Kristen Kalsedon

denominasi Kristen

Kristen Kalsedon adalah sebutan bagi denominasi-denominasi Kristen yang menganut rumusan kristologi dan resolusi eklesiologi yang dihasilkan Konsili Kalsedon, muktamar Kristen sedunia ke-4 yang diselenggarakan pada tahun 451.[1] Umat Kristen Kalsedon berpegang pada rumusan Kalsedon, yakni doktrin agama Kristen mengenai kodrat ilahi dan kodrat insani Yesus Kristus. Sebagian besar persekutuan Gereja dan aliran agama Kristen pada abad ke-21 tergolong Kristen Kalsedon, tetapi luas jangkauan pengaruh kristologi Kalsedon dari abad ke-5 sampai dengan abad ke-8 sesungguhnya tidak dapat ditentukan secara pasti.

Dari segi doktrin, paham Kalsedon dapat dianggap sebagai salah satu cabang dari ajaran Kristen Nikea.

Sejarah

sunting

Sengketa dogmatis yang memicu perdebatan dalam Konsili Kalsedon bermuara pada Skisma Kalsedon. Gereja-Gereja yang menolak keputusan konsili membentuk persekutuan tersendiri yang sekarang ini dikenal dengan sebutan Kristen Ortodoks Oriental. Gereja-Gereja Kristen Kalsedon mempertahankan persekutuan dengan Takhta Suci di Roma, Kebatrikan Oikumene di Konstantinopel (alias "Roma Baru"), dan kebatrikan-kebatrikan Ortodoks Timur di kawasan Timur Tengah, yakni Kebatrikan Aleksandria, Kebatrikan Antiokhia, dan Kebatrikan Yerusalem. Kebatrikan-kebatrikan ini bersama-sama dihormati sebagai lima rukun agama Kristen yang ortodoks dan katolik, sekaligus sebagai lima rukun Syahadat Kalsedon. Pada abad ke-6, yakni pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus I, lima kebatrikan ini diakui sebagai Pentarki, otoritas gerejawi resmi jemaat Kristen Kekaisaran Romawi.

Sebagian besar denominasi Kristen yang ada sekarang ini boleh dikata bercikal bakal dari Pentarki, tergolong Kristen Kalsedon, dan secara umum terbagi menjadi Gereja Katolik Roma yang mendominasi kawasan berpenutur bahasa Latin di Barat, Gereja Ortodoks Timur yang mendominasi kawasan berpenutur bahasa Yunani di Timur, serta himpunan denominasi Kristen Protestan yang terbentuk pada masa pergolakan Reformasi Protestan.

Kelompok-kelompok umat Kristen yang menolak rumusan kristologi Kalsedon terdiri atas mayoritas umat Kristen Armenia, umat Kristen Koptik, dan umat Kristen Etiopia, serta sebagian dari umat Kristen India, dan umat Kristen Suryani (di kemudian hari juga dikenal dengan sebutan umat Kristen Yakubiah). Kelompok-kelompok umat Kristen ini sekarang dikenal dengan sebutan Gereja-Gereja Nonkalsedon, Gereja-Gereja Miafisit, atau Gereja-Gereja Ortodoks Oriental.

Segolongan umat Kristen Armenia, khususnya yang bermukim di daerah Kapadokia dan Trebizon dalam wilayah Kekaisaran Bizantin, menerima keputusan Konsili Kalsedon, sehingga terlibat polemik dengan Gereja Apostolik Armenia.[2]

Seusai Perang Bizantin-Sasani 572-591, wilayah yang diperintah secara langsung oleh Kekaisaran Bizantin diperluas hingga mencakup pula seluruh daerah di kawasan barat Armenia, dan tak lama kemudian Kaisar Maurisius (memerintah 582-602) memutuskan untuk mengukuhkan kendali politiknya atas seluruh daerah itu dengan cara menyokong golongan umat Kristen Armenia yang pro-Kalsedon di dalam Gereja Apostolik Armenia. Pada tahun 593, uskup-uskup kawasan barat Armenia bersidang di kota Teodosiopolis, dan memaklumkan penerimaan mereka terhadap rumusan Kalsedon. Para peserta sidang juga memilih Yohanes dari Bagaran menjadi katolikos yang baru untuk memimpin umat Kristen Kalsedon Armenia.[3]

Rumusan kristologi Kalsedon

sunting

Para peserta Konsili Kalsedon menerima Trinitarianisme dan konsep kemanunggalan hipostatik, dan membidahkan Arianisme, Modalisme, dan Ebionisme yang sudah dibidahkan dalam Konsili Nikea I pada tahun 325. Para peserta konsili juga membidahkan doktrik kristologi kaum Nestorian, kaum Eutikian, dan kaum Monofisit yang juga sudah dibidahkan dalam Konsili Efesus I pada tahun 431.

Menurut pemahaman Kristen Kalsedon mengenai keterkaitan ilahi-insani dalam diri Yesus Kristus, kemanusiaan dan keilahian diibaratkan sebagai dua kodrat yang secara sempurna didiami oleh satu hipostasis Sang Logos. Pihak Nonkalsedon berpegang teguh pada ajaran miafisitisme (kadang-kadang disebut monofisitisme oleh lawan-lawannya) bahwa dalam satu pribadi Yesus Kristus, keilahian dan kemanusiaan manunggal menjadi satu kodrat, tidak terpisah, tidak bercampur, dan tidak berubah. Perbedaan pendirian mengakibatkan kedua belah pihak saling mengutuk. Kristen Kalsedon mengutuk Kristen Nonkalsedon sebagai ahli bidah Monofisit Eutikian, sementara Kristen Nonkalsedon mengutuk Kristen Kalsedon sebagai ahli bidah Nestorian.[4]

Di kemudian hari, para mufasir keputusan Konsili Kalsedon berkesimpulan bahwa kristologi Kalsedon juga menolak Monotelitisme dan Monoenergisme yang dibidahkan dalam Konsili Konstantinopel III pada tahun 680. Pihak-pihak yang tidak menerima kristologi Kalsedon sekarang ini menyebut dirinya "kaum Nonkalsedon". Menurut sejarah, dulunya mereka menyebut diri "kaum Miafisit" atau "kaum Kirilian" (penganut ajaran Santo Kirilos, Batrik Aleksandria, penulis risalah Perihal Keesaan Kristus yang mereka gunakan sebagai sumber dalil akidahnya), dan disebut sebagai "kaum Monofisit" oleh umat Kristen Ortodoks. Pihak-pihak yang menganut kristologi-kristologi Nonkalsedon menyebut doktrin Kalsedon sebagai diofisitisme.

Rujukan

sunting
  1. ^ Meyendorff 1989.
  2. ^ Hacikyan, Agop Jack; Basmajian, Gabriel; Franchuk, Edward S, The Heritage of Armenian Literature: From the Sixth to the Eighteenth Century 
  3. ^ Meyendorff 1989, hlm. 108-109, 284, 343.
  4. ^ "The Oriental Orthodox Rejection of Chalcedon". The British Orthodox Church. Februari 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juni 2008. Diakses tanggal 16 Juni 2014. 

Sumber

sunting