Kritik teks (Alkitab)

Kritik teks adalah salah satu metode penafsiran Alkitab yang mempelajari teks yang ada secara terperinci untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Ketika seseorang mencoba mempelajari suatu teks Alkitab dari beberapa terjemahan yang berbeda, tidak jarang ia menemukan bagian yang berbeda antara dua terjemahan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa macam hal, antara lain:[1]

  • Perbedaan sumber asal.
  • Perbedaan interpretasi pada saat menerjemahkan.
  • Kesalahan yang tidak disengaja pada saat menerjemahkan atau menyalin ulang sebuah teks.

Sejarah

sunting

Kritik teks sudah dimulai dari zaman kuno tetapi metode kritik teks modern untuk Alkitab Kristen yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berawal dari rasionalisme abad ke-17 dan ke-18 dan dikembangkan dalam konteks pendekatanan ilmiah kepada humanitas (terutama sejarah) yang tumbuh pada abad ke-19.

Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama

sunting
 
Halaman judul "Critical History" tulisan Richard Simon (1685), suatu karya awal kritik Alkitab

Kritisisme Alkitab modern dimulai pada abad ke-17 oleh para filsuf dan teolog —Thomas Hobbes, Benedict Spinoza, Richard Simon dan lain-lain — yang mempertanyakan asal usul teks Alkitab, terutama Pentateukh (lima kitab pertama Perjanjian Lama, yakni Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan). Secara spesifik, dipertanyakan siapa penulis kitab-kitab ini; menurut tradisi pengarangnya adalah Musa, tetapi para kritikus ini melihat ada kontradiksi dan inkonsistensi dalam teks yang membuat mereka menentang kepengarangan Musa. Pada abad ke-18 Jean Astruc (1684–1766), seorang dokter Prancis, berupaya membantah para kritikus itu. Menggunakan metode kritik teks yang sudah dipakai untuk meneliti teks-teks Yunani dan Romawi, ia menemukan apa yang diyakininya sebagai sejumlah dokumen terpisah dalam Kitab Kejadian, berasal dari gulungan-gulungan asli tulisan Musa, yang sebagaimana empat penulis menghasilkan empat kitab Injil, merupakan catatan-catatan yang saling melengkapi. Generasi-generasi berikutnya, menurut Astruc, menggabungkan dokumen-dokumen asli ini untuk menghasilkan kitab Kejadian yang ada sekarang, di mana secara sekilas menunjukkan inkonsistensi dan kontradiksi sebagaimana diamati oleh Hobbes dan Spinoza.

 
Naskah Alkitab Ibrani dengan Targum dari abad ke-11
 
Satu halaman memuat Kitab Ulangan dari Aleppo Codex.

Kritisisme tekstual Alkitab Ibrani membandingkan versi naskah Alkitab dari berbagai sumber (tarikh berdasarkan naskah tertua yang terlestarikan dari setiap keluarga/famili tekstual):

Manuskrip Contoh Bahasa Tarikh komposisi Salinan tertua
Gulungan Laut Mati Tanakh di Qumran Ibrani, Paleo-Ibrani dan Yunani (Septuaginta) c. 150 BCE – 70 M ~ 150 Sm – 70 M
Septuaginta Codex Vaticanus, Codex Sinaiticus dan naskah papirus kuno lain Yunani 300–100 SM abad ke-2 SM(fragmen)
abad ke-4 M (lengkap)
Pesyita Suryani awal abad ke-5 M
Vulgata Latin awal abad ke-5 M
Masoretik Aleppo Codex, Leningrad Codex dan mss tidak lengkap lainnya Ibrani ~ 100 M abad ke-10 M
Taurat Samaria Abisha Scroll di Nabus Ibrani dalam Abjad Samaria 200–100 SM mss tertua ~ abad ke-11 M, mss tertua yang tersedia untuk penelitian: abad ke-16 M; hanya memuat Taurat
Targum Aram 500–1000 M abad ke-5 M

Sebagaimana dalam naskah-naskah Perjanjian Baru, munculnya perubahan, korupsi dan penghapusan, terutama dalam teks-teks Masoret, disebabkan oleh para juru tulis (soferim; scribes) kuno yang tidak menangani kesalahan penyalinan secermat di waktu-waktu kemudian.[2]

Ada tiga edisi baru terpisah untuk Alkitab Ibrani yang sekarang dalam pengembangan: Biblia Hebraica Quinta, Hebrew University Bible, dan Oxford Hebrew Bible. Biblia Hebraica Quinta adalah edisi diplomatik berdasarkan Leningrad Codex. Hebrew University Bible juga diplomatik, tetapi berdasarkan Aleppo Codex. Oxford Hebrew Bible adalah edisi eklektis.[3]

Alkitab Ibrani sebagai Perjanjian Lama

sunting

Dalam melihat Alkitab Ibrani sebagai Perjanjian Lama, hampir semua varian tekstual tidak bernilai penting dan tidak mempengaruhi doktrin kepercayaan. Professor Douglas Stuart menyatakan: "Secara jujur dapat dikatakan bahwa ayat-ayat, pasal-pasal, dan kitab-kitab dalam Alkitab akan terbaca umumnya sama, dan memberikan kesan yang sama kepada para pembaca, meskipun orang memasukkan semua bacaan alternatif yang ada ke dalam teks yang menjadi dasar terjemahan [bahasa Inggris] saat ini."[4]

Perjanjian Baru

sunting

Teks kuno Perjanjian Baru meliputi lebih dari 5.800 naskah bahasa Yunani manuscripts, 10.000 naskah bahasa Latin dan 9.300 naskah dalam bahasa-bahasa kuno lain (termasuk bahasa Suryani, bahasa Slavia, bahasa Etiopia dan bahasa Armenia). Naskah-naskah itu memuat sekitar 300.000 varian tekstual, sebagian besar meliputi pertukaran urutan kata dan perbedaan penulisan yang trivial.[5][6] Jadi selama lebih dari 250 tahun dilakukan kritis teks mendalam, para sarjana Perjanjian Baru dapat menyatakan tidak ada varian tekstual yang mempengaruhi doktrin apapun. Profesor D. A. Carson menyatakan: "tidak ada dari apa yang kita percayai secara doktrinal benar, dan tidak ada dari apa yang diperintahkan kepada kita untuk dilakukan, yang diubah oleh varian-varian itu. Ini benar untuk tradisi tekstual manapun. Penafsiran perikop-perikop individual dapat saja dipertanyakan; tetapi tidak pernah ada doktrin yang terdampak."[5][7] Jumlah saksi naskah yang sangat banyak menimbulkan kesulitan yang unik, terutama tidak memungkinkan membuat "stemmatics" dalam banyak kasus, karena sejumlah penulis menggunakan dua atau lebih versi naskah yang berbeda sebagai sumbernya. Akibatnya, kritik teks Perjanjian Baru mengadopsi eklektisisme setelah mengurutkan saksi-saksi naskah itu dalam tiga grup besar, yang disebut "jenis teks" ("text-types"). Hingga 2017 pembagian jenis teks adalah:

Jenis teks Tarikh Ciri Versi Alkitab
Teks Alexandria
(juga disebut tradisi "Neutral Text" ("Teks Netral"); atau "Minority Text"/"Teks Minoritas")
abad ke-2 sampai ke–4 M Keluarga tekstual ini meliputi sejumlah naskah paling tua, termasuk Codex Vaticanus dan Codex Sinaiticus. Naskah-naskahnya umumnya hanya ditemukan terbatas di daerah sekitar Mesir: Aleksandria dan Gereja Aleksandria. Karena iklim yang menguntungkan, naskah-naskah tua masih terlestarikan dalam penyimpanan, meskipun tidak diteruskan penyalinannya, dan sekarang mendasari banyak terjemahan modern Perjanjian Baru sejak tahun 1900-an. NIV, NAB, NABRE, Douay, JB and NJB (meskipun juga tergantung pada jenis teks Bizantin), TNIV, NASB, RSV, ESV, EBR, NWT, LB, ASV, NC, GNB, CSB
Teks Western
(juga disebut "jenis teks Kaisarea")
abad ke-3 sampai ke-9 M Dianggap suatu tradisi paling tua, tersebar dalam geografi luas dari Afrika Utara ke Italia dan dari Gaul (Prancis) ke Siria. Ditemukan dalam naskah-naskah bahasa Yunani dan terjemahan Latin yang digunakan oleh Gereja Barat. Sejumlah sarjana Perjanjian Baru membedakan teks Western dan teks Kaisarea. Vetus Latina
Teks Bizantin
(juga disebut jenis "teks Koinē"
atau terkenal sebagai "Majority Text"/"Teks Mayoritas")
abad ke-5 sampai ke-16 M Kelompok ini meliputi sekitar 95% seluruh naskah yang ada, mayoritas dari abad-abad kemudian. Menjadi dominan di Konstantinopel sejak abad ke-5 dan seterusnya, serta digunakan di seluruh Gereja Ortodoks Timur dalam Kekaisaran Bizantium. Mendasari Textus Receptus yang digunakan dalam kebanyakan terjemahan Perjanjian Baru dalam era-Reformasi. KJV, NKJV, Tyndale, Coverdale, Geneva (Jenewa), Bishops' Bible, OSB

Metode dan perspektif

sunting
 
Kritisisme sumber (source criticism): diagram hipotesis dua sumber, salah satu penjelasan hubungan Injil Matius ("Matthew", Markus ("Mark") dan Lukas ("Luke")

Metode dan perspektif kritis jumlahnya banyak, dan tinjauan berikut tidak dapat dianggap komprehensif.

Kritisisme tekstual

sunting

Kritisisme tekstual ("Kritik teks", Textual criticism; kadang-kadang dirujuk sebagai "lower criticism"; "kritisisme tingkat rendah") merujuk kepada penelitian teks itu sendiri untuk mengidentifikasi asal usul atau melacak sejarahnya.

Kritisisme sumber

sunting

Kritik sumber (Source criticism) adalah upaya pencarian sumber-sumber asli yang mendasari suatu teks, dalam hal ini Alkitab.

Kritisisme bentuk dan sejarah tradisi

sunting

Kritisisme bentuk (Form criticism) membagi Alkitab dalam bagian-bagian kecil ("perikop", pericope, cerita-cerita) yang dianalisis dan dikategorikan berdasarkan genre (prosa atau sajak, surat-surat, hukum-hukum, arsip pengadilan, nyanyian peperangan, puisi ratapan, dll.).

Kritisisme redaksi

sunting

Kritisisme redaksi mempelajari "pengkoleksian, pengaturan, penyuntingan, dan modifikasi sumber-sumber", dan sering digunakan untuk merekonstruksi komunitas dan tujuan para penulis teks.[8] Didasarkan pada perbandingan perbedaan antara naskah-naskah dan nilai penting teologisnya.[9]

Kritisisme kanonik

sunting

Kritisisme kanonik adalah "suatu penelitian bentuk akhir teks sebagai suatu totalitas, serta proses yang mengarahkannya".[10] Metode ini terutama dikaitkan dengan Brevard S. Childs, yang menulis secara prolifik mengenai subjek ini.[11]

Sarjana kritik teks Alkitab terkemuka

sunting
  • William Albright (1891–1971): profesor pada Johns Hopkins University dan pendiri "biblical archaeology (arkeologi Alkitab)" yang mendukung otentisitas naskah-naskah kuno Alkitab, terutama Perjanjian Lama.
  • Jean Astruc (1684–1776): kritikus Alkitab mula-mula asal Prancis, yang mengadaptasi kritik sumber pada studi kitab Kejadian dan berpendapat bahwa Musa adalah penyusun seluruh Taurat.
  • D. A. Carson (1946–): sarjana Perjanjian Baru asal Kanada; salah satu pendiri The Gospel Coalition.
  • Bart D. Ehrman (1955–): profesor University of North Carolina yang meneliti korupsi teks Perjanjian Baru dan para pengarang teks Perjanjian Baru dan Kristen mula-mula. Pendapat-pendapatnya disanggah secara detail oleh Daniel B. Wallace.
  • Bruce Metzger (1914–2007): ahli Alkitab yang dijuluki "the dean of New Testament textual criticism" ("dekan kritik teks Perjanjian Baru") dan menulis buku definitif, The Text of the New Testament ("Teks Perjanjian Baru", Oxford University Press, 1964)
  • Albert Schweitzer (1875–1965): teolog Jerman yang menjadi pelopor penelitian Yesus sebagai tokoh dalam sejarah
  • Thomas Paine (1737–1809): Filsuf Amerika Serikat. Pengarang "The Age of Reason". Mendokumentasi berbagai diskrepansi Alkitab, menerapkan logika bahwa kitab itu ditulis oleh manusia biasa, bukan ilham ilahi.
  • Thomas Jefferson (1743–1826): Presiden Amerika Serikat. Pengarang "Jefferson Bible", sebuah rekonstruksi Perjanjian Baru yang menghilangkan rujukan bersifat mujizat.
  • Baruch Spinoza (1632–1677): filsuf Belanda, yang mengumpulkan diskrepansi, kontradiksi dan anakronisme dari Taurat dan berpendapat bahwa Taurat tidak dapat ditulis oleh Musa. Pendapatnya disanggah secara detail oleh Jean Astruc.
  • Baron d'Holbach (1723–1789): pembuat ensiklopedia Prancis/Jerman, menerbitkan secara anomim di Amsterdam pada tahun 1769 "Ecce Homo: The History of Jesus of Nazareth, a Critical Inquiry", yang menyangsikan Yesus sebagai manusia biasa dalam sejarah. Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh George Houston dan dipublikasikan di Edinburgh, 1799, London, 1813, (karena "blasphemy" ini Houston dipenjarakan selama 2 tahun), dan New York, 1827. Pendapatnya ditinggalkan karena temuan-temuan arkeologis modern.
  • David Friedrich Strauss (1808–1874): kritikus Jerman yang berfokus pada penelitian Yesus sebagai tokoh dalam sejarah, terutama dengan bukunya Das Leben Jesu. Pendapatnya sudah ditinggalkan karena temuan-temuan arkeologi modern.
  • Daniel B. Wallace (1952-): kritikus Alkitab yang mengumpulkan foto semua naskah kuno Alkitab, terutama bagian Perjanjian Baru. Karyanya mendukung bahwa naskah Perjanjian Baru sudah dalam bentuk yang sekarang sejak awal abad ke-2.
  • Julius Wellhausen (1844–1918): kritikus Jerman yang mempopulerkan hipotesis dokumen dengan 4 sumber, yang dominan di awal abad ke-20, meskipun sekarang sudah kurang populer. Teorinya disanggah secara detail oleh R. N. Whybray.
  • R. N. Whybray (1923–1997): penyanggah asumsi "kritik sumber" yang mendasari hipotesis dokumen.
  • N. T. Wright (1948-): uskup emiritus Anglikan dan profesor "New Testament and Early Christianity" pada University of St. Andrews, Wright dikenal karena New Perspective on Paul dan karyanya berupa serial Christian Origins and the Question of God.[12][13]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ (Inggris) John H. Hayes dan Carl R. Holladay. (tahun tidak diketahui). Biblical Exegesis: A Beginner's handbook (revised edition). London: Westminster John Knox Press.
  2. ^ Tov 2001, p. 9
  3. ^ Hendel, R., "The Oxford Hebrew Bible: Prologue to a New Critical Edition", Vetus Testamentum, vol. 58, no. 3 (2008). pp. 325–326
  4. ^ Kaiser, Walter (2001). The Old Testament Documents: Are They Reliable & Relevant?. InterVarsity Press. hlm. 48. ISBN 9780830819751. 
  5. ^ a b Wallace, Daniel. "The Majority Text and the Original Text: Are They Identical?". Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 December 2013. Diakses tanggal 23 November 2013. 
  6. ^ Westcott and Hort (1896). The New Testament in The Original Greek: Introduction Appendix. Diakses tanggal 23 November 2013. 
  7. ^ Beacham, Roy E.; Bauder, Kevin T. One Bible Only?: Examining Exclusive Claims for the King James Bible (dalam bahasa Inggris). Kregel Publications. ISBN 9780825497032. 
  8. ^ "Religious Studies Department, Santa Clara University". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-02-28. Diakses tanggal 2018-05-23. 
  9. ^ Redaction Criticism Diarsipkan 2008-01-05 di Wayback Machine..
  10. ^ Norman K. Gottwald, "Social Matrix and Canonical Shape", Theology Today, October 1985. Diarsipkan 2010-05-31 di Wayback Machine.. Kutipan: "an examination of the final form of the text as a totality, as well as the process leading to it"
  11. ^ "Rhetorical Criticism of the Hebrew Bible". Diakses tanggal 29 January 2016. 
  12. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-28. Diakses tanggal 2015-09-15. 
  13. ^ [1]

Pustaka tambahan

sunting
  • Fuller, Reginald H. (1965). The Foundations of New Testament Christology. Scribners. ISBN 0-684-15532-X. 
  • Goldingay, John (1990). "Approaches to Old Testament Interpretation. Rev. ed. Downers Grove, IL, InterVarsity, ISBN 1-894667-18-2". 
  • Hayes, John H., and Carl R. Holladay (1987). "Biblical Exegesis: A Beginner's Handbook, Rev. ed. Atlanta, GA, John Knox, ISBN 0-8042-0031-9". 
  • McKenzie, Steven L., and Stephen R. Haynes, eds. (1993). "To Each Its Own Meaning: An Introduction to Biblical Criticisms and Their Applications, Louisville, KY, Westminster/John Knox, ISBN 0-664-25784-4". 
  • Levenson, Jon D. The Hebrew Bible, The Old Testament, and Historical Criticism: Jews and Christians in Biblical Studies, 1993, Westminister/John Knox Press, ISBN 0-664-25407-1
  • Rogerson, John (1984). Old Testament Criticism in the Nineteenth Century. ISBN 978-0-8006-0737-1. 
  • Morgan, Robert, and John Barton (1988). "Biblical Interpretation, New York, Oxford University, ISBN 0-19-213257-1". 
  • Soulen, Richard N. (1981). "Handbook of Biblical Criticism, 2nd ed. Atlanta, Ga, John Knox, ISBN 0-664-22314-1". 
  • Stuart, Douglas (1984). "Old Testament Exegesis: A Primer for Students and Pastors, 2nd ed., Philadelphia, Westminster, ISBN 0-664-24320-7". 
  • Shinan, Avigdor, and Yair Zakovitch (2004). That's Not What the Good Book Says, Miskal-Yediot Ahronot Books and Chemed Books, Tel-Aviv

Pranala luar

sunting