Laut Pedalaman Seto

salah satu laut di dunia
(Dialihkan dari Laut Seto Inland)

Laut Pedalaman Seto (瀬戸内海, Seto Naikai) adalah perairan yang memisahkan tiga pulau utama Jepang: Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Laut ini berfungsi sebagai jalur air internasional, menghubungkan Samudra Pasifik dan Laut Jepang. Laut ini juga menghubungkan Teluk Osaka dan pusat-pusat industri di wilayah Kansai, termasuk Osaka dan Kobe. Sebelum Jalur Utama Sanyō selesai dibangun, Laut Pedalaman Seto adalah satu-satunya jalur yang menghubungkan Pulau Kyushu dengan wilayah Kansai. Di laut ini terdapat pulau-pulau kecil yang bertebaran hampir di seluruh bagian perairan. Laut Pedalaman Seto terkenal dengan hasil pertanian berupa jeruk.

Laut Pedalaman Seto dan selat-selat utamanya bersama dengan Teluk Osaka (bergaris putus-putus)

Dalam Laut Pedalaman Seto tinggal berbagai jenis ikan laut, termasuk lumba-lumba dan ikan listrik. Nelayan juga merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi para penduduk yang tinggal di sekitar Laut Pedalaman Seto.

Prefektur Yamaguchi, Prefektur Hiroshima, Prefektur Okayama, Prefektur Hyogo, Prefektur Osaka, Prefektur Kagawa, Prefektur Ehime, Prefektur Fukuoka, dan Prefektur Oita semuanya memiliki garis pantai dengan Laut Pedalaman Seto. Kota-kota besar seperti Hiroshima, Iwakuni, Takamatsu, dan Matsuyama juga memiliki garis pantai dengan Laut Pedalaman Seto.

Wilayah Laut Pedalaman Seto memiliki iklim sedang, dengan suhu stabil sepanjang tahun dan tingkat curah hujan relatif rendah. Julukan untuk pulau-pulau di Laut Pedalaman Seto adalah "Negeri Cuaca Cerah" (晴れの国, Hare no Kuni). Laut ini juga terkenal karena Pasang Merah (赤潮, Akashio) yang disebabkan oleh kelompok padat fitoplankton tertentu yang mengakibatkan kematian sejumlah besar ikan.

Sejak 1980-an, pesisir utara dan selatan telah dihubungkan oleh Proyek Jembatan Honshu-Shikoku, termasuk Jembatan Besar Seto yang dapat dilewati lalu lintas kendaraan bermotor dan kereta api.

Penetapan batas

sunting
 
Pemandangan Laut Pedalaman Seto dari Pulau Miyajima.

Batas-batas Laut Pedalaman Seto menurut ketetapan Organisasi Hidrografi Internasional adalah:[1]

Sebelah Barat. Batas tenggara Laut Jepang [di Selat Shimonoseki. Sebuah garis dari Nagoya Saki (130° 9'E) di Kyushu melalui Pulau Uma Sima dan Muture Simia (33 ° 58 ', 5N) hingga ke Murasaki Hana (34 ° 01'N) di Honshu].

Sebelah Timur (Kii Suido). Sebuah garis dari Takura Saki (34 ° 16'N) di Honshu ke Oishi Hana di Pulau Awaji, dan terus ke Pulau Sio Saki (34 ° 11'N) dan hingga Oiso Saki di Shikoku.

Di Selatan (Bungo Suido). Sebuah garis yang menghubungkan Sada Misaki (33°20'N) di Shikoku dan Seki Saki di Kyushu.

Geografi

sunting

Laut Pedalaman Seto membentang dari timur ke barat sepanjang 450 km (280 mil). Lebar dari selatan ke utara bervariasi dari 15 km hingga 55 km (9,3-34 mil). Di sebagian besar lokasi, kedalaman air relatif dangkal. Kedalaman rata-rata adalah 37,3 m (122 kaki), sedangkan bagian laut yang paling dalam memiliki kedalaman 105 m (344 kaki).

Selat Naruto menghubungkan bagian timur Laut Pedalaman Seto ke Selat Kii yang terhubung dengan Samudra Pasifik. Bagian barat dari Laut Pedalaman Seto menghubungkan ke Laut Jepang melalui Selat Kanmon dan Pasifik melalui Selat Bungo.

Laut Pedalaman Seto dibagi-bagi menjadi beberapa laut terpisah yang memiliki nama tersendiri dalam bahasa Jepang. Iyo nada (伊予灘) misalnya, adalah sebutan untuk selat antara Ehime, Yamaguchi, dan Prefektur Oita di bagian barat laut. Aki nada (安芸灘) adalah sebutan unyuk laut di sebelah barat Kepulauan Geiyo, dekat Prefektur Hiroshima. Suō Nada (周防灘) adalah sebutan untuk laut antara Prefektur Yamaguchi dan Suō-Ōshima.

Di Laut Pedalaman Seto terdapat hampir 3.000 buah pulau, termasuk pulau-pulau besar seperti Pulau Awaji dan Pulau Shodo. Pulau-pulau kecil di laut ini banyak yang tidak berpenghuni.

Pulau utama

sunting

Laut Pedalaman Seto merupakan habitat untuk lebih dari 500 spesies laut, misalnya: ikan ayu, ikan amphidromous, belangkas, lumba-lumba ambu, dan hiu putih yang kadang-kadang menyerang orang di Laut Pedalaman Seto. Dahulu, banyak paus muncul untuk mencari makan atau berkembang biak, namun mereka kini sudah tidak ada lagi di Laut Pedalaman Seto akibat perburuan paus dan polusi, kecuali seekor dua ekor yang tersesat.

 
Torii Kuil Itsukushima berada di Laut Pedalaman Seto.

Pada zaman es terakhir, permukaan laut diperkirakan lebih rendah dari sekarang. Setelah zaman es berakhir, air laut mengalir ke tempat-tempat lebih rendah antara pegunungan di Chūgoku dan pegunungan di Shikoku hingga membentuk Laut Pedalaman Seto seperti sekarang.

Sejak zaman kuno, Laut Pedalaman Seto merupakan jalur transportasi utama antara wilayah pesisir, termasuk wilayah yang sekarang disebut Kansai dan Kyushu. Laut ini juga merupakan jalur transportasi utama antara Jepang dan negara-negara lain, termasuk Korea Selatan dan Cina. Bahkan setelah dibangunnya jalan darat seperti jalan raya utama Nankaidō dan San'yodo, Laut Pedalaman Seto tetap meripakan rute transportasi utama. Sejumlah utusan asing dari Cina dan Korea juga dicatat pernah melayari Laut Pedalaman Seto.

Pentingnya lalu lintas di Laut Pedalaman Jepang menyebabkan munculnya kekuatan-kekuatan regional yang kadang-kadang timbul dalam bentuk angkatan laut partikelir. Sejumlah dokumen mencatat angkatan laut partikelir ini sebagai "suigun" (水軍, arti harfiah: tentara air), namun mereka lebih terkenal sebagai bajak laut. Kadang-kadang mereka dianggap musuh masyarakat, tetapi dalam sebagian besar kasus, mereka diberi hak untuk pemerintahan sendiri setelah mempertimbangkan kekuatan mereka.

Pada abad ke-12, Taira no Kiyomori berencana untuk memindahkan ibu kota dari Kyoto ke desa pesisir Fukuhara (sekarang Kobe) untuk meningkatkan perdagangan antara Jepang dan Dinasti Song di Cina. Pemindahan ibu kota ini tidak berhasil, dan Kyoto kembali dijadikan ibu kota Jepang. Pertempuran Yashima yang melibatkan klan Taira terjadi di laut lepas pantai Takamatsu sekarang.

Selama periode feodal, "suigun" (bajak laut) merebut kekuasaan di sebagian besar wilayah pesisir. Klan Kono di Provinsi Iyo (sekarang Prefektur Ehime) dan klan Kobayakawa (dilanjutkan oleh klan Mori) di Provinsi Aki (sekarang bagian dari Prefektur Hiroshima) adalah dua klan suigun terkenal dari Laut Pedalaman Seto.

Pada periode Edo, Laut Pedalaman Seto adalah salah satu jalur transportasi tersibuk di Jepang. Laut ini merupakan jalan tembus ke Laut Jepang. Laut Pedalaman Seto tidak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi utama antara Kansai dan Kyushu, melainkan juga untuk wilayah Hokuriku, Tōhoku, dan bahkan Hokkaido (yang waktu itu masih disebut Ezo). Pelabuhan utama pada zaman Edo adalah Osaka, Sakai, Shimotsui, Ushimado, dan Tomonoura. Laut Pedalaman Seto juga dilewati para daimyo asal Jepang bagian barat dalam perjalanan dinas mereka ke Edo untuk memenuhi kewajiban dalam sistem sankin-kōtai. Sebagian dari mereka menaiki kapal dari Osaka. Berkat transportasi melalui Laut Pedalaman Seto, Osaka menjadi pusat ekonomi Jepang. Setiap domain feodal memiliki kantor cabang yang disebut Ozakayashiki di Osaka. Ozakayashiki adalah salah satu bentuk awal bank di Jepang, dan berfungsi sebagai kantor perdagangan dan mengurus pendapatan daimyo yang waktu itu dihitung dalam bentuk koku atau sistem penilaian kekayaan domain menurut total produksi beras.

Setelah Restorasi Meiji, industrialisasi berlangsung dengan cepat di daerah pesisir Laut Pedalaman Seto. Markas besar Angkatan Laut Jepang dibangun di kota Kure. Sejak periode Meiji, pengembangan transportasi darat telah mengurangi pentingnya Laut Pedalaman Seto sebagai jalur transportasi. Jalur Kereta Api Utama Sanyō dibangun di Pulau Honshu dan Jalur Kereta Api Utama Yosan dibangun di Shikoku (keduanya selesai sebelum Perang Dunia II). Tiga rangkaian jembatan yang menghubungkan Pulau Honshu dan Shikoku juga dibangun dan selesai pada akhir abad 20). Hingga kini, Laut Pedalaman Seto masih digunakan sebagai jalur transportasi kargo internasional dan jalur transportasi lokal antara Pulau Honshu, Shikoku, dan Kyushu.

Industri

sunting

Daerah pesisir Laut Pedalaman Seto merupakan salah satu wilayah yang paling terindustrialisasi pada Jepang zaman modern. Selain Osaka, Kobe, dan Hiroshima, beberapa kota besar industri lainnya terdapat di Laut Pedalaman Seto, misalnya: Kurashiki, Kure, Fukuyama, dan Ube di Pulau Honshu, serta Sakaide dan Niihama di Shikoku. Innoshima dikenal untuk pabrik kapal.

Industri utama adalah produksi baja, konstruksi kapal, dan sejak tahun 1960, penyulingan minyak dan hasil pengolahan minyak. Industri pariwisata berkembang berkat iklim sedang sepanjang tahun dan pemandangan yang indah.

Transportasi

sunting
 
Jembatan Ikuchi menghubungkan Pulau Ikuchijima di Laut Pedalaman Seto dengan Innoshima di Onomichi, Hiroshima, Prefektur Hiroshima.

Pada zaman sekarang, Laut Pedalaman Seto berfungsi sebagai jalur transportasi domestik dan internasional. Pelabuhan-pelabuhan utamanya adalah Kobe, Okayama, Takamatsu, Tokushima, Matsuyama, dan Hiroshima. Pulau Honshu dan Shikoku telah dihubungkan oleh tiga rangkaian jembatan sejak akhir 1980-an. Tiga rangkaian jembatan tersebut dikenal sebagai Proyek Jembatan Honshu-Shikoku yang terdiri dari: dari timur ke barat, Jembatan Selat Akashi, Jembatan Besar Seto, dan Nishiseto Expressway. Meskipun demikian, tidak ada jembatan di atas Laut Pedalaman Seto yang menghubungkan Pulau Kyushu dengan pulau-pulau lain.

Secara historis, Laut Pedalaman Seto sebagai jalur transportasi melayani empat wilayah pesisir: Kansai, Chūgoku, Shikoku, dan Kyushu bagian timur. Laut Pedalaman Seto merupakan jalur transportasi lokal antarwilayah dan ke tempat-tempat yang jauh, termasuk kota-kota di pesisir Laut Jepang, Korea, dan Cina. Setelah Pelabuhan Kobe dibangun pada 1868 untuk melayani kapal-kapal asing, Laut Pedalaman Seto menjadi jalur perairan internasional dengan koneksi ke Samudra Pasifik.

Setelah dibangunnya jalur transportasi darat, perjalanan antara timur dan barat atau transportasi antarkota di Pulau Shikoku, antarkota di Pulau Honshu, dan antara Honshu dan Kyushu, beralih dari transportasi laut ke transportasi darat dan kereta api. Dua jalur kereta api dibangun di daerah pesisir Laut Pedalaman Seto, Jalur Utama San'yō di Honshu dan Jalur Utama Yosan di Shikoku. Kedua jalur kereta api ini merangsang pertumbuhan ekonomi lokal dan menimbulkan fenomena mania kereta api. Kementerian Kereta Api yang lalu dilanjutkan oleh Japanese National Railways dan Shikoku Railway Company mengoperasikan jalur feri kereta api antara Pulau Honshu dan Pulau Shikoku termasuk jalur antara Stasiun Uno (Tamano) di Prefektur Okayama, Pulau Honshu dan Stasiun Takamatsu di Takamatsu, Shikoku. Ketika Jembatan Besar Seto selesai dibangun, jalur feri ini dihapus.

Lokasi wisata utama

sunting

Daerah pesisir Laut Pedalaman Seto adalah salah satu tujuan wisata di Jepang. Sebelum Jepang dibuka untuk orang asing pada pertengahan abad ke-19, keindahan laut ini telah dipuji dan diperkenalkan ke dunia Barat oleh orang asing yang pernah mengunjungi Jepang, termasuk Philipp Franz von Siebold, serta Ferdinand von Richthofen dan Thomas Cook setelah Jepang terbuka untuk orang asing.

Wilayah pesisir, kecuali Prefektur Osaka dan bagian dari Prefektur Wakayama, ditetapkan sebagai Taman Nasional Setonaikai (瀬戸内海国立公园, Setonaikai Kokuritsu Kōen) pada 16 Maret 1934. Taman nasional ini merupakan salah satu dari tiga taman nasional tertua di Jepang.

Kuil Itsukushima, di Pulau Itsukushima, di Kota Hatsukaichi dekat Hiroshima telah ditetapkan sebagaiSitus Warisan Dunia UNESCO, dan dikenal sebagai tujuan wisata terkenal di Jepang di luar Tokyo dan Kyoto. Pulau Shodo yang dijuluki "pulau zaitun" dan pusaran air Naruto merupakan dua contoh tujuan wisata terkenal di Laut Pedalaman Seto. Wisatawan yang mengunjungi wilayah ini juga mengunjungi tempat-tempat berdekatan seperti Kotohira dan Okayama, dan beberapa situs bersejarah, seperti Yashima di Takamatsu dan Kurashiki di Okayama. Kubah Bom Atom di Kota Hiroshima juga telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Sastra

sunting

Sejumlah situs di sepanjang Laut Pedalaman Seto telah ditampilkan dalam kesusastraan Jepang abad ke-8, termasuk Kojiki, Nihonshoki, dan Man'yōshū. Beberapa tempat terpencil digunakan sebagai tempat pengasingan. Perasaan terkucil berada di tempat tersebut dan pemandangan indah Laut Pedalaman Seto diangkat ke dalam puisi Jepang yang disebut waka. Dalam Hikayat Genji, Genji melarikan diri dari Kyoto dan tinggal di Suma (Kobe sekarang ini) dan Akashi selama dua tahun.

Laut Pedalaman Seto juga ditampilkan dalam literatur abad pertengahan, Hikayat Heike. Laut ini menjadi saksi kehancuran klan Taira dalam Perang Genpei.

Dari dunia Barat, Donald Richie menulis sebuah novel semifiksi berjudul The Inland Sea yang mengisahkan perjalanan mulai dari Pulau Awaji dan berakhir di Hiroshima, meloncat dari pulau ke pulau, sambil menjelajahi bentang alam dan merenungkan budaya Jepang. Pada tahun 1991, novel tersebut difilmkan oleh pembuat film Lucille Carra dan Brian Cotnoir. Film tersebut menjelajahi kawasan ini melalui wawancara dan fotografi oleh Hiro Narita. Diproduksi oleh Perusahaan Travelfilm dan diadaptasi oleh Carra, film memenangi berbagai penghargaan, termasuk Best Documentary di Hawaii International Film Festival (1991) dan Film Award Earthwatch. Film ini diputar di Sundance Film Festival pada tahun 1992.

Novel Koushun Takami, Battle Royale berlangsung di sebuah pulau fiksi di Laut Pedalaman Seto.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Limits of Oceans and Seas, 3rd edition" (PDF). International Hydrographic Organization. 1953. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-10-08. Diakses tanggal 7 February 2010. 

Pranala luar

sunting
  • (Jepang) Situs resmi Taman Nasional Laut Pedalaman Seto
  • Enjoy the Inland Sea of Japan: Setonaikai - Yokoso! Japan oleh JNTO

34°10′N 133°20′E / 34.167°N 133.333°E / 34.167; 133.333