Helm tempur atau helm perang atau helm militer adalah sejenis zirah personal yang dirancang secara spesifik untuk melindungi bagian kepala dalam penyerangan atau pertempuran.

Ilustrasi helm tempur yang biasa digunakan bangsa Kelt, Iliria, dan Italia Kuno.
Seorang tentara dari India memakai helm tempur modern.

Sejarah

sunting

Helm merupakan salah satu bentuk perlengkapan perlindungan personal tertua dan diketahui telah dipakai oleh bangsa Akkadia dan Sumeria pada abad ke-23 SM, bangsa Yunani Mykenai sejak abad ke-17 SM,[1][2] bangsa Asiria sekitar 900 SM, bangsa Yunani kuno dan Romawi kuno, hingga sepanjang Abad Pertengahan, dan sampai akhir abad ke-17 oleh banyak penempur.[3] Bahan dan konstruksinya semakin lama semakin maju seiring persenjataan yang semakin kuat.

Pada awalnya, helm tempur dibuat dari kulit dan kuningan, dan kemudian dari perunggu dan besi pada Zaman Perunggu dan Zaman Besi. Helm perang mulai ditempa dari baja di banyak masyarakat sekitar 950 M. Ketika itu, helm tempur digunakan hanya sebagai perlengkapan militer, melindungi kepala dari sabetan dan tusukan pedang, tembakan panah serta serangan senapan lontak.

Penggunaan helm untuk militer mulai berkurang setelah tahun 1670-an, dan senjata api senapan mengakhiri penggunaannya oleh prajurit pejalan kaki setelah tahun 1700-an.[3] Pada abad ke-18, unit kavaleri mengenakan kuiras badan dari baja, dan sering kali menggunakan tengkorak logam di balik topi mereka, yang disebut "rahasia". Helm kulit berduri Prussia, hampir tidak menyediakan perlindungan dari meningkatnya pengunaan artileri pada Perang Dunia I, dan pada tahun 1916 digantikan oleh helm baja Jerman, atau Stahlhelm, dan setelah itu dipakai hanya demi tradisi.[4][5][6]

Perang Napoleon menandai penggunaan helm kavaleri berhias yang diperkenalkan kembali untuk kuirasier dan dragoon dalam beberapa pasukan. Helm ini terus digunakan oleh pasukan Prancis pada Perang Dunia I sampai tahun 1915, sampai digantikan oleh helm Adrian baru Prancis.[7] Helm Adrian Prancis adalah helm baja modern pertama[8][9] dan dengan segera diikuti oleh penggunaan helm baja serupa oleh bangsa-bangsa lainnya.

Perang Dunia I dan meningkatnya penggunaan artileri telah memperbaharui kebutuhan untuk helm baja, yang dengan cepat diperkenalkan oleh banyak negara yang berperang untuk digunakan oleh para prajurit pejalan kakinya. Pada abad ke-20, helm macam ini menawarkan perlindungan untuk kepala dari pecahan peluru.[10]

Militer pada masa sekarang sering kali menggunakan helm berkualitas tinggi yang dibuat dari bahan balistik semacam Kevlar dan Aramid, yang menawarkan perlindungan yang lebih baik. Beberapa helm juga memiliki kualitas perlindungan non-balistik, meskipun banyak yang lainnya tidak begitu.[11] Luka non-balistik dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya gelombang kejut konkusif dari ledakan, serangan fisik, kecealakaan kendraan bermotor, atau terjatuh.[12]

Referensi

sunting
  1. ^ Shaft Graves Diarsipkan 2010-07-03 di Wayback Machine., Mycenae
  2. ^ Nobuo Komita, The Grave Circles at Mycenae and the Early Indo-Europeans[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-19. Diakses tanggal 2018-08-16. 
  4. ^ "German-Helmets.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-13. Diakses tanggal 2019-03-11. 
  5. ^ Axis History Factbook: A brief history of the German Stahlhelm
  6. ^ German Pickelhaube Spiked Helmet Evolution Guide
  7. ^ Heaumes Page
  8. ^ "Military Trader". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-26. Diakses tanggal 2019-03-11. 
  9. ^ Military headgears
  10. ^ Index CEF Helmets
  11. ^ Kevlar Pasgt Helmet
  12. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-10. Diakses tanggal 2022-01-20. 

Pranala luar

sunting