Lawang Agung adalah pintu besar atau pintu utama yang diperuntukkan untuk dilewati oleh Raja atau pejabat yang terdapat pada keraton, masjid kerajaan, maupun rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Lawang Agung dihias dengan ukiran yang indah. Jika pintu depan (Lawang Hadapan) berjumlah 3 (tiga) buah maka yang di tengah merupakan Lawang Agung dan biasa ukurannya lebih besar dibanding pintu yang ada di sebelah kiri atau kanan yang disebut Lawang Sisi.

Pintu depan yang terletak di tengah-tengah dengan ukuran lebih besar merupakan Lawang Agung.

Masjid Sultan Suriansyah

sunting

Pada Masjid Sultan Suriansyah di Kota Banjarmasin terdapat Lawang Agung. Pada Lawang Agung Masjid Sultan Suriansyah terdapat 2 buah inskripsi yang tertulis pada bidang berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm yakni pada dua daun pintu Lawang Agung tersebut. Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi:

Ba'da hijratun Nabi Shalallahu 'alahihi wassalam sunnah 1159 pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Nagri Banjar dalam tanah tinggalan Yang Mulia.

[1]

Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi:

Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari bulan Sya'ban tatkala itu (tidak terbaca)

.

Kedua inskripsi ini menunjukkan pada hari Senin tanggal 10 bulan Sya'ban tahun 1159 Hijriyah Tahun Wawu telah berlangsung pembuatan Lawang Agung (pintu utama) oleh Kiai Demang Astungkara pada masa pemerintahan Raja Banjar Sultan Sepuh atau Sultan Tamjidullah I (m. 1734-1759).

Rujukan

sunting
  1. Imam Santoso, gambar konstruksi Type Rumah Banjar Bubungan Tinggi Baruh Kambang, Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru Kalsel, 11 Februari 1984.
  2. Budiarti, gambar konstruksi Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi Habirau Negara, Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Kalimantan Selatan, Kanwil Depdikbud Kalsel, 03-09-1994.
  3. Tim Depdikbud, Rumah Adat Banjar dan Ragam Hiasnya, Proyek Rehabilitasi dan Perlusan Museum Kalsel, Depdikbud, 1977/1978.
  4. Tim Museum Lambung Mangkurat, Rumah Tradisonal Banjar Rumah Bubungan Tinggi, P3 Kalsel, Depdikbud, 1980/1981.
  5. Seman, Symasiar, Drs.H. Rumah Adat Banjar Arsitektur Tradisional Kalimantan Selatan, Direktorat Perumahan, Dirjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Informasi Teknik Pembangunan, Proyek Pembinaan Umum Pembangunan Perumahan Kalsel, 1983.
  6. Tim Depdikbud, Album Seni Budaya Kalimantan Selatan, Proyek Media Kebudayaan, Depdikbud, 1983/1984.
  7. Tim Depdikbud, Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Selatan, Proyek Inventarisasi dan Dolumentasi Kebudayaan Daerah, Depdikbud, Jakarta, 1986.
  8. Sjarifuddin, Drs, Pengantar Pameran Khusus Rumah Tradisional Bubungan Tinggi dan Kelengkapannya, Depdikbud, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Permuseuman, Museum Negeri Provinsi Kalsel Lambung Mangkurat, 1992/1993.
  9. Tim KKL Angkatan '90 Arsitektur Undip, Laporan "Kuliah Kerja Lapangan Banjar Kalimantan Selatan" 23-28 September 1993, Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, 1993.
  10. Azan, Seminar Tata Ruang dan Karaktaristik Rumah Tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan, Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, Juni 1994.
  11. Hakim, Tedy Avianto, Seminar Pengaruh Arsitektur Tradisional Bubungan Tinggi pada Bangunan Kantor Pemerintah di Banjarmasin, Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, Februari 1997.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Perhitungan kalender Aboge, dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu dengan urutan terdiri tahun Alif (1153), Ha (1154), Jim awal (1155), Za (1156), Dal (1157), Ba (1158), Wawu (1159), dan Jim akhir (1160)

Pranalaluar

sunting