Lokomotif listrik ESS 3200
Lokomotif listrik ESS 3200 (nomor model Werkspoor-Heemaf 3200)[1] adalah lokomotif listrik produksi pabrik Werkspoor yang pernah melayani jalur Batavia (Jakarta) hingga ke Buitenzorg (Bogor).[2] Lokomotif ini dijuluki Si Bon-Bon karena berbentuk kotak dengan warna yang menarik menyerupai coklat Bonbon.[3] Batch pertama dari lokomotif ini diproduksi pada tahun 1925, dengan jumlah 2 unit lokomotif bernomor WH 3201-3202. Kemudian diproduksi kembali batch kedua pada tahun 1927, dengan jumlah 4 buah lokomotif bernomor WH 3203-3206.[4] Lokomotif ini berdinas semenjak era Elektrische Staatsspoorwegen (ESS) hingga era Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) pertengahan 1970-an.[2]
Lokomotif listrik ESS 3200 | |||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||
|
Sejarah
suntingElektrifikasi jaringan rel di Indonesia telah dibangun sejak tahun 1923, dan pertama kali dioperasikan pada 1925 di jalur Tandjong Priok–Meester Cornelis dengan listrik aliran atas (LAA) bertegangan 1500 V DC.[4][5] Sarana, prasarana, maupun operasional kereta-kereta listrik di Batavia pada saat itu ditangani oleh perusahaan Elektrische Staatsspoorwegen (ESS), yang merupakan bagian dari perusahaan Staatsspoorwegen (SS). Selain lokomotif listrik seri 3200, ESS juga memesan beberapa jenis lokomotif listrik lain, seperti seri 3000 buatan Swiss Locomotive and Machine Works (SLM), seri 3100 buatan Allgemeine Elektricitäts-Gesellschaft (AEG), seri 3300 buatan Borsig, bahkan seri 4000 yang merupakan sebuah lokomotif bertenaga baterai 360 V DC buatan Werkspoor.[2]
Pada awalnya, lokomotif listrik ini hanya melayani dinasan kereta dengan rute Tandjong Priok–Meester Cornelis saja. Namun saat elektrifikasi dilanjutkan hingga ke daerah Depok dan Buitenzorg pada tahun 1930, ESS 3200 pun akhirnya juga didinaskan di rute ini.[2]
Saat masa Pendudukan Jepang atas Hindia Belanda, semua seri dari lokomotif listrik yang ada mengalami perubahan sistem penomoran. Perubahan sistem penomoran ini adalah dengan menghapus angka pertama dari nomor semua seri lokomotif, dan hanya menyisakan 3 angka terakhir saja. Seperti contohnya seri '3202' yang berubah menjadi seri '202'.[1]
Lokomotif seri ini masih terus beroperasi menarik rangkaian KA penumpang lokal hingga pertengahan 1970-an. Dengan usianya yang telah mencapai setengah abad, lokomotif-lokomotif ini dipandang tidak lagi memadai dan digantikan dengan rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) Rheostatik baru buatan Jepang pada tahun 1976. Sebagai akibatnya, lokomotif-lokomotif ini tidak dioperasionalkan lagi dan akhirnya dirucat.[2]
Preservasi
suntingDari keenam unit seri 3200, hanya tersisa satu unit yang selamat dari perucatan, yaitu ESS 3202 yang ditemukan teronggok di dalam kebun Balai Yasa Manggarai.[2] Atas inisiatif dari organisasi pecinta kereta api Indonesian Railway Preservation Society (IRPS), lokomotif listrik ESS 3202 ini pun kemudian direstorasi dan dipreservasi oleh PT Kereta Api (Persero).[2]
Lokomotif ini menjalani 2 kali tahap restorasi. Proses restorasi pertama dapat diselesaikan pada 29 Juli 2007 dengan hanya memperbaiki kondisi tampilan body tanpa memperbaiki mesin maupun sistem kelistrikannya. Unit restorasi lokomotif ini diberi warna abu-abu, sesuai dengan warnanya saat pertama kali ditemukan di kebun Balai Yasa Manggarai dan diberi nomor unit 3201.[2][nb 1]
Pada 14 April 2009, ESS 3202 dipindahkan dari Balai Yasa Manggarai ke Stasiun Tanjung Priuk. Pemindahan lokomotif ini ditujukan untuk dipajang sebagai tampilan aset bersejarah saat peresmian Stasiun Tanjung Priuk oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 April 2009.[2]
Pada 2 September 2009, ESS 3202 dibawa kembali ke Balai Yasa Manggarai dari Stasiun Tanjung Priuk untuk menjalani tahap restorasi kedua. Tahap restorasi ini berencana untuk menghidupkan kembali mesin dan sistem kelistrikannya sehingga lokomotif ini dapat kembali hidup.[2] ESS 3202 akhirnya diujicobakan pada 18 Juli 2013 ke Stasiun Depok dengan mesin dan pantograf diambil dari unit KRL Rheostatik yang ada di dalam Balai Yasa Manggarai.[7] Tidak lama kemudian, warna lokomotif ini diganti lagi menjadi warna biru, dengan alasan mengacu kepada warna sebuah brosur dari pabrik Heemaf Hengelo yang mempromosikan lokomotif ini.[8][nb 2]
Saat ini, lokomotif listrik ESS 3202 disimpan di dalam Balai Yasa Manggarai. Namun, lokomotif ini sangat jarang dikeluarkan dari Balai Yasa Manggarai karena memiliki masalah pada girboks yang sudah tua dan tidak bisa diganti dengan yang baru akibat regulasi Barang Cagar Budaya.[7]
Insiden
suntingPada 20 September 1968, terjadi sebuah tabrakan antara rangkaian KA penumpang bernomor 406 tujuan Stasiun Bogor yang ditarik oleh lokomotif listrik seri 3201 dengan rangkaian KA penumpang bernomor 309 tujuan Stasiun Jakarta Kota yang ditarik oleh Lokomotif BB201 11, peristiwa ini pun dikenal sebagai tabrakan kereta api Ratujaya 1968. Peristiwa tabrakan yang menewaskan 46 korban jiwa ini terjadi pada hari Jumat pagi, yang berlokasi di daerah Ratujaya, petak antara Stasiun Depok dengan Stasiun Citayam. Akibat kejadian ini, kedua lokomotif; pun rusak berat, serta 3 unit kereta penumpang hancur. Seri 3201 sendiri pun langsung afkir setelah mengalami kejadian ini, dan berakhir dirucat.[6]
Galeri
sunting-
ESS 3202 di Stasiun Jakarta Kota, 17 Agustus 2022.
-
ESS 3202 di Stasiun Tanjung Priuk, 27 Mei 2009.
-
Sebuah lokomotif dari seri ESS 3200 berdinas di jalur Batavia–Buitenzorg, sekitar 1931.
-
ESS 3201 saat masih di pabrik Werkspoor, Belanda.
-
ESS 3203 di Tandjong Priok, sekitar 1929.
-
Brosur Heemaf Hengelo yang mempromosikan lokomotif ESS 3200.
-
Mesin ESS 3202 yang diambil dari KRL Rheostatik.
-
Bekas roda lokomotif ESS 3200 yang dipajang di dalam area Balai Yasa Manggarai.
Catatan
sunting- ^ Sejak pertama kali ditemukan di dalam area kebun kereta afkir Balai Yasa Manggarai, lokomotif ini sudah tidak memiliki plat nomor pada bagian bodynya. Pihak Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) sendiri sudah mengetahui bahwa unit lokomotif ini adalah ESS 3202, yang merupakan batch pertama dari seri 3200.[1][3] Namun pada saat tahap restorasi, nomor seri lokomotif ini diubah menjadi 3201, dengan kemungkinan alasan sebagai sebuah penanda bahwa lokomotif ini merupakan satu-satunya unit dari seri ESS 3200 yang tersisa. Lokomotif listrik ESS 3201 sendiri sebenarnya sudah afkir dan dirucat karena terlibat dalam peristiwa tabrakan kereta api Ratujaya 1968.[6]
- ^ Berdasarkan hasil laporan tim observasi Lembaga Cagar Budaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda ketika berkunjung ke Balai Yasa Manggarai pada 13 Oktober 2014, tim observasi memberikan masukan agar Lokomotif ESS 3202 kembali diwarnai coklat sesuai dengan warna aslinya. Hal tersebut dikarenakan warna biru yang tercetak dalam brosur pabrik Heemaf Hengelo merupakan substitusi dari warna coklat. Diketahui pada tahun 1928, teknologi percetakan berwarna masih sederhana dan sangat terbatas. Sehingga, warna coklat pada saat itu tidak dapat diproduksi oleh percetakan berwarna. Warna coklat ini juga menjelaskan mengapa lokomotif seri ESS 3200 dijuluki sebagai lokomotif Si Bon-Bon.[9]
Referensi
sunting- ^ a b c "De eerste in Nederland vervaardigde elektrische treinen voor Nederlands Indië door Heemaf-Werkspoor (1925-1928) + Film". Diakses tanggal 2022-08-30.
- ^ a b c d e f g h i j "The Indonesian Heritage Railway:Lokomotif Listrik ESS3201". Archived from the original on 2014-08-08. Diakses tanggal 2022-08-30.
- ^ a b "Sahabat Bon Bon". Diakses tanggal 2022-08-30.
- ^ a b "Electrische Staatspoorwegen". searail.malayanrailways.com. Diakses tanggal 2022-08-01.
- ^ Hartono A.S. 2011. Lokomotif elektrik lebar sepur 1067mm (bagian 1). Majalah KA 60: 36-37. Juli 2011.
- ^ a b "Tragedi Ratujaya 1968 – RODA SAYAP". Diakses tanggal 2022-08-01.
- ^ a b "Bon Bon, Mengenal Legenda Lokomotif Listrik Pertama di Indonesia". Diakses tanggal 2022-08-30.
- ^ "Alasan warna lokomotif ESS 3202 diganti menjadi warna biru". Diakses tanggal 2022-08-30.
- ^ de Vries, Ben; de Graaf, Gerard; Schild, Richard, ed. (2014). Identification Mission on Historical rolling stock in Indonesia (dalam bahasa Inggris). Ministerie van Onderwijs, Cultuur en Wetenschappen. hlm. 10.