Wenzao mengabarkan sebagai berikut:[47]

Risau hati saya lantaran amanat baru dari Sri Paus ... Dengan tekun saya meminta saran dari saudara-saudara saya dalam iman yang kudus ... Mereka menasihati saya supaya mengerjakan apa pun amanat Kepala Gereja kepada saya. Saya terima, Paduka Yang Mulia, baik keuskupan-keuskupan maupun kewajiban-kewajiban lain yang tercantum di dalam bula Sri Paus. Hatta datanglah saya ke kota ini, Manila, untuk ditahbiskan.[f]

Luo Wenzao pun berangkat ke Manila untuk ditahbiskan. Ia tiba di Guangzhou pada tahun 1682 dan sampai ke Makau pada tanggal 3 Maret 1683.[51] Pada hari itu juga ia menulis sepucuk surat kepada Propaganda Fide, mengabarkan sentimen anti-Kristen yang tengah merebak di Tiongkok.[52] Tidak seberapa lama kemudian ia berangkat ke Manila bersama Pedro de Alarcón, vikaris tarekat Dominikan di Tiongkok, dan sampai ke tujuan pada awal bulan Mei 1683.[51] Sesampainya di Manila, Luo Wenzao tidak serta-merta ditahbiskan. Menurut de Moidrey, lantaran bula pengangkatan dari Sri Paus belum sampai ke Madrid, juga lantaran keberpihakan Luo Wenzao kepada upacara-upacara adat Tionghoa.[43] provinsial tarekat Dominikan, Calderon, mengutusnya ke Parián untuk mendakwahi orang-orang Tionghoa.[44][48] San Román memaparkan bahwa sejumlah padri Dominikan di Filipina juga menentang pengangkatan Luo Wenzao menjadi uskup untuk kedua kalinya.[50] Menurut Zhang Kai, Calderon berniat mengasingkan Luo Wenzao ke Cagayan.[48] Pada tanggal 11 Juni 1684, Luo Wenzao menulis sepucuk surat panjang kepada Propaganda Fide, menjelaskan sebab-musabab ketertundaan penahbisan dirinya. Ia mengeluh sudah dikatai yang bukan-bukan oleh Alarcón, katanya dia bersimpati kepada padri-padri Yesuit di Tiongkok dan mengamini banyak pendirian mereka, teristimewa di dalam kontroversi upacara adat Tionghoa.[48] Ia lantas hengkang ke rumah paguyuban tarekat Agustinian di kawasan Intramuros, dan disambut dengan tangan terbuka.[50][52]

Pada bulan Juli 1684, Luo Wenzao bertolak menuju Tiongkok, dengan harapan akan ditahbiskan oleh Monsinyur Pallu.[50] Ia tiba di Muyang, Fujian, pada tanggal 31 Oktober, tetapi Monsinyur Pallu sudah wafat pada tanggal 29 Oktober.[50] Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Monsinyur Pallu mengungkapkan keinginannya untuk menahbiskan Luo Wenzao.[52] Sebelum itu, Bernadino della Chiesa sudah tiba di Guangzhou pada tanggal 27 Agustus 1684 dan menyurati Luo Wenzao. Suratnya baru sampai ke tangan Luo Wenzao di Fujian sesudah Monsinyur Pallu meninggal dunia.[48] Ia akhirnya berangkat ke Guangzhou bersama Charles Maigrot, dan sampai pada tanggal 31 Maret 1685. Pada tanggal 8 April, ia ditahbiskan Monsinyur Bernardino della Chiesa,[50] dan menjadi uskup Tionghoa yang pertama.[30][53]

Kiprah selaku vikaris apostolik dan uskup

sunting
 
Wu Li (sekitar tahun 1632–1718), sarjana Tionghoa yang masuk Serikat Yesus dan ditahbiskan menjadi imam oleh Luo Wenzao di Nanjing pada tahun 1688, saat Wu Li berumur 57 tahun

Sesudah ditahbiskan, Luo Wenzao mengangkat Giovanni Francesco Nicolai menjadi sekretaris sekaligus penasihat pribadinya.[g] Mereka berangkat meninggalkan Guangzhou pada tanggal 10 Mei 1685 dan tiba di Nanjing pada tanggal 30 Juni tahun yang sama. Pada tanggal 1 Juli, Luo Wenzao secara resmi mengambil alih tampuk kepemimpinan Vikariat Apostolik Nanjing di gereja padri-padri Serikat Yesus. Ia tinggal di rumah paguyuban Yesuit di Nanjing.[55] Menurut San Román, pada tahun 1688, Luo Wenzao mencalonkan Nicolai untuk menggantikan dirinya.[56]

Luo Wenzao juga melakukan kunjungan kerja ke banyak tempat di wilayah tugasnya. Sebelum tahun 1687, ia mengunjungi Suzhou, Shanghai, Hangzhou, Wuxi, dan Chongming.[56][43] Pada tahun 1686, di Hangzhou, ia menulis sepucuk surat kepada Propaganda Fide, menceritakan pengalamannya saat menuntut ilmu di Manila dan saat masuk menjadi anggota tarekat Dominikan.[44] Pada tahun 1687, ia melakukan kunjungan kerja ke gereja-gereja di Jiangnan dan Shandong, dan pada tahun 1690, sekali lagi ia mengunjungi Shanghai dan Hangzhou. Ia tiba bersama-sama wakil pembantunya pada tanggal 20 Juli 1690.[56][57]

Pada tanggal 10 April 1690, Vikariat Apostolik Nanjing ditingkatkan statusnya menjadi Keuskupan Nanjing. Luo Wenzao diangkat menjadi uskup yang pertama di keuskupan baru itu pada tanggal 10 April 1691.[56] Pada tanggal 20 Agustus 1690, di Hangzhou, ia menyurati Propaganda Fide untuk merekomendasikan Giovanni Francesco Nicolai, pembantunya, sebagai calon pengganti dirinya selaku Uskup Nanjing.[54] Pada tanggal 28 Agustus, sekali lagi ia menyurati Propaganda Fide, mengabari situasi di tempat tugasnya dan mengemukakan pendapatnya berkenaan dengan hal-ihwal penyiapan tenaga rohaniwan. Di dalam surat tersebut, ia memaparkan bahwa ada tujuh belas orang imam yang bekerja di wilayah tugasnya, terdiri atas tiga belas orang padri Yesuit dan empat orang padri Fransiskan. Tujuh padri berkiprah di Nanjing, lima padri di Shandong, dan lima padri di Beijing. Menurutnya, padri-padri itu berbudi luhur lagi saleh, tetapi wilayah tugasnya masih kekurangan tenaga imam untuk melayani sekian banyak umat awam. Ia juga mengungkapkan kekecewaannya karena misi Katolik belum masuk ke Korea, Tartaria, Shanxi, Shaanxi, maupun Henan.[58]

Menurut Fang Hao, Luo Wenzao lebih suka tinggal di Hangzhou karena Sungai Qiantang yang mengalir melewati Hangzhou merupakan salah satu jalur transportasi penting yang menghubungkan Nanjing dan Shanghai dengan Provinsi Guangdong dan Provinsi Fujian yang terletak di pesisir; karena ada sebuah markas misi Dominikan di Lanxi, Zhejiang, tidak jauh dari Sungai Qiantang; karena kata Luo Wenzao, Prospero Intorcetta, padri pemimpin karya misi Yesuit di Hangzhou, menerimanya dengan tangan terbuka; dan juga karena Luo Wenzao sangat memuliakan Li Zhizao, mendiang tokoh Katolik Tionghoa asal Hangzhou yang dipandang sebagai salah satu di antara tiga saka-guru agama Katolik di Tiongkok.[54]

Kontroversi upacara adat Tionghoa (tahun 1686–1690)

sunting
 
Tomas Pereira, padri Yesuit Portugis yang diangkat menjadi pejabat oleh Kaisar Kangxi. Sekitar tahun 1688, ia mencabut sementara kewenangan dan keistimewaan lima padri Yesuit Prancis di Tiongkok lantaran tidak mengikrarkan kaul ketaatan. Luo Wenzao memperbolehkan kelima padri Yesuit itu untuk menjalankan pelayanan sakramen-sakramen.
 
Pada tahun 1693, Charles Maigrot, Vikaris Apostolik Fujian, menerbitkan Amanat atau Maklumat yang melarang keterlibatan para misionaris dengan adat berbakti kepada Konghucu dan arwah leluhur. Luo Wenzao menentang sikap keras Charles Maigrot terhadap upacara-upacara adat Tionghoa lewat sepucuk surat pada tahun 1688.

Selaku seorang vikaris apostolik, Luo Wenzao mendukung kebijakan penyesuaian diri dan sikap toleransi sehubungan dengan kontroversi upacara adat Tionghoa. Pada tahun 1686, ia mengirim sepucuk surat panjang kepada Propaganda Fide, berisi uraian tentang asal-muasal dan makna yang terkandung di dalam upacara-upacara adat Tionghoa, berikut penjelasan yang membuktikan bahwa upacara-upacara berbakti kepada Konghucu pada hakikatnya bukan upacara keagamaan.[59] Menurut isi surat yang dilayangkannya ke Roma pada tahun 1690, Luo Wenzao memilih Nicolai menjadi penggantinya pada tahun 1688 lantaran Nicolai menguasai aksara dan bahasa Tionghoa, paham tata krama dalam berurusan dengan para pejabat pemerintahan Tiongkok, dan sudah tidak asing lagi dengan adat-istiadat masyarakat setempat.[54] Raja Portugal, pelindung karya misi di Tiongkok, menghentikan aliran subsidi kepada Luo Wenzao, lantaran sudah lancang memilih Nicolai tanpa restu dari raja, tetapi Luo Wenzao tetap bersiteguh pada pilihannya.[59]

Pada tahun 1688, Luo Wenzao menahbiskan tiga orang frater Yesuit Tionghoa menjadi imam, yaitu Wu Li, Liu Yunde (Hanzi: 劉蘊德), dan Wan Qiyuan (Hanzi: 萬其淵).[56][43] Saat ditahbiskan, Wu Li berumur 57 tahun, Liu Yunde berumur 69 tahun, dan Wan Quyuan berumur 53 tahun. Menurut Zhang Kai, sikap Luo Wenzao yang cenderung lebih menyukai tokoh sepuh dari kalangan awam Tionghoa ketimbang misionaris asing yang lebih muda mencerminkan tekadnya untuk "mempribumikan" agama Katolik.[59] Menurut San Román, kemudian hari Wu Li menemani Luo Wenzao dalam kunjungan-kunjungan pastoralnya.[56]

Kisruh kaul ketaatan padri-padri Yesuit Prancis (tahun 1687–1688)

sunting

Pada masa jabatan Luo Wenzao, Propaganda Fide mewajibkan para misionaris asing untuk mengikrarkan kaul ketaatan kepada vikaris apostolik di tempat mereka berkiprah.[60] Menurut pemaparan Luo Wenzao, kaul tersebut mencakup penolakan terhadap adat berbakti kepada Konghucu dan arwah leluhur, serta penghentian kebiasaan menggunakan istilah Shangdi maupun Tian sebagai sebutan bagi Allah.[61] Sesudah ditahbiskan menjadi Vikaris Apostolik Fujian pada tanggal 5 Februari 1687, Charles Maigrot menerapkan kebijakan tersebut secara ketat. Misionaris yang tidak bersedia mengikrarkan kaul tersebut tidak akan ia izinkan untuk menjalankan pelayanan sakramen-sakramen. Luo Wenzao dan Bernardino della Chiesa tidak memaksa para misionaris untuk mengikrarkan kaul ketaatan kepada mereka.[62]

Masalah kaul ini baru mencuat sesudah kedatangan padri-padri Yesuit Prancis pada tahun 1687. Pada tahun 1685, Raja Louis XIV memutuskan untuk mengutus enam orang padri Yesuit Prancis ke Tiongkok. Jean de Fontaney, kepala rombongan perutusan itu, memilih Guy Tachard, Joachim Bouvet, Claude de Visdelou, Louis le Comte, dan Jean-François Gerbillon menjadi anggota rombongan.[63] Kepada Jean de Fontaney, Guy Tachard, Joachim Bouvet, dan Claude de Visdelou, Raja Louis XIV menganugerahkan gelar "Matematikawan Kerajaan". Menurut Catherine Jami, Raja Louis XIV ingin supaya "mereka berkiprah di bawah payung kewenangannya semata-mata", dan gelar yang dianugerahkannya itu dimaksudkan sebagai "sarana untuk menghindari keterdesakan berprasetia kepada Raja Portugal". Di tengah perjalanan menuju Tiongkok, Guy Tachard dipulangkan ke Siam untuk merekrut lebih banyak lagi padri Yesuit yang piawai di bidang ilmu matematika. Pada bulan Juli 1687, kelima misionaris yang tersisa tiba di Ningbo, Zhejiang.[64]

Kelimanya meneruskan perjalanan ke Beijing untuk menghadap Kaisar Kangxi, dan diuji kedalaman ilmunya oleh Tomas Pereira. Kaisar Kangxi memutuskan untuk mempekerjakan Bouvet dan Gerbillon, sementara de Fontaney, de Visdelou, dan le Comte diizinkan bermukim dengan leluasa di Tiongkok. Mula-mula ketiganya bermaksud untuk berangkat ke Shanxi, tetapi de Fontaney tiba di Nanjing pada tanggal 14 April 1687 dan berjumpa dengan Luo Wenzao.[65]

Ketika Prospero Intorcetta, pemimpin Serikat Yesus di Zhejiang, mengetahui bahwa Raja Louis XIV melarang kelima misionaris itu untuk mengikrarkan kaul ketaatan kepada vikaris apostolik di tempat mereka berkiprah, dengan ancaman seminari-seminari Yesuit di Prancis akan ditutup jika larangan itu dilanggar, ia pun meminta bantuan Luo Wenzao untuk mencari jalan keluar dari permasalahan kaul ketaatan ini, yang sekali lagi mencuat ke permukaan ketika Simão Martins, penilik padri-padri Yesuit, lewat suratnya menuntut kelima padri Yesuit Prancis itu untuk mengikrarkan kaul ketaatan kepada vikaris apostolik. Saat surat itu sampai ke tangannya, Tomas Pereira mencabut kewenangan dan keistimewaan kelima misionaris Prancis tersebut untuk sementara waktu. Charles Maigrot mewajibkan misionaris-misionaris yang meninggalkan vikariat apostolik untuk mengikrarkan kaul ketaatan,[65] tetapi Luo Wenzao mengizinkan misionaris-misionaris Yesuit tersebut untuk melaksanakan pelayanan sakramen-sakramen tanpa harus mengikrarkannya.[52]

Dari tahun 1688 sampai 1689, Luo Wenzao berulang kali melayangkan surat ke Roma, mengabarkan keadaan di keuskupan-keuskupan maupun keruwetan yang timbul akibat kewajiban mengikrarkan kaul ketaatan kepada vikaris apostolik.[56][66] Di dalam surat tertanggal 3 Oktober 1688, ia mengemukakan bahwa jika para misionaris diharuskan menaati ketentuan Propaganda Fide itu, maka ia akan kehilangan lebih dari setengah tenaga misionaris dan sebagian besar umat beriman. Luo Wenzao mengakui kewenangan Propaganda Fide dalam perkara kontroversi upacara adat Tionghoa, tetapi mengemukakan bahwa jika rohaniwan-rohaniwan semisal Charles Maigrot menerapkan kebijakan pengikraran kaul ketaatan dengan ketat, maka Gereja Katolik di Tiongkok akan dibayang-bayangi kehancuran, dan para misionaris yang tidak mengikrarkan kaul tersebut semestinya dibenarkan melaksanakan pelayanan sakramen-sakramen.[61]

Bongpai makam Antonio Caballero (tahun 1690)

sunting

Menjelang akhir hayatnya, Luo Wenzao mengupayakan pemugaran makam Antonio Caballero. Pada tahun 1690, ia memperbaiki bongpainya, dan merangkai kalimat dalam bahasa Latin yang dipahatkan pada bongpai tersebut, sebagai berikut:[67][68]

Demi mengenang Yang Mulia Rama Antonio a Santa Maria dari Tarekat Saudara-Saudara Dina, yang semasa hidup berdarmabakti selaku pelayan dan pemimpin rasuli sejati, yang sudah dipanggil pulang ke tanah air surgawi dari pembuangan di Guangzhou pada tahun 1669, tanggal 13 Juni. Rama Gregorius Lopes, Uskup Basilia dan Vikaris Apostolik Nanjing, memugar pusara bapa rohaninya dan menegakkan bongpai ini sebagai prasasti terima kasih.[h]

Di dalam bukunya, Christians in China, 600–2000, J.P. Charbonnier menyifatkan prasasti bongpai yang dibuat Luo Wenzao sebagai "pernyataan belasungkawa yang indah". Menurut Leopold Leeb, kemungkinan besar bongpai tersebut adalah bongpai pertama yang didirikan seorang tokoh Tionghoa bagi seorang tokoh asing.[11]

Akhir hayat

sunting

Giovanni Francesco Nicolai, pengganti Luo Wenzao, secara panjang lebar meriwayatkan akhir hayat Luo Wenzao di dalam suratnya kepada Propaganda Fide. Menurut Nicolai, Luo Wenzao jatuh sakit menjelang akhir bulan Oktober 1690 selagi melakukan kunjungan kerja ke gereja-gereja di Songjiang. Sakitnya bertambah parah saat ia tiba di Shanghai. Saat pulang ke Nanjing, kesehatannya belum benar-benar pulih. Akibat kelelahan, Luo Wenzao terkena penyakit lever dan gangguan kesehatan di perut.[69] Menurut Nicolai, ketika sadar penyakitnya tidak dapat disembuhkan, Luo Wenzao berhenti berobat supaya biaya pengobatannya dapat dialihgunakan untuk menyantuni fakir miskin di keuskupannya. Luo Wenzao berpesan agar kelak jenazahnya dipakaikan jubah seragam tarekat Dominikan sebelum dikebumikan.[69] Pada tanggal 19 Desember 1690 dan 3 Januari 1691, Luo Wenzao menyambut sakramen-sakramen. Ia menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 27 Februari 1691.[56]

Pada tanggal 3 Mei 1691, jenazahnya dikebumikan di Yuhuatai. Saat upacara duka digelar, Wu Li dan imam-imam lain yang ditahbiskan Luo Wenzao memasang sebuah meja sembahyang leluhur (Hanzi: 灵堂; Pinyin: líng táng), lengkap dengan potret mendiang Luo Wenzao dan aneka ragam sesaji, sesuai dengan adat-istiadat orang Tionghoa.[70] Wu Li juga menganggit syair duka berjudul "Meratapi Kepergian Bapa Uskup Luo" (Hanzi: 哭司教羅先生).[71] Menurut Gu Yulu, ditilik dari isi syair duka tersebut, Luo Wenzao cukup menguasai ilmu teologi sehingga cakap menyusun dan menyampaikan sendiri khotbah-khotbahnya tanpa perlu dibantu atau didampingi konsultan teologi.[72]

Makamnya rusak dilanda banjir antara tahun 1848–1849, dan dihancurkan pada tahun 1862 saat berkobarnya pemberontakan Taiping. Seusai pemberontakan, jenazahnya didipindahkan ke sebuah makam kolektif bagi para misionaris di Yuhuatai. Menurut Louis Gaillard dari tahun 1889, bongpai di makamnya yang baru hanya memuat tulisan "Gregorio Lopez" dan aksara Tionghoa "Luo", tanpa keterangan lain.[73]

Warisan sejarah

sunting
 
Gapura jalan masuk utama ke lingkungan Universitas bahasa Ursulin Wenzao di Taiwan

Pada tahun 1673, Raimundo del Valle menerbitkan Xingshen Shiyi (Hanzi: 形神實義; harfiah: 'Arti Hakiki Rohani Jasmani') di Changxi, Fujian. Buku ini disunting oleh Luo Wenzo bersama rekan-rekan setarekatnya, Francisco Varo, Domingo Fernández Navarrete, dan Domingo Sarpetri.[5][74] Pada tahun 1746, sebagai akibat dari bentrok antara pemerintah daerah Fu'an dan Gereja Katolik, pemerintah Dinasti Qing memberedel Xing Shen Shi Yi.[73] Meskipun demikian, karya tulis ini dapat diselamatkan dan dimasukkan ke dalam himpunan Karya-Karya Sastra Kristen Tionghoa dari Perpustakaan Nasional Prancis.[75]

Pada tahun 1928, Theodore Labrador Fraile, Vikaris Apostolik Funing, mendirikan Seminari Santo Yosef di Luojiang, Fu'an, provinsi Fujian. Kemudian hari, namanya diganti menjadi Seminari Wenzao (Hanzi: 文藻修院; Pinyin: Wénzǎo Xiūyuàn). Seminari ini ditutup pada tahun 1949.[76]

 
Nama "Wenzao" terpampang di atas gedung perpustakaan Universitas Bahasa Ursulin Wenzao

Pada tahun 1966, ketika mendirikan universitas bahasa di Kaohsiung, Taiwan, suster-suster Ursulin memutuskan untuk mengabadikan nama Luo Wenzao pada nama universitas tersebut.[77]

Baca juga

sunting

Keterangan

sunting
  1. ^ Hanzi sederhana: 罗文藻; Hanzi tradisional: 羅文藻; Pinyin: Luó Wénzǎo (juga dieja Luo Wenzhao (), Wenzao Lo, Luo Wencao, dan beragam variasi nama Gregorio Lopez di dalam sumber-sumber pustaka Eropa)
  2. ^ Menurut Fang Hao, nama Tionghoa Francisco Diez adalah "蘇芳積",[22] tetapi menurut San Román, nama Tionghoanya adalah "徐芳濟".[18]
  3. ^ Menurut pernyataan Domingo Fernández Navarrete, Luo Wenzao ditahbiskan pada tahun 1656, dan pernyataan tersebut diikuti Joseph de Moidrey.[29][12] Meskipun demikian, Fang Hao menolak pernyataan tersebut lantaran beberapa alasan, yaitu bahwasanya catatan-catatan kantor Uskup Agung Manila lebih akurat, dan bahwasanya Navarrete baru mengeluarkan pernyataan tersebut 19 tahun sesudah penahbisan dilangsungkan.[29]
  4. ^ Menurut Zhang Kai, total jumlah orang yang dibaptis Luo Wenzao mencapai sekitar 2.000 jiwa di beberapa provinsi, dan bahwasanya ia membaptis 556 orang warga sebuah pulau di provinsi Fujian.[25]
  5. ^ Menurut terjemahan Francis A. Rouleau dari bahasa Portugis (bahasa asli surat ini) ke bahasa Inggris.
  6. ^ No poco afligido yo con el nuevo orden de su Santidad y gimiendo de dolor y pena ... luego busque diligente a mis compañeros y hermanos de mi sagrada Religión. ... Vierón la gravedad del empeño, y resolvierón que no podía dejar de obedecer a la Cabeza de la Iglesia, y poner en la primera ocasión en ejecución tan soberanos preceptos. Acepte, Senor, con este parecer el Obispado y demas dignidades, como rezan las Bulas pontificias y luego me puse en camino para esta ciudad de Manila con fines de consagrarme.[47]
  7. ^ Nama Giovanni Francesco Nicolai ditulis dengan beragam cara di dalam berbagai sumber pustaka. Di dalam buku Fang Hao, namanya tertulis "Juan Francesco de Leonissa".[54] Di dalam buku San Román, namanya tertulis "Giovanni Francesco (Nicolai) da Leonessa".[50]
  8. ^ Menurut Leopold Leeb, kalimat aslinya adalah sebagai berikut A.R. P. F. ANTONIO A S. MARIA ORDINIS MINORUM, MINISTRO ET PRAEFECTO VERE APOSTOLICO AB EXILIO CANTONENSI AD COELESTEM PATRIAM EVOCATO ANNO M.D.C.LXIX DECIMO TERTIO KALENDAS IUNII FR. GREGORIUS LOPES, EPISCOPUS BASILITANUS ET VICARIUS APOSTOLICUS NANKIM, PATRI SUO SPIRITUALI, RESTAURATO SEPULCRO, LAPIDEM HUNC GRATITUDINIS MONUMENTUM EREXIT according to Leeb.[20] De Moidrey menyajikan kalimat yang sedikit berbeda. Sumbernya adalah Philippe François Zéphirin Guillemin. Di dalam bukunya, kalimat yang tertulis adalah sebagai berikut: "A. R. P. F. Antonio a S. Maria Ordinis minorum Ministro et Præfecto vere apostolico ab exilio cantonensi ad cœlestem patriam evocato an MDCLXIX XIII kal. junii F. Gregorius Lopez Episcopus Basilitanus et Vie. Apostolicus Nankini Patri suo spirituali restaurato sepulcro lapidem hunc gratitudinis monu- mentum [sic] erexit."[67]

Rujukan

sunting

Kutipan

sunting
  1. ^ Luo 1997, hlm. 98.
  2. ^ Zhang 2016.
  3. ^ Zhang 2017, p. 118, "罗文藻(1616-1691)①,字汝鼎,号我存,西文 名字为Gregorio López".
  4. ^ Song 2019, hlm. 49-50.
  5. ^ a b del Valle 1673, hlm. 2.
  6. ^ a b Fang 1988, hlm. 144.
  7. ^ "A Brief History" (dalam bahasa Inggris). wzu.edu.tw. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 April 2023. Diakses tanggal 18 April 2023. 
  8. ^ Yan 2004, hlm. 37, 39.
  9. ^ a b c Fang 1988, hlm. 145.
  10. ^ Moreno 2017.
  11. ^ a b Leeb 2018, hlm. 63.
  12. ^ a b c d e de Moidrey 1914, hlm. 22.
  13. ^ Luo 1997, hlm. 99.
  14. ^ San Román 2001, hlm. 133.
  15. ^ a b Yan 2001, hlm. 91.
  16. ^ Song 2019, hlm. 42.
  17. ^ Zhang 2017, hlm. 117.
  18. ^ a b c San Román 2001, hlm. 134.
  19. ^ Fang 1988, hlm. 145–46.
  20. ^ a b Leeb 2018, hlm. 64.
  21. ^ a b c Zhang 2017, hlm. 118.
  22. ^ a b c d e Fang 1988, hlm. 146.
  23. ^ Zhang 2017, hlm. 118-19.
  24. ^ a b c d Fang 1988, hlm. 147.
  25. ^ a b c d Zhang 2017, hlm. 119.
  26. ^ a b San Román 2001, hlm. 135.
  27. ^ Fang 1988, hlm. 154.
  28. ^ Fang 1988, hlm. 147–48.
  29. ^ a b Fang 1988, hlm. 148.
  30. ^ a b Fang 1988, hlm. 186.
  31. ^ Luo 2015, p. 153, "在中国天主教历史上, 郑维信是第二位中国籍神父, 第一位中国籍神父及主教是隶属于多明我会的罗文藻".
  32. ^ San Román 2001, hlm. 149.
  33. ^ Fang 1988, hlm. 148–49.
  34. ^ San Román 2001, hlm. 136–37.
  35. ^ San Román 2001, hlm. 137.
  36. ^ a b c d Fang 1988, hlm. 149.
  37. ^ Zhang 2017, p. 119, "可以说在上述最艰难的时期,罗文 藻是唯一一位能在中国各个传教区之间进行联 络与沟通的神职人员".
  38. ^ Rouleau 1959, hlm. 31.
  39. ^ a b c Zhang 2017, hlm. 120.
  40. ^ a b c d Fang 1988, hlm. 150.
  41. ^ de Moidrey 1914, hlm. 22–23.
  42. ^ a b San Román 2001, hlm. 138.
  43. ^ a b c d e f de Moidrey 1914, hlm. 23.
  44. ^ a b c d e Fang 1988, hlm. 151.
  45. ^ Zhang 2017, hlm. 120-21.
  46. ^ Zhang 2017, hlm. 121.
  47. ^ a b c San Román 2001, hlm. 139.
  48. ^ a b c d e Zhang 2017, hlm. 122.
  49. ^ San Román 2001, hlm. 139–40.
  50. ^ a b c d e f g San Román 2001, hlm. 140.
  51. ^ a b San Román 2001, hlm. 140–41.
  52. ^ a b c d Fang 1988, hlm. 152.
  53. ^ Gu 1989, hlm. 36.
  54. ^ a b c d Fang 1988, hlm. 157.
  55. ^ San Román 2001, hlm. 146.
  56. ^ a b c d e f g h San Román 2001, hlm. 141.
  57. ^ Fang 1988, hlm. 158.
  58. ^ Fang 1988, hlm. 155.
  59. ^ a b c Zhang 2017, hlm. 127.
  60. ^ San Román 2001, hlm. 151.
  61. ^ a b Fang 1988, hlm. 153.
  62. ^ Zhang 2017, hlm. 124.
  63. ^ Jami 2011, hlm. 107.
  64. ^ Jami 2011, hlm. 109.
  65. ^ a b Zhang 2017, hlm. 125.
  66. ^ Fang 1988, hlm. 152-53.
  67. ^ a b de Moidrey 1914, hlm. 24.
  68. ^ Leeb 2018, hlm. 63-64.
  69. ^ a b Fang 1988, hlm. 159.
  70. ^ Zhang 2017, hlm. 128.
  71. ^ Fang 1988, hlm. 160.
  72. ^ Gu 1989, hlm. 35.
  73. ^ a b Song 2019, hlm. 49.
  74. ^ "形神實義" (dalam bahasa Inggris). KU Leuven: Chinese Christian Texts Database. Diakses tanggal 21 April 2023. 
  75. ^ 法國國家圖書館明清天主教文獻 (CONTENT VOL. 1–4) [Karya-Karya Sastra Kristen Tionghoa dari Perpustakaan Nasional Prancis (ISI JLD. 1–4)] (dalam bahasa Inggris). KU Leuven: Chinese Christian Texts Database. Diakses tanggal 22 April 2023. 
  76. ^ Li 2000, hlm. 406.
  77. ^ 發展簡史 [Sejarah Singkat Perkembangan] (dalam bahasa Tionghoa). wzu.edu.tw. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 April 2023. Diakses tanggal 12 April 2023. 希冀第一位中國籍主教羅文藻(1616-1691)敬天愛人的精神與行誼成為本校師生的典範。 

Artikel jurnal

sunting
  • Leeb, Leopold (Juni 2018). 中国的拉丁语墓碑和中西文化交流史 [Bongpai Kristen Berbahasa Latin di Tiongkok dan Sejarah Silang Budaya] (PDF). 2018 (6). Hong Kong: Latinitas Sinica: 41–106. ISSN 2415-4644. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 20 April 2023. Diakses tanggal 23 April 2023. 
  • Luo, Yiming (1997). 罗文藻生卒年考 [Kajian Tahun Kelahiran dan Tahun Kematian Luo Wenzao]. 海交史研究. 1997 (1): 98–100. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2023. Diakses tanggal 23 April 2023. 
  • Song, Liming (2019). 罗文炤还是罗文藻?——为中国首位国籍主教罗主教正名 [Luo Wenzhao atau Luo Wenzao? Meralat Nama Uskup Luo, Uskup Tionghoa yang Pertama]. 海交史研究. 2019 (3): 40–51. doi:10.16674/j.cnki.cn35-1066/u.2019.03.003. 
  • Fang, Hao (Maret 1988). "羅文藻" [Luo Wenzao]. 中國天主教史人物傳·中 [Riwayat Hidup Tokoh-Tokoh Sejarah Gereja Katolik Tiongkok (II)] (PDF) (dalam bahasa Tionghoa). Beijing: 中華書局. hlm. 144–162. ISBN 7-101-00233-1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 April 2023. Diakses tanggal 23 April 2023. 
  • Gu, Yulu (April 1989). 中国天主教的过去和现在 [Kala Lampau dan Kala Kini Gereja Katolik di Tiongkok]. 上海社会科学院出版社. hlm. 35–37. ISBN 7805153264. 
  • Jami, Catherine (Desember 2011). "The 'King's Mathematicians': a French Jesuit mission in China". The Emperor's New Mathematics: Western Learning and Imperial Authority During the Kangxi Reign (1662–1722) (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 102–119. doi:10.1093/acprof:oso/9780199601400.001.0001. ISBN 9780199601400. 
  • Li, Jianmin (2000). 天主教在闽东的传播和发展 [Persebaran dan Perkembangan Agama Katolik di Fujian Timur] (PDF). Dalam Yu, Xianfeng. 宗教·世纪之交的多视角思维 [Agama: Pandangan dari Berbagai Segi pada Peralihan Abad]. Badan penelitian Agama Provinsi Fujian. hlm. 397–409. ISBN 7-5615-1582-0. 
  • de Moidrey, Joseph (1914). "IIe Partie: Evêchés du XVIe Siècle et du XVIIe Siècle". La hiérarchie catholique en Chine, en Corée et au Japon (1307–1914) (dalam bahasa Prancis). Chang-Hai: Imprimerie de L'Orphelinat de T'ou-Sé-Wé. 
  • San Román, Miguel Angel (2001). "Luo Wenzao: A Unique Role in the Seventeenth Century Church of China". Dalam Weiying Gu. Missionary Approaches and Linguistics in Mainland China and Taiwan (dalam bahasa Inggris). Leuven University Press. hlm. 133–52. ISBN 9789058671615. 
  • del Valle, Raimundo (1673). Varo, Francisco; Navarrete, Domingo Fernández; Sarpetri, Domingo; Luo, Wenzhao, ed. Xingshen Shiyi 形神實義 [Arti Hakiki Rohani Jasmani] (dalam bahasa Traditional Chinese). Changxi, Fujian: Gereja Katolik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2023. Diakses tanggal 23 April 2023. 
  • Yan, Kejia (2001). 中国天主教简史 [Sejarah Singkat Gereja Katolik di Tiongkok] (PDF) (dalam bahasa Tionghoa). 宗教文化出版社. hlm. 91–93. ISBN 7801232313. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 7 Mei 2023. Diakses tanggal 7 Mei 2023. 
  • Yan, Kejia (Maret 2004). "Chapter One: Catholic Church in China in the Ming and Qing Dynasties". Catholic Church in China (dalam bahasa Inggris). Diterjemahkan oleh Chen, Shujie. China Intercontinental Press. hlm. 33–40. ISBN 978-7508505992. 

Bahan bacaan lanjutan

sunting

Pranala luar

sunting
Jabatan Gereja Katolik
Didahului oleh:
Uskup Tituler Basilinopolis
1674–1691
Diteruskan oleh:
Edme Bélot
Didahului oleh:
Ignace Cotolendi
Vikaris Apostolik Nanking
1685–1690
Uskup Nanking
1690–1691
Diteruskan oleh:
Giovanni Francesco Nicolai
(administrator)