Liang, Salahutu, Maluku Tengah
Liang, adalah salah satu dari enam buah negeri yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Negeri ini tergolong sebagai negeri pesisir dan dikategorikan sebagai negeri swasembada.[2]
Liang Ama Rian, Ama Riang Uli Sailesi | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Maluku |
Kabupaten | Maluku Tengah |
Kecamatan | Salahutu |
Kodepos | 97582 |
Luas | 46 km2 |
Jumlah penduduk | 8.381 jiwa[1] |
Kepadatan | 182,19 jiwa/km2 |
Sebagai sebuah negeri atau desa adat, Liang dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan layaknya kepala desa. Raja Liang bergelar sebagai tuan Upulatu (raja). Apabila raja belum terpilih, tampuk kepemimpinan dijabat oleh pejabat negeri. Jabatan raja di Liang dipangku oleh fam Soplestuny(matarumah parentah) .[3] Sejak 19 tahun lalu,liang belum memiliki raja
Etimologi
suntingNegeri Liang dalam bahasa Tana dikenal sebagai Ama Rian atau Ama Riang . Nama Liang, Rian, atau Riang konon berasal dari kata liang yang artinya cerukan atau gua. Negeri ini dinamai demikian karena banyak terdapat cerukan atau gua. Menurut tuturan masyarakat Liang, salah satu di antara gua-gua yang ada di wilayah mereka dahulu kerap dipakai oleh para leluhur sebagai jalan pintas (jalan tembus) menuju Negeri Kailolo yang terletak berseberangan dengan Liang dan dipisahkan oleh Selat Haruku melewati dasar laut.[4]
Ada pula tuturan dari masyarakat Negeri Waai yang menyebutkan bahwa masyarakat Liang adalah sebagian kecil dari masyarakat Waai yang menolak menerima ajaran Kristen. Masyarakat Waai yang menolak masuk Kristen dan mempertahankan keislaman pergi ke arah yang berbeda-beda. Ada yang pergi ke arah barat dan menjadi warga Morella dan Wakal. Ada yang ke selatan ke Tulehu. Ada yang berpindah ke Haruku ke Kailolo. Dan sebagian lagi ke arah utara. Mereka yang pergi ke utara tinggal di dalam liang-liang gua. Oleh sebab itu negeri yang mereka bangun di kemudian hari dikenal sebagai Negeri Liang.[5]
Sejarah
suntingLiang menurut sejarah merupakan salah satu negeri dalam konfederasi Uli Sailesi yang wilayahnya berada di timur laut Pulau Ambon. Uli Sailesi menghimpun Neger Liang, Mamala, dan Morella sebagai satu kesatuan dengan pusat uli-nya di Mamala. Pada suatu ketika setelah Perang Kapahaha, Liang menarik diri dari keanggotaannya sebagai bagian Uli Sailesi dan bersekutu dengan Waai yang masyarakatnya sebagian beragama Islam. Waai sendiri merupakan bagian dari Uli Solemata yang berpusat di Tulehu. Persekutuan dengan Waai pun retak ketika Waai beralih menjadi penganut Kristen yang terjadi pada masa pemerintahan De Vlaming.[6] Retaknya persekutuan Liang-Waai menghasilkan perbedaan penafsiran sejarah yang cukup signifikan antara kedua negeri bertetangga ini.[a]
Kondisi Wilayah
suntingAksesibilitas
suntingAksesibilitas atau keterjangkauan Negeri Liang terbilang sangat baik, didukung oleh ketersediaan jalan (jalur darat) dan pelabuhan (jalur laut) yang memadai.[7] Jarak antara Liang dengan ibukota provinsi di Ambon sekitar 38–41 km dan dapat ditempuh selama satu hingga satu setengah jam melalui perjalanan darat.[8] Jarak ke Masohi, ibu kota kabupaten Maluku Tengah mencapai 251 km yang dapat dicapai melalui jalur laut. Opsi pertama menggunakan transportasi laut ke Masohi adalah dengan menaiki kapal di Pelabuhan Tulehu yang jaraknya sekitar 15 km ke sebelah selatan Liang.[9] Opsi kedua adalah menyeberang menggunakan feri dari Pelabuhan Hunimua (Pelabuhan Liang) ke Pelabuhan Waipirit dan melanjutkan perjalanan ke Masohi menggunakan jalur darat.[10]
Batas-batas
suntingLiang memiliki batas-batas sebagai berikut.[10]
- Sebelah utara berbatasan dengan Selat Seram.
- Sebelah timur berbatasan dengan Selat Haruku.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Negeri Waai, Passo, dan Telaga Kodok.
- Sebelah barat berbatasan dengan Negeri Morella.
Bencana Alam
suntingLiang adalah negeri yang paling parah terkena dampak Gempa bumi Maluku 2019. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pattimura, Ambon, menyebutkan titik gempa tersebut berada di 3.38 LS,128.43 BT, 40 kilometer limur Laut Ambon dengan kedalaman 10 kilometer.[11] Pasca gempa bumi berkekuatan 6,8 Skala Richter yang mengguncang Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat pada pagi hari tanggal 26 September 2019, ribuan masyarakat Liang mengungsi ke hutan-hutan di daerah perbukitan yang terletak di belakang negeri dikarenakan khawatir dengan potensi tsunami ketika mereka menyaksikan air surut (meti) di pantai.[12]
Gempa bumi berkekuatan 6,8 Skala Richter tersebut disusul ratusan gempa susulan berkekuatan lebih kecil. Alhasil ribuan rumah dan bangunan lain di Negeri Liang roboh dan rata dengan tanah. Gempa bumi tak hanya meluluhlantakkan banguna-bangunan di Liang. Efek dari peristiwa tersebut adalah banyak warga yang mengalami trauma dan gelisah mendalam dikarenakan banyaknya gempa susulan. Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah berjanji akan memberikan bantuan pangan dan terpal serta mengadakan trauma healing untuk mengembalikan kepercayaan diri warga Liang.[13] Pada 7 Oktober 2019, aparat kepolisian dari Ditlantas Polda Maluku mengadakan trauma healing di Liang dan Waai dengan tujuan untuk mengembalikan keceriaan anak-anak yang menjadi korban gempa di kedua negeri.[14]
Beberapa hari usai terjadinya gempa dan gempa-gempa susulan, di pesisir Negeri Liang dan di sekitar permukiman muncul sejumlah lubang-lubang sebesar sumur. Lubang-lubang tersebut adalah fenomena sand boil yang umum terjadi sebagai dampak sekunder dari gempa besar. Sand boil tidak ada kaitannya dengan tsunami. Kemunculan sand boil di Liang diduga terjadi akibat rekahan di bawah tanah yang membesar setelah guncangan gempa. Rekahan tersebut tak mampu menahan air tanah sehingga mengakibatkan semburan pasir yang kemudian meninggalkan lubang-lubang.[15][16]
Geografi
suntingLiang adalah negeri pesisir dengan hamparan tanah datar yang luas.[17] Dengan ketinggian wilayah permukiman rata-rata 8 m.dpl., negeri ini adalah negeri dengan ketinggian rata-rata paling rendah di Kecamatan Salahutu.[18] Permukiman masyarakat Liang berada di pesisir timur laut Pulau Ambon, menghadap ke Selat Seram yang memisahkan Pulau Ambon dengan Pulau Seram. Bagian pedalaman Negeri Liang ditutupi oleh hutan hujan dan memiliki topografi bergunung-gunung yang cenderung kasar. Kondisi topografi yang sulit dijamah menyebabkan wilayah pedalaman Negeri Liang masih terbilang terawat. Bagian pedalaman Negeri Liang memiliki topografi sampai dengan 800 m.dpl.[10]
Hidrologi
suntingDari kaki Gunung Salahutu mengalir lima sungai dan sungai kecil yang bermuara di wilayah pesisir Negeri Liang. Masyakarat memanfaatkan sungai-sungai tersebut untuk keperluan mandi dan mencuci. Lima sungai tersebut adalah Wae Huhu, wair Meten, wair Osa, wair Tomol, dan Wair Wela.[19]
Administrasi
suntingPerangkat Pemerintahan
suntingLiang memiliki tiga jabatan kepala urusan atau kaur.[20]
Pembagian Wilayah
suntingLiang dibagi ke dalam 14 buah RT dan empat buah dusun atau anak desa.[21] Empat buah dusun di Liang meliputi Dusun Tana Mera, Dusun Lengkong, Dusun Pohon Sukun, dan Dusun Iha. Dusun Lengkong sejak tahun 2000an dihuni oleh warga pengungsian dari Negeri Iha yang meninggalkan kampung halaman mereka karena konflik antaragama di Saparua tahun 1999 silam.[22] Bagian yang dihuni oleh warga pengungsian Iha akhirnya dimekarkan menjadi Dusun Iha.
Demografi
suntingAgama
suntingMasyarakat asli Liang sebagaimana kebanyakan masyarakat Leihitu lainnya beragama Islam. dan tidak memeluk agama lain.[23] Pada masa yang lampau, Liang beserta beberapa negeri tetangga seperti Mamala dan Morella tergabung dalam konfederasi adat negeri-negeri Muslim yang bernama Uli Sailesi. Latar belakang sejarah itu pula yang menyebabkan Uli Sailesi menjadi teun yang dipakai negeri ini dalam upacara adat. Masyarakat Liang yang berasal dari pengungsian warga Iha dan pendatang asal Buton pun semuanya beragama Islam. Data BPS Maluku Tengah tahun 2018 menunjukkan ada lima buah masjid dan 14 buah musala di Liang.[24] Masjid yang terbesar adalah Masjid Jami Liang. Lima buah masjid di Liang tersebar masing-masing satu di negeri induk, Dusun Tana Mera, Dusun Lengkong, Dusun Pohon Sukun, dan Dusun Iha.[10] Pada tahun 2017 ada 44 pasangan menikah secara Islam di Liang.[25]
Kependudukan
suntingHingga tahun 2017 Liang memiliki penduduk sebanyak 8.381 jiwa yang terdiri dari 4.097 jiwa penduduk laki-laki dan 4.284 jiwa penduduk perempuan serta terbagi ke dalam 1.897 rumah tangga (RT).[26] Hal ini menjadikan negeri ini sebagai negeri dengan penduduk terbanyak ketiga di Salahutu setelah Tulehu (19.445 jiwa) dan Suli (11.735 jiwa). Di antara 8.381 jiwa penduduk Liang, semuanya adalah WNI.[27]
Data tahun 2017 yang dimuat dalam Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 menunjukkan di Liang ada 62 jiwa yang lahir, 10 jiwa yang meninggal, tujuh jiwa yang datang menetap, dan empat jiwa yang bermigrasi ke luar.[28]
Kesehatan
suntingLiang memiliki satu buah puskesmas pembantu yang memiliki lima orang tenaga paramedis dan lima orang bidan puskesmas.[29] Selain itu ada delapan orang bidan desa.[30] Per tahun 2017 di negeri ini ada delapan buah posyandu dan 364 balita yang ditimbang. Jumlah balita yang ditimbang di Liang lebih sedikit dibandingkan Tulehu (2.479 balita), Suli (450 balita), dan Waai (371 balita).[31]
Pendidikan
suntingLiang memiliki sarana pendidikan mulai dari jenjang TK hingga SMA. Menurut data BPS Maluku Tengah di negeri ini ada dua buah TK, enam buah SD, dua buah SMP, dan satu buah SMA.[32] Sementara itu data dari referensi milik Kemdikbud menyebutkan di Liang ada tiga buah TK, sembilan buah SD, tiga buah SMP, dan dua buah SMA.[33][34] Berikut daftar sarana atau institusi pendidikan di Liang.
No. | Nama Institusi Pendidikan | Alamat | Jenjang | Status |
---|---|---|---|---|
1 | TK Al-Hidayah | Jalan Raya Liang | TK | Swasta |
2 | TK Hetumena Liang | Liang | TK | Swasta |
3 | Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah | Jalan Raya Liang | SD | Swasta |
4 | Madrasah Ibtidaiyah Al-Kahar | Jalan Pattyheru, Dusun Iha | SD | Swasta |
5 | Madrasah Ibtidaiyah Al-Kahar 2 | Jalan Pattyheru, Dusun Iha | SD | Swasta |
6 | Madrasah Ibtidaiyah Salman Al Farisi | Jalan Raya Liang, KM 36, Dusun Tana Mera | SD | Swasta |
7 | SD Hetumena Liang | Liang | SD | Negeri |
8 | SD Inpres Lengkong | Dusun Lengkong, Liang | SD | Negeri |
9 | SD 1 Liang | Liang | SD | Negeri |
10 | SD 2 Liang | Liang | SD | Negeri |
11 | TK Satu Atap-SD 3 Liang | Jalan Raya Waihula, Negeri Liang | TK & SD | Negeri |
12 | Madrasah Tsanawiyah 6 Maluku Tengah | Jalan Raya Waihula, Negeri Liang | SMP | Negeri |
13 | Madrasah Tsanawiyah Salam Al Farisi | Jalan Raya Liang, KM 36, Dusun Tana Mera | SMP | Swasta |
14 | SMP 4 Salahutu | Jalan Raya Waihula, Negeri Liang | SMP | Negeri |
15 | Madrasah Aliyah Salman Al Farisi | Jalan Raya Liang, KM 36, Dusun Tana Mera | SMA | Swasta |
16 | SMA 4 Salahutu | Jalan Raya Waihula, Negeri Liang | SMA | Negeri |
Berdasarkan data BPS Maluku Tengah, per 2017 di Liang terdapat 725 orang murid SD dan 118 orang guru SD; 340 orang murid SMP dan 32 orang guru SMP; serta 146 orang murid SMA dan 21 orang guru SMA.[35]
Adat dan Budaya
suntingFam di Negeri Liang
suntingMasyarakat asli Liang memiliki sistem kekerabatan patrilineal yang diturunkan melalui pihak laki-laki. Penanda dari sistem kekerabatan tersebut adalah adanya penggunaan nama fam atau marga di belakang nama pemberian (given name) orang Liang asli. Berikut adalah fam-fam yang ada di Liang.[36]
- Lessy
- Lestusen
- Mony
- Naya
- Opier (dibaca opir)
- Pary
- Rehalat
- Samual
- Soplestuny (dibaca soplestuni)
- Tuny
- Wael
Hubungan Sosial
suntingLiang terikat pela dengan Negeri Leinitu di Nusalaut. Hubungan pela antara kedua negeri terjadi pada abad ke-17 setelah rombongan dari Leinitu menumpang istirahat di pesisir Liang dan diperlakukan dengan sangat baik, termasuk dijamu air dan makanan. Atas kebaikan masyarakat Liang, Patih Leinitu mengajak Ama Riang untuk mengangkat pela. Pela tersebut bertahan hingga hari ini.[37][b] Disebutkan pula dalam (Tentative) List of Pela Relationships Involving Villages in the Pasisir Region of the Central Moluccas bahwa Liang memiliki hubungan pela tampa siri dengan Abubu. Namun, hubungan tersebut tidak diakui di kedua negeri sehingga bagi Liang, Leinitu adalah satu-satunya pela mereka.[38]
Lembaga dan Pranata Tradisional
suntingSoa
suntingSoa adalah sebuah kelompok yang terbangun di dalam sebuah negeri dan merupakan budaya khas orang Maluku Tengah. Soa menghimpun beberapa fam dan biasanya fam-fam dalam satu soa memiliki kesamaan atau pertalian sejarah. Di Liang ada tiga soa yaitu Soa Haturessy, Soa Renawasa, dan Soa Sitanala.[39][40][c]
Soa Haturessy
sunting- Asel
- Laen
- Lestusen
- Mony
- Naya
- Oper (kadang dieja sebagai Oppier)
- Pary
- Soplestuny (kadang dieja sebagai Soplestuni)
- Tuny
- Ulat
- Wael
Soa Renawasa
sunting- Lessy
- Bisry
- Terra
Soa Sitanala
sunting- Rehalat
- Samual
EKonomi
suntingPariwisata
suntingLiang memiliki salah satu ikon pariwisata Maluku khususnya Pulau Ambon yakni Pantai Hunimua yang lebih dikenal sebagai Pantai Liang.[41] Pantai ini masih menjadi pilihan wisata masyarakat Ambon meskipun terdapat daerah-daerah wisata baru dikarenakan orisinalitas yang ditawarkan.[42] Pantai Hunimua dinobatkan sebagai salah satu pantai terbaik di Indonesia oleh UNDP pada tahun 1990 dikarenakan pasir putihnya yang mempesona serta kekayaan bawah laut yang luar biasa.[43] Pada 24-26 Mei 2016 pantai ini beserta Negeri Waai menjadi tuan rumah Kemah Pramuka Madrasah Nasional.[44] Pulau Pombo yang terletak di Selat Haruku merupakan bagian dari Negeri Liang dan merupakan salah satu tujuan wisata yang cukup populer.
Pengolahan Makanan dan Perdagangan
suntingSagu tidak dibudidayakan melainkan tumbuh di hutan sagu di wilayah Negeri Liang. Sagu adalah makanan pokok masyarakat Liang sebelum saat ini perlahan tergantikan oleh nasi. Sagu diolah menjadi beragam panganan seperti sinoli, papeda, karu-karu, dan uha yang dimakan sebagai staple food serta diolah menjadi aneka camilan seperti serut, bagea, sagu tumbu, bubur ne, dan lain-lain. Sagu tumbu menjadi camilan utama yang dikembangkan secara serius oleh kelompok usaha ibu-ibu di Liang. Pengolahan sagu ini awalanya masih dilakukan di rumah masing-masing dan ditekuni tak kurang dari 15 orang ibu sebelum terbentuknya kelompok usaha "Ama Riang". Per orang dalam sebulan dapat menghasilkan omzet antara 1.000.000 hingga 1.500.000 rupiah.[45]
Di Liang ada 17 buah rumah makan dan warung kopi serta 57 kios atau warung yang menjual sembako.[46]
Perkebunan
suntingKomoditas perkebunan unggulan dari Liang meliputi pala dan cengkih.[47]
Keterangan
sunting- ^ Orang Waai menyebut bahwa Liang adalah sebagian kecil masyarakat Waai yang tidak menerima kekristenan dan lari ke utara serta mendiami gua-gua, oleh karenanya disebut Liang. Dalam cerita yang dipercayai masyarakat di Waai, pada suatu waktu di abad ke-17 Masehi, eri atau kampung yang nantinya membentuk Waai ada tujuh buah dan semuanya beragama Islam. Pada masa yang sama usaha penginjilan oleh misi zending Belanda juga sangat gencar. Beberapa misionaris seperti Honden Horen dari Rumahtiga dan Lodrikus si penunjuk jalan membawa bakul misterius berisi air. Bakul itu diletakkan di dekat masjid seolah-olah merupakan barang dagangan. Ketika masyarakat selesai salat dan mengerumuni "barang dagangan", secara mengejutkan misionaris Honden Horen keluar dari bakul dan memercikkan air baptis. Mereka yang terkena percikan diam di tempat dan masuk Kristen, sementara yang tidak terkena berhamburan ke sana ke mari dan membawa serta keislaman mereka. Matarumah Talaperuw, Kayadu, dan Matakupan melarikan diri ke utara dan nantinya menjadi Negeri Liang. Di negeri yang baru mereka mengganti nama. Talaperuw menjadi Oper (Oppier), Kayadu menjadi Lessy, dan Matakupan menjadi Rehalat. Silakan lihat Sejarah Negeri Waai. Hal yang diyakini masyarakat Liang sangat berlainan dengan yang dipahami di Waai. Liang percaya bahwa mereka adalah negeri yang besar di wilayah Salahutu dan telah memeluk Islam. Namun, usaha penyebaran agama Kristen menjadi semakin massif yang menyebabkan beberapa matarumah (fam atau marga) terpikat dengan ajaran yang dibawakan oleh bangsa Barat. Akibat dari perbedaan keyakinan di antara anak negeri ini, maka penganut Kristen berpindah agak ke selatan dan mendirikan Negeri Waai. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan batas wilayah karena menurut adat yang ada di Liang, Liang berbatasan langsung dengan Negeri Toirehui atau Tulehu karena Waai belum ada atau belum didirikan. Silakan lihat Ama Riang.
- ^ Pela yang diangkat oleh Liang dan Leinitu tergolong sebagai pela keras walaupun dikukuhkan bukan karena bencana atau perang besar. Ikatan pela keras kedua negeri menggambarkan beta moyang Liang dan Leinitu sangat menyanyangi satu sama lain. Dampak dari ikrar pela keras tersebut adalah masyarakat Liang dan Leinitu dilarang untuk saling kawin-mengawini. Apabila mereka ketahuan mereka akan mendapat sanksi sosial berupa cemooh dan hinaan serta akan berakhir ke persidangan adat. Kawin-mengawini antardua negeri pun bertambah mustahil mengingat keduanya memiliki perbedaan agama, Liang masyarakatnya beragama Islam dan Leinitu masyarakatnya beragama Kristen Protestan. Silakan lihat “CERITA DARI MALUKU : Provokator Damai”.
- ^ Soa Renawasa terdiri dari satu fam yakni fam Lessy dan mereka berkedudukan sebagai tuan tanah. Soa Haturessy terdiri dari fam-fam lain selain fam Lessy dan dua fam yakni Rehalat dan Samual yang termasuk dalam Soa Sitanala yang berkedudukan sebagai Soa Raja. Silakan lihat Ama Riang.
Referensi
sunting- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 20]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 15]
- ^ 19 Tahun Tanpa Raja, Saniri Liang Desak Bupati Percepat Raja Definitif
- ^ Ama Riang
- ^ Waileruny, Semuel (2011). Membongkar Konspirasi di Balik Konflik Maluku (Edisi Kedua). Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 87.
- ^ Bartels, Dieter (2017). Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku: Muslim Kristen Hidup Berdampingan di Maluku Tengah, Jilid II: Sejarah. Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). hlm. 617.
- ^ El 2009, hlm. 23.
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 83]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 82]
- ^ a b c d El, hlm. 23.
- ^ Tidur saat Gempa Ambon, Warga Maluku Tengah Tewas Tertimpa Reruntuhan
- ^ Gempa Ambon: Lebih 100.000 orang masih mengungsi, 'Katong masih trauma, belum bisa pulang'
- ^ Bupati Malteng: Desa Liang Terparah Dihantam Gempa Ambon
- ^ Anak-anak Waai & Liang Korban Gempa Dihibur Polisi
- ^ Lubang Sebesar Sumur Muncul di Perkampungan dan Pantai Usai Gempa, Ini Penjelasan BMKG
- ^ "Pasca Gempa Ditemukan Sejumlah Lubang Keluarkan Gelembung Air di Liang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-09. Diakses tanggal 2019-10-09.
- ^ Uneputty, T. J. A. (1985). Upacara Tradisional yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan daerah Maluku. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. hlm. 20.
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 3]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 7]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 13]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 14]
- ^ Merajut Masa Depan yang Koyak. Khairul Bayan. 2004. hlm. viii.
- ^ El 2009, hlm. 25.
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 51]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 49]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 20 dan 22]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 23]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 21]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 37 dan 38]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 39]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 40]
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 25]
- ^ "Daftar Satuan Pendidikan (Sekolah) Per Kec. Salahutu". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-19. Diakses tanggal 2019-10-09.
- ^ "Daftar Satuan Pendidikan (Sekolah) Anak Usia Dini Per Kec. Salahutu". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-27. Diakses tanggal 2019-10-09.
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 28, 30, dan 32]
- ^ El 2009, hlm. 30.
- ^ Lapian, A. B. (1983). Sejarah Sosial di Daerah Maluku. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. hlm. 38.
- ^ (Tentative) List of Pela Relationships Involving Villages in the Pasisir Region of the Central Moluccas
- ^ El 2009, hlm. 31.
- ^ "Warga Liang Dambakan Raja Defenitif". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-09. Diakses tanggal 2019-10-09.
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 89]
- ^ Wawo, dkk. 2009, hlm. 52.
- ^ Liang Beach, Most Beautiful Place in Indonesia
- ^ "Maluku Tuan Rumah Kemah Pramuka". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-09. Diakses tanggal 2019-10-09.
- ^ Musaid, dkk. 2019, hlm. 68.
- ^ [Kecamatan Salahutu Dalam Angka 2018 Hlm. 78]
- ^ Musaid, dkk., hlm. 68.
Daftar Pustaka
sunting- El, Ibrahim (2009). Keragaan Kelembagaan Adat Agroforestri Dusun (Studi Kasus Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah dan Negeri Werinama, Kecamatan Werinaman, Kabupaten Seram Bagian Timur) (Tesis S-2). Institut Pertanian Bogor.
- Musaid, dkk., Sri Astuti (2019). "Pengurusan Izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Produk Sagu Tumbu pada Kelompok Usaha Sagu Tumbu di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah". Jurnal Pengabdian Masyarakat Jamak (Manajemen & Akuntansi). Ambon: Politeknik Negeri Ambon. 2 (1): 67–80.
- Wawo, dkk., Mintje (2009). "Valuasi Ekonomi Wisata Pantai Hunimua, Desa Liang, Kecamatan Salahutu - Maluku Tengah". Ichthyos. 8 (1): 49–54.