Lokomotif B23
Lokomotif B23 adalah lokomotif uap buatan pabrik Henschel di Jerman. Lokomotif dengan notasi Whyte 0-4-0T ini dioperasikan oleh Kediri Stoomtram Maatschappij di Jawa, khususnya untuk lintas Kediri Stoomtram Maatschappij untuk angkutan penumpang maupun barang. Saat ini tersisa lokomotif B2301 di Taman Mini Indonesia Indah.
Lokomotif B23 | |||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||||||||
| |||||||||||||||
|
Sejarah
suntingKeuntungan finansial yang diperoleh perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg maatschappij (NIS) dari pengoperasian jalur kereta api rute Semarang-Solo-Yogyakarta dan Jakarta-Bogor memberi harapan baru kepada para pengusaha swasta yang telah berminat untuk menanamkan modal mereka dalam kegiatan jasa angkutan dengan kereta api. Perusahaan kereta api swasta Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) mendapat konsesi dari pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1894 untuk membangun jalan rel di sekitar kota Kediri, Jombang dan Pare. Konstruksi jalan rel pertama dibangun KSM pada rute Jombang-Pare-Kediri (50 km) dan selesai dibangun pada tahun 1897.[1]
Stasiun Pare merupakan kantor pusat dari KSM. Di stasiun ini juga terdapat depo lokomotif. Pada tahun 1897-1900, KSM telah berhasil membangun jalan rel dengan total panjang 121 km. Untuk melayani rute ini, KSM mendatangkan lokomotif uap B23 dari pabrik Henschel (Jerman) pada tahun 1900 sebanyak 1 lokomotif saja. Lokomotif ini digunakan untuk menarik rangkaian kereta yang mengangkut hasil perkebunan dan penumpang pada rute jarak dekat. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tingkat produktivitas pertanian dan perkebunan di kota Kediri dapat dikatakan cukup besar, banyak tanah yang disewakan untuk menjadi perkebunan.
Lokomotif B23 memiliki susunan roda 0-4-0T merupakan lokomotif yang memiliki dua silinder berdimensi 280mm x 430mm pada sisi luar dengan roda penggerak berdiameter 800mm. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 25 km/jam. Berat keseluruhan 16 ton. Lokomotif B23 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara.
Karena KSM mengalami kesulitan keuangan maka lokomotif ini dipindah ke kota Madiun untuk dioperasionalkan di jalan rel milik perusahaan kereta api Staats Spoorwegen. Satu-satunya lokomotif seri B23 yang didatangkan di Indonesia adalah B2301. B2301 saat ini dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Referensi
sunting- ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 44. ISBN 978-602-0818-55-9.